(Wajib) Sayang Ibu

Foto Ilustrasi

“Kalau engkau menangis // Ibundamu yang meneteskan air mata //
Dan Tuhan yang akan mengusapnya // Kalau engkau bersedih // Ibundamu yang kesakitan // Dan Tuhan yang menyiapkan hiburan-hiburan // Menangislah banyak-banyak untuk Ibundamu //… .

“Begitu Emha Ainun Najib, menulis dalam puisinya. Penyair senior lainnya, Taufik Ismail, juga menulis puisi tentang ibu, dengan penuh haru-biru. Serta penyair angkatan 45, Chairil Anwar, mendahului menulis puisi tentang “Ibu.”
Sorga di bawah telapak kaki ibu, sebagaimana diajarkan agama, ternyata benar. Hanya ibu yang mengerti “bahasa” bayi. Ibu pula yang mengajar setiap bayi sampai bisa berbicara. Sekaligus menjadi arena “sekolah” pertama seluruh manusia. Pengorbanan setiap ibu pada saat melahirkan anaknya, tak tertandingi oleh pengorbanan siapapun. Juga tiada kasih setulus cinta ibu, bagai malaikat yang selalu membimbing.
Bahkan panglima paling berjaya penguasa di Eropa, Napoleon Bonaparte, sangat memuji kaum ibu. dilukiskan dengan kata:”menggoyang anaknya dengan tangan kanan, tangan kirinya mengguncang dunia.”Ironisnya, banyak tokoh kaum ibu, harus menanggung beban politik berat, berujung pengorbanan nyawa. Antaralain Indira Gandi (di India), Benazir Butho (di Pakistan), serta Cut Nya’ Din (di Aceh). Kisah tokoh-tokoh kaum ibu, berakhir nelangsa.
Nelangsa, juga menjadi gambaran mayoritas kaum ibu di Asia, tak terkecuali di Indonesia. Kaum ibu masih terhimpit tekanan dari berbagai arah. Menanggung beban ke-rumahtangga-an serta beban sosial dan perekonomian. Berbagai sindikat kejahatan, menjadikan kaum ibu sebagai sasaran paling empuk. Namun bersyukur, berbagai perundang-undangan telah diterbitkan untuk melindungi kaum ibu. Termasuk ke-serta-an dalam partai politik, dan pencalonan anggota legislatif.
Bersyukur pula, paradigma agama-agama mengajarkan, bahwa ibu lebih utama dibanding seluruh isi dunia. Agama Hindu, misalnya, mengajarkan anak-anak (tak terkecuali yang sudah dewasa), agar meminum air bekas cuci kaki ibunya.Penganut Nasrani, juga memiliki tokoh sentral, bunda Maria. Perawan suci yang melahirkan Isa almasih.Sedangkan agama Islam, kitab suci Al-Quran dan berbagai hadits, mewajibkan setiap muslim mengutamakan bakti kepada ibundanya.
Keberkahan, menjadi “domain” kaum ibu. Hanya ibu yang mengerti “bahasa” bayi. Ibu pula yang mengajar setiap bayi sampai bisa berbicara. Sekaligus menjadi arena “sekolah” pertama seluruh manusia. Tetapi kaum ibu umumnya bagai dilarang “banyak bicara.” Juga dibatasi agar tidak bersekolah tinggi. Anehnya, kaum ibu seolah-olah nampak cerdas. Selalu memiliki cara menyelesaikan permasalahan anak-anaknya.
Tetapi ke-mulia-an ibu, terjadi pada saat melahirkan.Sekaligus pertaruhan jiwa. Kitab suci (Al-Quran, surah al-Luqman) dinyatakan bahwa ibu hamil dalam keadaan sakit yang semakin sakit. Puncak kesakitan terjadi saat melahirkan. Karena itu agama mengajarkan, bahwa masa hamil dan melahirkan mestilah diatur. Agar tidak semakin sengsara, serta mengurangi risiko kematian ibu saat melahirkan.
Pengorbanan setiap ibu pada saat melahirkan anaknya, tak tertandingi oleh pengorbanan siapapun. Di Indonesia, kenyataannya, AKI (Angka Kematian Ibu) masih sebanyak 228 orang pada setiap 100 ribu persalinan. Ini tergolong sangat tinggi, bahkan tertinggi di kawasan ASEAN (3 sampai 6 kali lebih besar). Negara lain hanya sekitar 50-an ibu yang meninggal. Tingginya AKI umumnya akibat melahirkan pada usia muda.
Harus diakui pula, kebiasaan menikah muda di beberapa daerah tidak mudah dihapus. Selain tingkat pendidikan, penyebab lainnya menikah dini adalah problem perekonomian. Maka penyebab AKI, bagai rantai yang saling berkait: kemiskinan, pendidikan, dan keterbelakangan.
Karena pengorbanannya, ibu wajib lebih dilindungi (dan di-bahagia-kan). Agar kasih tulusnya tetap mengalir, bagai malaikat yang selalu membimbing.

——— 000 ———

Rate this article!
(Wajib) Sayang Ibu,5 / 5 ( 1votes )
Tags: