Wakil Bupati Sidoarjo Berharap Banjir RSUD Bisa Diatasi

Pegawai RSUD bersama-sama membersihkan air yang masuk ke ruang kelas III. [achmad suprayogi/bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Banjir yang sering melanda di beberapa titik di wilayah Sidoarjo, diharapkan Wakil Bupati Sidoarjo segera bisa diatasi, bisa dicarikan solusinya. Terutama banjir di RSUD Sidoarjo, seperti yang terjadi Hari Minggu malam (25/11) lalu, airnya sudah masuk keruang kelas III ‘Merah Putih’.
Wakil Bupati Sidoarjo, Nur Ahmad Syaifuddin, sangat berharap dalam penanganannya agar diprioritaskan untuk percepatan, jangan sampai para pasien itu tambah menderita, maunya berobat malah kena banjir. Maka penanganan banjir di RSUD ini juga harus ada kajian, karena kondisinya juga sangat rendah sekali, lalu sistem drainasenya harus ada kajian.
“Sepengetahuan saya, RSUD ini setiap ada hujan lebat selalu banjir, maka perlu dikaji dengan baik penanganannya,” tegas Wabup, Senin (26/11) kemarin.
Menurut Wabup, penanganan banjir di RSUD harus melibatkan jajaran terkait untuk dilakukan kajian kembali, kemana pembuangan air, bagaimana bentuk kajiannya. Sebab kondisi RSUD Sidoarjo tiap tahun selalu mambangun gedung tinggi dan megah, serta mempercantik gedung, namun setiap terjadi hujan deras juga selalu banjir. ”Saya berharap juga harus fokus untuk mengangani masalah banjir,” harap Cak Nur sapaan akrab Wabup.
Terpisah, Dirut RSUD Sidoarjo, dr Atok Irawan mengatakan, untuk mencarikan solusinya tak akan menggantungkan di luar RS, karena tidak akan bisa menyelesaikan masalah. Makanya harus selalu ada koordinasi dengan pihak Dinas PUPR (Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) Pemkab Sidoarjo.
“Sesuai Rekom Dinas PUPR Sidoarjo, RSUD perlu segera membuat review kajian drainase, dan mungkin salah satu solusinya dibuat mini long storage atau mini busem untuk lingkungan RSUD. Sekarang ini, sedang ada pembahasan rencana pembangunan 2019, yang perlu dipertimbangkan,” katanya,
Wabup juga juga bercerita, dulu waktu masih sekolah SD, di Sidowayah depan RS itu masih ada sungai kecil nyambung Sungai Plipir Sekardangan, bisa jadi solusi banjir. Tapi sekarang jadi selokan dan ditutup, karena makin banyaknya bangunan rumah. Jadi, tak ada lagi saluran air yang memadai. Pernah dipasang pompa, tapi diprotes warga karena terlalu besar dan menonjol. Meskipun dipompa, jika hujan deras, air di seputar RS juga menggenang, jadinya muter saja,” pungkas Atok Irawan. [ach]

Tags: