Wajib Sayangi Ibu

IBU (1)Surga di bawah telapak kaki ibu, sebagaimana diajarkan agama, ternyata benar. Hanya ibu yang mengerti “bahasa” bayi. Ibu pula yang mengajar setiap bayi sampai bisa berbicara. Sekaligus menjadi arena “sekolah” pertama seluruh manusia. Pengorbanan setiap ibu pada saat melahirkan anaknya, tak tertandingi oleh pengorbanan siapapun. Juga tiada kasih setulus cinta ibu, bagai malaikat yang selalu membimbing.
Pada proses melahirkan, seorang ibu bertaruh nyawa. Pada kitab suci (Al-Quran, surah al-Luqman) juga dinyatakan bahwa ibu hamil dalam keadaan sakit yang semakin sakit. Puncak kesakitan terjadi saat melahirkan. Karena itu agama mengajarkan, bahwa masa hamil dan melahirkan mestilah diatur. Agar tidak semakin sengsara, serta mengurangi risiko kematian ibu saat melahirkan.
Patut disayangkan, program jampersal (jaminan persalinan) dihapus. Biaya melahirkan terasa menjadi beban. Walau telah terdapat BPJS, tetapi tidak nyaman. Sebab biasanya, pasien pemegang BPJS “di-nomor dua-kan.” Sehingga banyak ibu hamil memilih pasif, tidak rutin memeriksakan diri ke bidan. Ini bisa meningkatkan berbagai risiko selama masa kehamilan sampai melahirkan. Lebih lagi, pada saat melahirkan tidak ditolong oleh tenaga ahli (bidan bersertifikat).
Kenyataannya, AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia masih sebanyak 228 orang pada setiap 100 ribu persalinan. Ini tergolong sangat tinggi, bahkan tertinggi di kawasan ASEAN (3 sampai 6 kali lebih besar). Negara lain di ASEAN hanya sekitar 50-an ibu yang meninggal. Menurut data Kementerian Kesehatan tingginya AKI kebanyakan akibat pendarahan oleh ibu yang melahirkan pada usia muda serta infeksi.
Harus diakui, kebiasaan menikah muda di beberapa daerah tidak mudah ditembus. Malu anaknya disebut “perawan tua” (walau usianya baru 18 tahun). Banyak keluarga menikahkan anaknya pada usia sebelum 18 tahun. Bahkan banyak yang putus sekolah pada masa wajib belajar (pendidikan dasar 9 tahun). Selain tingkat pendidikan, penyebab lainnya menikah dini adalah problem  perekonomian. Maka penyebab AKI, bagai rantai yang saling berkait: kemiskinan,    pendidikan, dan keterbelakangan.
Tingginya indeks AKI, bukan hanya terjadi di daerah tertinggal (Papua, NTT, dan Maluku. Melainkan juga di pulau Jawa. Namun mencegah kematian ibu saat melahirkan, bukan tanpa solusi. Diperlukan kerja keras jajaran paramedis (terutama bidan berpendidikan formal setingkat ahli madya, D-3) untuk men-sosialisasi hal-ihwal persalinan. Sosialisasi bisa memanfaatkan ibu-ibu kader PKK melalui program posyandu yang biasa dilakukan di kampung-kampung. Terutama pengetahuan praktis tetang kehamilan.
Berdasarkan data pada Kemenkes, persalinan ibu yang dibantu te-naga kesehatan sebanyak 82,3%. Tetapi Ibu yang melahirkan di rumahsakit masih sedikit lebih dari 50%. Masih banyaknya kelahiran yang dilakukan di rumah karena terbatasnya akses kesehatan dan ekonomi. Kadang, problem akses letak rumah jauh dari fasilitas kesehatan. Sedangkan secara ke-ekonomi-an, ibu hamil takut ke rumahsakit karena tidak punya uang.
Pada tahun 2015 ini, diharapkan penurunan AKI sampai tersisa 0,1%. Artinya, haya terdapat satu korban jiwa ibu dari seribu kelahiran.  Selain penyelamatan ibu  saat persalinan, pengetahuan kehamilan yang baik bisa menjamin kualitas anak yang dilahirkan. Tetapi risiko ibu saat hamil dan melahirkan, masih dianggap sebagai “kewajiban” kodrat. Ironisnya, “hak” kodrati ibu (sebagai ratu rumahtangga) sering diabaikan.
Masih banyak ibu menjadi korban KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Serta menjadi “korban” paling empuk bandit human trafficking (perdagangan manusia). Bersyukur, agama meng-garansi setiap ibu akan memperoleh penghormatan di dunia dan akhirat. Ibu juga diberi mandat memberi pengampunan Allah. Maka seyogianya (selalu) minta maaf dan menghormati ibu, sebelum ditinggalkannya. Sebab kehilangan ibu bagai ditinggal malaikat penuntun.

                                                                                                             ———- 000 ———–

Rate this article!
Wajib Sayangi Ibu,5 / 5 ( 1votes )
Tags: