Wabup Sidoarjo: Kondisi Dimas Satrya Wijaya Memprihatinkan

Sidoarjo, Bhirawa
Di rumah kontrakannya, Suratih hanya bisa pasrah menunggu keajaiban anaknya, Dimas Satrya Wijaya, sembuh dari kelumpuhan yang dialami 5 tahun silam.
“Saya akan sekuat tenaga melayani penderitaan yang dialami Dimas,” ujarnya di rumah sepetak di desa Kedungrejo, Waru. Sejak anak keduanya mengalami kelumpuhan akibat kepalanya membentur tembok 5 tahu lalu, Suratin, tidak pernah jauh dari anaknya. Selama 5 tahun tidak pernah pulang di desanya, Widodaren, Ngawi, karena harus menjaga Dimas.
Dimas (15 tahun) yang hidupnya hanya tergolek lemah di kasur akibat terjadi pengumpalan darah di kepala sebalah kanan dan kiri. Akibatnya menjadi tuna wicara, tuna rungu dan tuna daksa. Tangan dan kakinya melintir ke arah berlawanan. Tulangnya kropos dan tidak bisa digerakkan. Dia hanya bisa tidur terlentang, kesulitan berkomunikasi. Diajak bicara seolah mendengar tetapi responnya tertawa kecil.
Suratin menuturkan, pengumpalan darah di kepala awal mula akibat rebutan kursi dengan temannya kelas 3 sekolah dasar atau ketika Dimas masih berusia 10 tahun. Tadinya Dimas kondisinya normal seperti anak-anak sebayanya.
Saat rebutan kursi itu, kepala Dimas membentur tembok. Tidak ada luka sedikitpun saat pulang sekolah, dan orang tuanya tidak diberitahu bahwa korban barusan mengalami benturan di kepala bagian kanan. Malam Dimas mengaku pusing, tetapi esoknya sekolah.
Sepulang dari sekolah, dia muntah darah. Orang tua membawa anaknya ke rumah sakit Islam. Tetapi kemudian di rujuk ke Dr Soetomo. Mengalami operasi hingga 7 kali dan ada selang di dalam lehernya hingga sekarang.
Kondisi kesehatan Dimas, makin parah. Pengumpalan otak bagian kanan sudah menyodok dinding otak bagian kiri. Otak kanan dan kiri tidak berfungsi dengan baik, indera Dimas sudah berubah dari awalnya tidak bisa mendengar, kini tidak bisa bicara. Tulangnya lumpuh dan kaki dan tangan tidak normal. Hanya mata yang masih bisa melihat.
Wabup Sidoarjo, Nur Ahmad, Selasa (17/9) mendatangi Dimas di kos-kosan yang dibayar Rp 200 ribu/bulan.
Menurut Wabup, akan mendatangkan tim dokter dari RSUD Sidoarjo. Penyakitnya dianalisa dulu, kalau memang bisa disembuhkan nantinya pemerintah akan menanggung beayanya. Tetapi kalau memang tidak bisa, Pemkab akan membantu beaya hidup untuk membantu meringankan penderitaan keluarga Dimas.
Kalau melihat kondisi korban, memang sudah kronis. Peristiwanya sudah berjalan 5 tahun lalu. Pihaknya baru tahu keadaan Dimas dari berita-berita yang sudah viral.(hds)

Tags: