Wakil Rakyat Dikagetkan Siswi Hamil di Jatim Tinggi

siswi-hamil-yesDPRD Jatim, Bhirawa
Tingginya kasus siswi hamil di luar nikah di Jawa Timur sudah mencapai taraf memprihatinkan. Di sejumlah daerah di Jawa Timur muncul sebagai daerah dengan kasus siswi hamil tinggi seperti, Mojokerto,  Kabupaten Malang, Madura serta di kawasan Tapal Kuda.
“Kami tidak bisa menyebut apakah mereka ini masih duduk di bangku sekolah atau tidak. Yang pasti mereka ini masih tergolong di bawah umur. Bisa jadi mereka memang hamil di luar nikah. Namun bisa juga mereka mamang nikah pada usia dini,”tegas Kepala BKKBN Provinsi Jatim, Dwi Listywardani, Kamis (27/11) , dikonfirmasi .
Potret tersebut terlihat dari hasil survey yang dilakukan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jatim. Kendati tidak spesifik menunjuk kepada pelajar. Namun survey tersebut menunjukkan bahwa angka kelahiran untuk wanita di bawah usia 20 tahun cukup tinggi.
Data di BKKBN menyebut bahwa total angka fertilitas (Total Fertility Rate/TFR) pada rentang tahun 2002hingga 2014 mencapai 53/1000 wanita. Jumlah ini naik di banding sepuluh tahun sebelumnya (1991-2002) yang hanya berjumlah 45/1000.
Sebab di daerah-daerah pelosok, seperti Madura dan Tapalkuda, juga masih banyak siswa yang putus sekolah dan bekerja. Sebagian di antara mereka bahkan sudah melepas masa lajang, kendati usia masih terlalu dini.
“Kultur di daerah pinggiran memang demikian. Umumnya mereka tidak sekolah sampai tuntas dan memilih menikah,”jelasnya.
Hanya, Dwi tidak memungkiri bahwa banyak di antara mereka yang menikah karena terpaksa. Itu karena posisi mereka yang hamil duluan. “Karena terlanjur hamil, maka Kantor Urusan Agama (KUA) terpaksa menikahkan. Nah, di Jatim kami juga curiga seperti itu,”jelasnya.
Pasalnya, gaya hidup bebas sudah tak terkontrol lagi. Anak-anak di usia SMP dan SMA misalnya, sudah tidak malu lagi berpacaran, berduaan di tempat gelap atau bahkan tidur bersama. “Wajar saja bila banyak pelajar hamil di luar nikah. Ini berbeda dengan jaman kita dahulu.
Jangankan berpacaran, ketahuan berboncengan dengan lawan jenis saja malu,”imbuhnya.
Kemunduran inilah kata Dwi yang mesti segera diatasi. Keluarga, sekolah dan teman sebaya mereka harus memberi perhatian lebih lagi. Mengingatkan dan memproteksi mereka akan tidak kebablasan dalam bergaul. “Yang tak kalah penting juga pribadi mereka sendiri,”katanya.
BKKBN sendiri, lanjut Dwi tidak bisa spesifik mengurusi hal demikian itu (mencegah siswi hamil di luar nikah). Sebab tugas BKKBN hanyalah melakukan pendewasaan usia perkawinan. Sehingga anak-anak tidak menikah di usia muda. Tetapi di atas usia 21 tahun. Untuk tugas tersebut, Dwi mengaku telah membentuk Kadrer Generasi Berencana (KGB) di lembaga pendidikan. Baik pesantren maupun sekolah. Lewat kader tersebut, pihaknya membentuk pusat informasi dan konseling untuk para pelajar.
“Untuk tugas ini, kami melibatkan kader dari kalangan mereka juga. Namanya pendidik sebaya dan konselor sebaya. Mereka sengaja dipilih agar gampang berinteraksi. Saat ini ada 10 kelompok di masing-masing kabupaten/kota di Jatim,”urainya.
Selain mengampanyekan pernikahan di usia yang pas, mereka juga mengajak para pelajar untuk tidak melakukan seks bebas, tidak pacaran dan menggunakan narkoba. “Ini adalah bagian dari tindakan preventif, agar para pelajar tidak terjerumus dalam kesesatan,”katanya.
Lebih jauh, pihaknya juga berharap agar pendidikan karakter di sekolah diperdalam lagi. Tujuannya agar para siswa tahan terhadap segala godaan. “Di pesantren pendidikan seperti itu sudah ada. Bahkan, saat masih usia dini mereka sudah diajarkan tentang bersuci dan beribadah.
Misalnya saat para santri putri mengalami menstruasi dan para santri putra mimpi basah,”jelasnya.
Terpisah,  Sekretaris Anggota DPRD Jatim, Kartika Hidayati mengaku prihatin dengan tingginya angka siswi hamil di Jatim. Karenanya, kurikulum 2013 yang lebih mengedepankan pendidikan karakter segera dilaksanakan. Mengingat dengan semakin berkembangkan IT, dimana siswa dengan mudah mengakses gambar atau video yang sebenarnya tak layak dilihat mereka, kini bebas diakses. Sementara itu, disatu sisi orangtua sibuk mencari nafkah dan menyerahkan sepenuhnya pendidikan ke guru.
”Ini sangat salah besar. Karena itu untuk membentuk sebuah karakter anak tidak saja menjadi tanggungjawab pendidik atau guru. Tapi juga orangtua memegang kunci, karena waktu bertemu dengan anak-anak sangatlah panjang daripada di sekolah. Disisi lain pengaruh lingkungan juga menetukan pembentukan karakter anak,”tambah politikus dari PKB Jatim ini.
Ditambahkannya, selama ini anak-anak yang menjadi korban hubungan bebas ini rata-rata orangtua sedikit memberikan waktu bertemu dengan anak. Selain, anak kurang mendapatkan pengetahuan keagamaan dan kesehatan terkait bagaimana resiko jika si anak hamil dibawah umur dan belum menyelesaikan sekolah. Tentunya masa depannya hancur dan rentan terkena penyakit kandungan.
”Seharusnya hal-hal seperti ini ditanamkan anak sejak dini. Dan kami berharap kedepan Dinas Pendidikan memberikan pengetahuan tambahan tentang kesehatan terkait kehamilan diluar nikah dan dibawah umur. Selain itu, sekolah juga memberikan ketauladanan terhadap para siswa dengan mengedepankan dan mengajarkan para tokoh-tokoh nasional yang berjuang untuk kemerdekaan bangsa kita,”papar politisi perempuan berjilbab ini.
Diakuinya, saat ini sekolah-sekolah saling bersaing soal prestasi akademik tanpa melihat karakter moral si anak. Dan ini merupakan salah besar. ”Percuma kalau mereka berprestasi, tapi karakternya rendah. Padahal mereka generasi muda kita, yang tentunya memiliki kemampuan tidak saja pada akademik tapi juga karakter,”lanjutnya.
Untuk itu, dengan tingginya angka siswi hamil yang setiap tahun mengalami peningkatan, tentunya semua harus intropeksi diri. Mulai guru, orangtua dan pengambil kebijakan termasuk Komisi E DPRD Jatim. Untuk itu, pihaknya dalam waktu dekat akan memanggil instansi terkait untuk mencari solusi pemecahan masalah ini yang notabene akan merusak generasi muda bangsa. [cty]

Tags: