Wali Kota Probolinggo Resmikan Gedung Baru Perpustakaan Umum

Wali Kota Hadi resmikan gedung perpustakaan umum.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

(Minat Baca Warga Hanya 0,22 Persen)
Probolinggo, Bhirawa
Wali Kota Probolinggo Habib Hadi Zainal Abidin meresmikan gedung Perpustakaan Umum Daerah Kota Probolinggo yang terletak di Jalan Trunojoyo. Dalam kesempatan tersebut, wali kota Hadi bersama para pejabat lainnya juga mendonasikan buku ke perpustakaan umum.
Wali kota Hadi, Rabu 18/12 menyampaikan, perpustakaan umum salah satu sarana bagi pemerintah untuk mewujudkan pendidikan di Indonesia. Kota Probolinggo telah berusaha dengan sungguh-sungguh mengusahakan adanya perpustakaan umum yang tidak hanya menyediakan buku pelajaran, tetapi juga sebagai sarana pembelajaran yang efektif.
“Tujuan utama adanya perpustakaan umum ini untuk menyediakan sarana pembelajaran yang lebih mudah, menambah wawasan baik akademik maupun non akademik dengan fasilitas yang selengkap-lengkapnya untuk melengkapi upaya memajukan pendidikan di Indonesia,” ucap Hadi.
Perpustakaan umum terbuka untuk masyarakat di luar pelajar, agar tidak menyimpang dari tujuan semula. Perpustakaan akan mengizinkan masyarakat Kota Probolinggo untuk ikut belajar dan menambah wawasan. “Semoga dengan adanya perpustakaan di Kota Probolinggo bisa semakin baik dan jauh dari tingkat buruknya pendidikan, kata wali kota Hadi.
Wali kota Hadi mengajak Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan jajaran pemerintahan serta seluruh masyarakat Kota Probolinggo, untuk mendonasikan buku-bukunya yang tidak dipakai dan tidak termanfaatkan ke perpustakaan umum. Tujuannya agar bisa dimanfaatkan oleh orang lain yang membutuhkan.
“Semoga setelah perpustakaan ini diresmikan, dapat berguna sebaik-baiknya agar generasi pelajar Kota Probolinggo siap mengharumkan nama Kota Probolinggo tercinta dan juga bangsa Indonesia tercinta. Serta dapat meningkatkan minat kunjungan masyarakat akan membaca di perpustakaan ini,” tutur wali kota Hadi.
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Probolinggo telah merampungkan pembangunan gedung perpustakaan umum Kota Probolinggo tersebut dengan menggunakan APBD Kota Probolinggo sebesar Rp. 2.611.033.329 pada tahun anggaran 2019.
Minat baca masyarakat Kota Probolinggo terhadap buku, rendah. Berdasarkan survey yang dilakukan Bappeda litbang 2017 lalu, indeknya 0,22 persen dari jumlah penduduk. Artinya, jika diasumsikan penduduk Kota sebanyak 250 ribu, warga yang gemar membaca hanya 113 orang.
Indeks minat baca tersebut disampaikan Hanifah, Kabid Pembinaan pada Kantor Perpustakaan dan Arsip. Disebutkan, hasil survey yang dilakukan Bappeda Litbang 2017 lalu, angka minat baca, 22 persen. “Hasilnya seperti itu. Bukan kami yang menyurvei, tapi Bappeda,” sebut Hanifah di kantornya, Taman bacaan (Manca).
Untuk menaikkan indeks tersebut, pihaknya telah melakukan pembinaan, pendekatan terhadap organisasi atau lembaga. Diantaranya, kelompok-kelompok belajar, Komunlis (kelompok membaca dan menulis) dan kampung dongeng serta kelompok musik. “Kami juga bekerjasama dengan PWI menggelar lomba kepenulisan,” tandasnya.
Selain itu, pihaknya juga menyasar sekolah-sekolah, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan kelurahan yang memiliki perpustakaan. Rencananya, pihak perpustakan juga akan menggandung dan membina komunitas di luar itu. Seperti kelompok pecinta motor dan lain. “Itu rencana ke depan,” ujarnya.
Hanifah optimis, dengan upaya yang dilakukan awal tahun 2019 tersebut, indeks minat baca akan naik atau bertambah, Karenan ia yakin, kantor baru perpustakaan di timur Alun-alun akan ramai pengunjung. “Ya, kami optimis. Kami akan terus melakukan pembinaan. Agar minat baca, terus naik,” terangnya.
Kabid Perpustakaan Retno Widisari juga mengaku optimis. Karena tempatnya lebih reperesentatif dibanding perpustakaan yang ditempati saat ini. Disebutkan, perpustakaan menempati kantor Manca (Taman Membaca) sudah 1,5 tahun. Yakni, sejak perpustakaan akan direhabilitasi dan diperluas.
Selama berkantor di Manca, jalan Slamet Riyadi, Kelurahan Kanigaran, Kecamatan Kanigaran, pengunjungan perpustakaan terjun bebas. Diperkirakan, turunnya lebih dari 50 persen. Penyebabnya, lokasi tidak strategis dan ruangannya tidak representatif bagi pengunjung. “Sampean lihat sendiri. Ya seperti ini kondisinya. Ruangannya sempit dan ngumpul dengan ruangan pegawai,” ungkapnya.
Lantaran sempit, dari 52.368 bukuatau judul yang dimiliki perputakaan, tidak lebih dari setengahnya yang dipajang untuk dibaca dan dipinjam anggota Perpustakaan. Sisanya, ditumpuk di dalam gudang dan tidak ada yang menyentuh selama kantor perpustakaan pindah. “Kunjungannya, jauh kalau dibanding saat berkantor di timur Alun-alun. Di sini sepi banget,” kata Retno Widisari, tanpa menyebut prosentase penurunannya.
Ia berharap di kantor yang baru nantinya, Pemkot menambah jumlah buku. Mengingat kantor baru cukup luas. Selain itu, sebagai daya tarik agar warga dan anggota perpustakaan sebanyak 21 ribu lebih yang sudah terdata, bisa kembali ke perpustakaan. “Kalau tetap itu saja, warga dan anggota, malas ke perpustakaan,” tambahnya.(Wap)

Tags: