Wabup Sidoarjo Terharu ABK Kurang Diperhatikan

Wabup, Ka Dindik, Kabag Kerjasama dan Ka UPT Paturtuwa bersama melepas balon peringatan hari peduli autis. [achmad suprayogi/bhirawa]

Wabup, Ka Dindik, Kabag Kerjasama dan Ka UPT Paturtuwa bersama melepas balon peringatan hari peduli autis. [achmad suprayogi/bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Melihat kondisi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang kurang mendapat perhatihan dari pemerintah, membuat Wakil Bupati Sidoarjo terharu dan merasa iba. Terlihat para guru pengajarnya masih belum mendapatkan gaji yang layak, padahal kinerja mereka sangat membutuhkan ketelatenan, kesabaran keiklhasan yang cukup tinggi.
Rasa iba dan haru Wakil Bupati, Nur Ahmad Syaifuddin saat menghadiri peringatan hari pendengaran internasional dan hari peduli Autis di halaman gedung Pusat layanan Autis (PLA) UPT Pelayanan Anak Tuna Rungu, Tuna Wicara dan Autis (Paturtuwa) Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo, Sabtu (30/4).
Wakil Bupati Sidoarjo, Nur Ahmad Syaifuddin betul-betul sangat terharu, dan sempat  berlinang air matanya ketika melihat kesempatan rangkaian penampilan acara pentas oleh para ABK yang sangat menyentuh perasaannya. Bahkan, Cak Nur panggilan akrab wabup ini, mengaku, menghabiskan dua lembar tissu untuk menghapus air matanya.
“Mohon maaf, saya tak bisa menahan haru. Sebagai orangtua yang juga mempunyai anak. Saya bisa memahami dan mengerti bagaimana kita harus berkorban yang lebih dalam mengasuh ABK ini,” katanya.
Bahkan Ia juga menyampaikan perlunya perhatian khusus atas upaya peningkatan kinerja layanan ABK yang terdaftar sekitar 500 an anak se Sidoarjo. Perhatian khusus ini terkait fasilitasi dan kebijakan strategis terkait ABK yang berada pada era ‘golden age’ atau usia emas ini.
“Anak adalah generasi masa depan. Oleh kaena itu intervensi melalui proses pendidikan di masa golden age  ini menjadi sangat penting sebagai bekal menghadapi masa depan,” tegas Cak Nur.
Kepala UPT Paturtuwa Dindik Sidoarjo, Nanik Sumarwiati S Pd, M Pd menambahkan kalau keberadaan guru-guru pembimbing sangat kurang mendapatkan perhatian. Mereka belum mendapatkan gaji yang layak, jika dibanding dengan kinerja mereka sungguh sangat luar biasa. “Gaji mereka setiap bulannya hanya menerima sebanyak Rp1,5 juta,” jelasnya.
Pengelola di UPT Paturtuwa yang PNS hanya kepala dan TU nya, semuanya masih guru-guru pendamping kontrak, 7 untuk terapi autis, 4 tuna rungu, 1 fisio terapi. Hingga saat ini kondisi proses pengajarannya juga belum ideal.
“Idealnya setiap satu anak itu dilakukan terapi dua kali seminggu, setiap terapi selama tiga jam. Kita masih mampu satu kali seminggu dan proses terapinya hanya dua jam,” jelas Nanik Sumarwiati.
Di sisi lain, keberadaan pelayanan ABK akan terus berkembang lebih baik lagi. Karena pihak Pemkab sudah siap mendudung, baik dari pihak eksekutif maupun pihak legislatifnya. Hal tersebut dijelaskan ketika para pendamping pelaksana pelayanan autis di RCS (Resource Center Sidoarjo) memberikan masukan kepada Ketua Dewan Sulamul Hadi Nurmawan.
Mendengar beberapa masukan, Ketua Dewan Sulamul Hadi Nurmawan langsung memberikan solusinya. Diantaranya dengan melakukan bersama-sama, selain menggunakan APBD juga dengan beberapa perusahaan besar yang di Sidoarjo melalui program-program CSRnya.
Untuk pendekatannya juga kita lakukan bersama-sama, termasuk dengan Bagian Kerjama, Bupati dan Ketua Dewan. “Kalau kita bersma-sama bergerak, termasuk dari media pasti akan mendapatkan CSR demi penanganan autis di Sidoarjo lebih baik lagi,” pungkas Gus Wawan, sapaan sehari-hari Ketua Dewan Sidoarjo. [ach]

Tags: