Wagub Emil Elestianto Dardak Semangati Pelajar untuk Bertani

Sidoarjo, Bhirawa
Wakil Gubernur Emil Elestianto Dardak membakar semangat para pelajar SMA/SMK se-Jatim untuk tidak takut berwirausaha di bidang pertanian. Jika dijalani secara serius, sektor pertanian tidak kalah menjanjikan dari sektor lain.
Hal itu disampaikan di hadapan ratusan siswa SMA/SMK dalam “Awarding Lomba Hidroponik Antarsekolah Se-Jatim” di Gedung Tani Puspa Agro, Rabu (27/3/2019). Di area pusat perdagangan agro di Desa Jemundo, Taman, Sidoarjo itu, Wagub Emil menyerahkan penghargaan berupa piala kepada juara I lomba hidroponik tingkat Jatim  yang diraih kelompok SMKN Udanawu, Blitar. Juara II diraih SMKN 1 Bojonegoro, disusul SMAN 3 Lamongan sebagai juara III. Sementara juara harapan I dan II masing-masing diraih SMKN 1 Trenggalek dan SMAN 1 Kencong, Jember.
Awarding merupakan puncak program pelatihan dan lomba hidroponik antarsekolah se-Jatim kerja sama PT Puspa Agro dan Dinas Pendidikan Jatim. Selain juara tingkat provinsi, panitia juga mengukuhkan para juara di tingkat kabupaten/kota di berbagai daerah di Jatim.
“Ayo, di antara yang hadir ini, ada yang kepingin jadi pengusaha?” tanya Emil yang langsung direspon sejumlah siswa dengan mengacungkan tangan.
Wagub yang mantan bupati Trenggalek ini lalu melanjutkan pertanyaan,” Ada yang ingin menjadi petani?” ujar Emil.
Tanpa menunggu respon para siswa yang datang dari berbagai daerah di Jatim itu, Emil meyakinkan, sektor pertanian juga memberikan harapan bagus untuk ditekuni. Karena itu, ia minta generasi muda, khususnya pelajar SMA/SMK tidak ragu-ragu menekuni bisnis di bidang pertanian.
“Salah satunya ya lewat hidroponik ini. Ini program bagus yang harus ditindaklanjuti karena pertanian model hidroponik tak memerlukan lahan luas. Dan, ke depan bisa dikembangkan ke bidang pertanian lainnya,” ujar Emil memompa semangat.
Disinggung apakah bertani secara hidroponik atau lainnya perlu kurikulum khusus di sekolah, secara diplomatis Emil memandang tidak harus begitu. Menurut dia, melalui praktik di lapangan (meski tidak ada kurikulum), jika pelakunya merasakan manfaatnya, pasti cepat berkembang.
“Saya kira tidak harus begitu. Jalani saja apa yang ada. Kalau manfaatnya bagus, tanpa kurikulum juga akan berkembang,” katanya.
Sementara Dirut Puspa Agro Abdullah Muchibuddin mengungkapkan, program itu merupakan bentuk kepedulian manajemen kepada generasi muda agar bangga menjadi petani, di antaranya menekuni hidroponik. Diharapkan, selain melengkapi keterampilan yang diperoleh di sekolah, berhidroponik juga menjadi alternative berwirausaha, khususnya di bidang pertanian.
“Moga-moga apa yang diraih adik-adik dalam berkarya, khususnya dalam budi daya pertanian dengan sistem hidropinik saat ini akan menjadi pemicu dan pemacu , serta pionir bagi sekolah-sekolah lain di daerah masing-masing,” kata Udin.  (ma)

Tags: