Wali Kota Ajak Masyarakat Berantas Sarang Nyamuk

Walikota Habib Hadi memberikan lavarsida pada tempat penampungan air.

Enam Siswa SDN Sukabumi 4 Positif DBD
Probolinggo, Bhirawa
Semakin banyaknya penderita DBD (demam berdarah dengue) di Kota Probolinggo menjadi perhatian Wali Kota, Hadi Zainal Abidin.
Guna memantau warganya bebas dari DBD wali kota langsung blusukan di pemukiman warga dan sekolah-sekolah di wilayahnya. Selain melakukan pemantauan, orang nomor satu di Pemkot Probolinggo ini juga melakukan pengasapan atau fogging bersama Dinas Kesehatan setempat.
Seperti diketahui, sebanyak 6 siswa SD Negeri Sukabumi 4 sejak pekan lalu tidak masuk sekolah dikarenakan positif menderita demam berdarah dengue (DBD). Mereka pun dibawa ke RSUD dr Mohamad Saleh untuk menjalani perawatan.
Kepala SDN Sukabumi 4 Probolinggo, Riani mengatakan, 6 siswa tersebut berasal dari kelas 5. Enam siswa sempat dirawat di rumah sakit, tapi sudah keluar. Namun, semuanya belum masuk sekolah. “Semua siswa masih belum masuk sekolah,” ujarnya Selasa (19/2) kemarin.
Riani mengungkapkan, dari pihak orang tua siswa telah memberikan keterangan bahwa putra-putrinya positif DBD. Sehingga, Senin kemarin pihak sekolah melaporkan ke Dinas Kesehatan (Dinkes) adanya 6 siswa positif DBD.
Menanggapi kabar tersebut, Wali Kota Probolinggo bersama dengan tim dari Dinas Kesehatan langsung melakukan pengasapan atau fogging dengan 3 alat fogging ke SDN Sukabumi 4 serta di sejumlah sekolahan di kota Probolinggo.
Lokasi pertama yang di-fogging Jalan Tangkuban Perahu RT 1 RW 2 Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan. Satu tim dengan empat alat fogging diturunkan untuk memberantas nyamuk aides aigepty dewasa. Sasarannya di ruangan dalam rumah, jalan hingga saluran air.
Dilaporkan oleh petugas, di wilayah tersebut terdapat penderita DBD dan dirasakan perlu melakukan fogging. Tidak hanya di permukiman, Wali Kota Habib Hadi pun memantau fogging hingga ke SD Sukabumi IV di Jalan Soekarno Hatta. Di sekolah tersebut terdapat enam siswa yang positif DBD dan sudah menjalani rawat inap.
Dinkes mencatat penderita DBD di bulan Januari ada 23 orang, bulan Februari (hingga tanggal 13) terdapat 18 orang penderita. Sedangkan data RSUD dr Mohammad Saleh, hari ini (15/2) ada 5 penderita yang sedang menjalani rawat inap.
Saat di Kelurahan Pilang, ditemukan aquarium yang tidak diisi ikan justru banyak didapati jentik nyamuk. Sementara di SD Sukabumi IV, ada beberapa pot bunga digenangi air dan saat di-senter ditemukan banyak jentik. Habib Hadi pun langsung menaburkan abate agar jentik nyamuk tidak semakin berkembang biak.
“Ini (perkembangbiakan jentik nyamuk) harus ditanggulangi supaya (DBD) tidak terjadi terus menerus. Kasus DBD ini tidak akan selesai kalau tidak ada keterlibatan masyarakat bersama pemerintah. Semua harus ikut andil mengantisipasi DBD agar tidak semakin banyak penderitanya,” jelas Habib Hadi.
Habib Hadi menegaskan, langkah-langkah yang harus dilakukan bersama untuk mengurangi dan menekan DBD dengan PSN (pemberantasan sarang nyamuk). “Satu rumah satu jumantik (juru pemantau jentik). Jumantik ini bisa siapa saja, ayah, ibu, anak atau pembantunya. Seminggu sekali dicek itu tempat yang menjadi sarang jentik,” tegas wali kota.
Ia meminta masyarakat lebih responsif dengan PSN. Yaitu memeriksa tempat perlindungan nyamuk di lingkungan rumah, memberikan lavarsida pada tempat penampungan air, periksa tanaman yang bisa menampung air (pot bunga, vas bunga, tempat minum burung, wadah dispenser), tidak membiasakan menggantung pakaian, memelihara ikan pemakan jentik, menanam tanaman pengusir nyamuk dan bergotong royong membersihkan lingkungan.
“Fogging sebenarnya bukan langkah yang cepat, bukan pemberantasan. Justru pemberantasannya adalah keterlibatan masyarakat. Fogging efeknya hanya sementara dan berbahaya jika tidak tepat sasaran. Ayo masyarakat, kita bersama-sama memberantas DBD dengan PSN,” ajak Habib Hadi.
Wali kota juga meminta Dinkes melaporkan perkembangan DBD di Kota Probolinggo. Sebab, kata Habib Hadi, daerah berdampak akan membutuhkan penanganan serius lalu memetakan perlu fogging atau tidak.
“Semua tidak akan berhasil kalau tidak ada peran serta masyarakat. Masyarakat harus menjaga lingkungannya supaya penyakit ini tidak menjadi rutinitas setiap tahunnya,” paparnya.
Kepala Dinkes kota Probolinggo, drg Ninik Ira Wibawati menjelaskan, pihaknya telah menyebarkan surat edaran wali kota Probolinggo untuk PSN serentak. Kasus DBD sudah menjadi siklus lima tahunan, di Kota Probolinggo jumlahnya cenderung menurun sejak tahun 2017. Tahun 2017 ada 113 kasus, sedangkan tahun 2018 ada 37 kasus.
“Untuk diketahui masyarakat, jika ada penderita demam berdarah tidak serta merta langsung fogging. Puskesmas harus mendata dulu, jika benar maka radius 100 meter ada pasien panas minimal 3 orang dan angka bebas jentik kurang dari 95 persen, ini baru bisa dilakukan indikasi fogging,” jelas drg Ninik saat mendampingi wali kota.
Masyarakat pun diperbolehkan meminta bubuk abate ke puskesmas secara gratis. Ninik menambahkan, masyarakat disarankan menanam mohon pengusir nyamuk seperti sereh, lavender dan selasih. “Tetapi PSN harus terus menerus, tidak bisa hanya sekali. Karena begitu turun hujan ada genangan,” tambahnya. [wap]

Tags: