Wajib Kuasai Empat Faktor Kunci Menangi MEA

Wagub Jatim Drs H Saifullah Yusuf saat menghadiri pembukaan Kongres Ikatan Senat Mahasiswa Ekonomi Indonesia (ISMEI) XIII Tahun 2015, di DBL Arena Surabaya.

Wagub Jatim Drs H Saifullah Yusuf saat menghadiri pembukaan Kongres Ikatan Senat Mahasiswa Ekonomi Indonesia (ISMEI) XIII Tahun 2015, di DBL Arena Surabaya.

Pemprov Jatim, Bhirawa
Menjadi pemenang dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir 2015 mendatang harus menguasai banyak faktor. Diantaranya adalah intellectual happiness, spiritual happiness, physical happiness dan keterampilan. Keempat faktor ini diyakini sebagai kunci sukses dalam menghadapi MEA.
Pernyataan tersebut disampaikan Wakil Gubernur Jatim Drs H Saifullah Yusuf, saat Kongres Ikatan Senat Mahasiswa Ekonomi Indonesia (ISMEI) XIII Tahun 2015, di DBL Arena Surabaya, Sabtu (9/5) lalu. Menurutnya, pintar dan cerdas saja tidak cukup. Selain kebahagiaan intelektual, mahasiswa harus memiliki kebahagiaan spiritual (spiritual happiness). Dengan memiliki kebahagiaan spiritual, mahasiswa tidak hanya pintar tetapi hatinya juga baik.
“Mahasiswa bisa menggunakan akal pikir. Pada saat yang sama mahasiswa juga selalu diajarkan untuk dekat dengan Tuhan. Indonesia akan maju dan semakin tegak dengan generasi muda yang memiliki intellectual dan spiritual happiness,” kata Gus Ipul sapaan akrab Wagub Jatim ini.
Selain intellectual dan spiritual happiness, mahasiswa juga harus memperhatikan physical happiness dan keterampilan. Yang dimaksud physical happiness adalah kebahagiaan terhadap penampilan. “Penampilan ini diterapkan dalam packaging sebuah produk yang digunakan untuk dipasarkan di MEA. Penampilan harus baik,” ujarnya
Ia mengatakan, mahasiswa harus memiliki keterampilan dalam bersaing di era MEA Tahun 2015. Keterampilan yang harus dimiliki oleh generasi muda salah satunya adalah penguasaan bahasa asing. Penguasaan bahasa Inggris merupakan syarat utama. Harapannya kalau bisa bahasa yang dikuasai tidak hanya bahasa Inggris namun juga bahasa masyarakat Asean seperti tagalog dan mueang thai.
Selain itu, pendidikan keterampilan harus terus diperkuat, caranya dengan menambah sekolah kejuruan yang ada. Saat ini, jumlah SMK di Indonesia 60 berbanding 40 persen dari sekolah umum atau SMU. Berbeda dengan negara maju di Eropa yang memberikan perhatian besar kepada sekolah kejuruan.
Menurutnya, perkuatan sekolah kejuruan oleh negara eropa seperti Jerman, Denmark dan Norwegia dalam kesiapannya menghadapi pasar tunggal eropa telah memfokuskan jumlah sekolah kejuruan sebesar 70 persen dibanding sekolah umum sebesar 30 persen.
“Jerman telah memberikan perhatian lebih kepada sekolah kejuruan yang telah memiliki sumber daya yang siap bekerja di pasar tenaga kerja. Mereka bahkan menggandeng perusahaan yang membutuhkan skill dan kompetensi dari tenaga terampil di SMK untuk diajak bekerja dalam perusahaannya,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Koperasi dan UKM RI AA Gusti Ngurah Puspayoga mengatakan, Indonesia harus optimis dalam menghadapi MEA. Optimisme ini bisa diraih karena sebanyak 42 persen pasar ASEAN berasal dari Indonesia. “Jika kita bisa menguasai 42 persen pasar dalam negeri, maka Indonesia bisa bersaing di era MEA. Kita harus optimis, setengah pangsa pasar ASEAN berada di Indonesia,” katanya,
Menurutnya, untuk menghadapi MEA, masyarakat Indonesia tidak saja mencintai produk Indonesia, tetapi harus menggunakan produk Indonesia. Selama ini, masyarakat bisa dipastikan mencintai produk Indonesia, namun belum sepenuhnya menggunakan produk tersbeut. “Untuk itu, mari bersama-sama menggunakan produk Indonesia. Saya mengajak mahasiswa untuk ikut menggunakan produk Indonesia,” ajaknya. [iib]

Tags: