Wali Kota Malang: Avur Tersumbat Sampah, Lingkungan Terancam Banjir

Wali Kota Malang Sutiaji melakukan sidak pembersihan gorong-gorong untuk mengantisipasi terjadinya banjir saat musim penghujan tiba.

Kota Malang, Bhirawa
Jelang musim penghujan, Pemerintah Kota Malang, telah melakukan antisipasi pembersihan gorong-gorong dan saluran air. Tetapi sayang disejumlah avur ditemukan tidak bisa berfungsi secarta maksimal.
Wali Kota Malang, Sutiaji mengutarakan jika perilaku masyarakat Kota Malang, masih belum disiplin, mereka masih kerap membuang sampah sembarang, yang berakibat pada buntunya avur. Ini akan menjadi ancaman tersendiri pada saat musim penghujan.
“Hampir semuanya karena faktor perilaku. Artinya normalisasi tak bermakna, apabila ternyata masih saja ada warga yang seenaknya membuang sampah dan berperilaku tidak bijak terhadap sarana atau utilitas lingkungan yang ada, “ungkap Wali Kota Malang Sutiaji, Senin 4/11 kemarin.
Pihaknya menyatakan, hasil temuan lapangan  oleh satgas DPUPR  saat beroperasi di jalan Sukarno Hatta (depan ruko SBC),  ditemukan ada dua avur ambles dan menyumbat saluran air. Ini sangat berdampak jika musim hujan tiba.
Kepala DPUPR Hadi Santoso, menegaskan,  ditemukan tumpukan sampah. Kelihatannya satu dua titik, tapi dampaknya banyak karena ini saluran utama. Makanya sebelum musim penghujan tiba pembersihan gorong-gorong akan terus dilakukan.
Sebelumnya, diperiode Oktober 2019,  ada 30 titik yang dinormalisasi. Ke 30 titik itu merupakan titik rawan terjadi genangan dan banjir.  Di antaranya, wilayah Sumbersari, Merjosari, Tlogomas, Galunggung, Sawojajar, Sukun, Klojen, Mojolangu dan wilayah lainya.
Hadi Santoso menambahkan,  Satgas DPUPR menutup bulan Oktober lalu dengan melakukan normalisasi di saluran air di kawasan jalan Sunan Kalijaga Kelurahan Sumbersari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Di sana lagi-lagi pejuang drainase itu, menemukan berbagai jenis sampah yang menyumbat, seperti sampah plastik, sampah rumah tangga dan jenis sampah lainnya.
“Setiap bulan rata-rata kami menormalisasi saluran air antara 25 sampai 30 titik saluran air yang tersumbat. Penyebabnya berbagai macam, ada sampah dan penyempitan. Makanya perlu dan kesadaran, jika tidak,  tentu masyarakat sendiri yang akan menerima dampaknya kalau terjadi bencana, “urai peria yang kerap disapa Pak  Soni itu.
Mengawali bulan Nopember, laskar DPUPR kembali  terjun ke lapangan  untuk melihat kondisi   lingkungan yang tertumpuki sampah, dan pada kenyataannya masih banyak lingkungan yang tidak bersih.
“Kalau sudah begitu, bagaimana kota ini bisa terbebas dari genangan ?  makanya kita semua mengajak masyarakat untuk membangun, bangun kesadaran lingkungan seiring perbaikan secara terus menerus infrastruktur,”imbuhnya. [mut]

Tags: