Wali Kota Imbau Pengemasan Daging Kurban Tak Gunakan Kantong Plastik

Petugas dari DKPP Surabaya saat memeriksa kesehatan hewan kurban di kawasan Mulyosari. [trie diana]

Surabaya, Bhirawa
Menjelang Hari Raya Idul Adha 1440 Hijriah, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengimbau masyarakat tidak memotong dan membuang limbah hewan kurban di sembarang tempat. Ia juga mengimbau pengemasan hewan kurban yang dibagikan agar tidak menggunakan kantong plastik karena dapat mencemari lingkungan.
“Tidak boleh motong hewan kurban di sembarang tempat ya saat kurban nanti. Karena efeknya bisa menimbulkan penyakit dan sebagainya. Kemudian tempatnya juga kita cek nanti, tidak boleh dekat perumahan atau pemukiman warga,” kata Wali Kota Risma, Selasa (6/8).
Wali kota perempuan Kota Surabaya ini juga menyarankan, pengemasan daging hewan kurban yang akan dibagikan agar tidak mengunakan kantong plastik. Sebab, menurut Risma, sampah plastik sulit terurai dan akan berdampak pada lingkungan. “Kami berharap seperti itu, sebenarnya bisa pakai daun (mengemasnya, red),” katanya.
Sementara itu, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya mulai melakukan pemantauan dan pemeriksaan langsung hewan-hewan kurban yang dijual di sejumlah wilayah di Surabaya. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencegah penularan penyakit berbahaya pada hewan yang dapat menular ke manusia menjelang Hari Raya Idul Adha.
Kepala Bidang Peternakan dan Penyuluhan DKPP Surabaya, Meita Irene Wowor mengatakan, bahwa pemeriksaan dan pemantauan hewan kurban dilaksanakan mulai dari Jalan Mulyosari kemudian Jalan Raya Merr dan menyisir ke kawasan lainnya. Dalam kegiatan itu, petugas melakukan pemeriksaan seperti mengecek suhu badan, gigi, dan mata pada beberapa sapi dan kambing.
“Pemeriksaan ini dilakukan di semua tempat penjualan hewan kurban yang ada di Kota Surabaya,” kata Meita saat ditemui di salah satu tempat penjualan hewan kurban Jalan Raya Mulyosari Surabaya.
Meita menjelaskan, hewan yang sudah dilakukan pemeriksaan, dan dinyatakan layak akan ditandai dengan stiker bertuliskan “Telah Diperiksa Kesehatan”. Sejauh ini, pihaknya tidak menemukan hewan yang dijual kondisinya mengidap penyakit berbahaya seperti, anthrax dan brucellosis.
“Kalau yang terluka ada, karena mungkin lokasinya (kandang penjualan) desak-desak an atau tanduk-tanduk an antar sesama hewan. Sejauh ini hanya (sakit) yang ringan-ringan saja,” jelasnya.
Menurutnya, ciri-ciri hewan yang sehat itu bisa dilihat secara kasat mata. Seperti bulu-bulunya bersih, tidak kusam, sinar matanya juga cerah dan tidak ada kotoran baik itu di mata, hidung atau anus. “Terus gerakannya juga lincah, kalau lemas atau tidur itu berarti bisa sakit. Jadi itu ciri-ciri hewan sehat jika dilihat secara kasat mata,” katanya.
Berdasarkan data tahun 2018, di 31 kecamatan Surabaya terdapat 360 lokasi penjualan hewan kurban. Dengan jumlah sapi 2070 ekor, sedangkan kambing dan domba 5158 ekor. Hewan kurban yang dijual di Surabaya rata-rata berasal dari sejumlah kota di wilayah Jawa Timur, seperti Probolinggo, Tuban, Jember, Malang, Lamongan, dan Gresik.
Namun, saat sidak di lokasi kedua Jalan Raya Merr, pihaknya menemukan hewan kurban yang berasal dari luar jawa, yakni NTT (Nusa Tenggara Timur) dan NTB (Nusa Tenggara Barat). Masing-masing ditemukan ada empat ekor sapi dari NTT dan NTB. “Kalau yang berasal dari luar jawa, selain kita melakukan pemeriksaan kesehatan, kita juga melakukan pengawasan yang lebih intens lagi,” jelas dia.
Akan tetapi, pihaknya memastikan, bahwa hewan kurban yang dijual itu masih aman dan dinyatakan bebas dari penyakit berbahaya. Namun demikian, pihaknya mengimbau kepada masyarakat agar lebih mengutamakan hewan kurban yang asalnya dari wilayah Jatim. “Kita juga imbau masyarakat untuk membeli hewan kurban yang telah kami beri label stiker (Telah Diperiksa Kesehatan),” imbaunya.
Ia menambahkan, pihaknya akan terus melakukan pemantauan ke sejumlah lokasi penjualan hewan kurban hingga menjelang Hari Raya Idul Adha pada Minggu (11/08/19). Sehari sedikitnya ada empat titik lokasi dengan 10 orang petugas yang diterjunkan dalam setiap pemeriksaan. “Selain melakukan pemeriksaan, kami juga menanyakan asal hewannya. Yang dari luar Jawa Timur itu akan kami lakukan pengawasan lebih intens,” paparnya.
Di tempat yang sama, salah satu pembeli hewan kurban, Sukri menyampaikan, dengan adanya pemeriksaan hewan ini, ia sebagai konsumen lebih yakin dan tidak ragu untuk membeli. Apalagi menurutnya, secara hukum agama juga mewajibkan memilih hewan kurban yang kondisinya sehat. “Dengan adanya pemeriksaan ini, kami sebagai konsumen mau beli itu tidak ragu-ragu, bahwa hewan ini betul-betul sehat dan layak untuk buat kurban,” tutupnya. [iib]

Tags: