
Wali Kota Malang, Sutiaji.
Jembatan Sukarno – Hatta (Suhat), kerap kali digunakan percobaan bunuh diri, oleh beberapa orang. Karena itu Wali Kota Malang Sutiaji, meminta kepada Pemprov Jatim untuk memasang pagar pada jembatan tersebut.
Menurut Sutiaji, menyampaikan bahwa pihaknya telah memberikan atensi pada Jembatan didepan kampus Universitas Brawijaya (UB) itu.
Sutiaji telah melaporkan hal tersebut kepada Pemprov Jatim, agar bisa dipasang pagar di sepanjang jembatan itu. “Kami juga sudah menyampaikan ke provinsi. dua hari setelah kejadin sudah disampaikan, tinggal menunggu saja,” ujar Sutiaji Selasa (5/6) kemarin.
Peristiwa bunuh diri di lokasi tersebut memang terjadi belum lama ini. Yakni pada Jumat 26 Mei 2023 lalu. Pemuda tersebut diketahui merupakan warga Ngajum Kabupaten Malang. Aksi bunuh diri itu sempat diketahui oleh seorang saksi. Di lokasi kejadian, juga ditemukan sebuah cutter.
Yang diduga digunakan korban untuk melukai dirinya sebelum ia terjun dari atas jembatan. Jenazah TJS pun ditemukan pada Jumat 26 Mei 2023 pukul 15.30 sore.
Terbaru, beredar sebuah video yang menunjukan seorang perempuan yang diduga akan melakukan bunuh diri. Namun beruntungnya perempuan tersebut masih dapat diselamatkan.
Pemasangan pagar di sepanjang Jembatan Suhat tersebut juga menjadi saran dari beberapa pihak. Namun demikian, Sutiaji mengaku tidak dapat melakukan percepatan. Dan untuk pemasangan pagar, juga masih harus menunggu realisasi dari Pemprov Jatim.
Menurut Sutiaji, sudah melakukan langkah antisipatif, melalui Puskesmas yang ada di Kota Malang, Pemkot Malang sudah melakukan langkah antisipatif.
“Kalau dari pemkot sudah melalukan upaya. Yakni dengan melakukan pendampingan pada masyarakat yang mengaku mengalami stress atau depresi. Ada psikolog di setiap puskesmas,” jelas Sutiaji.
Berdasarkan data yang ia himpun, setidak ada lebih dari 20 orang yang mengaku depresi atau stress dan sedang mendapat pendampingan di setiap puskesmas.
Ia pun berharap pendampingan itu dapat dilakukan tidak hanya di puskesmas saja. Namun juga dilakukan saat berada di rumah atau di sekolah. Baik oleh orang tua maupun guru.
“Lebih dari 20 orang, yang mengaku stres dan berkonsultasi. Beruntungnya orang yang konsultasi itu kan yang menyadari, tetapi banyak orang yang tidak menyadari,” pungkasnya. [mut.dre]