Wali Kota Risma Atasi Problematika Anak Putus Sekolah

Wali Kota Tri Rismaharini saat memberikan pengarahan kepada anak putus sekolah di eks Gedung Siola lantai IV, Sabtu (10/3). [trie diana/bhirawa]

Pemkot Surabaya, Bhirawa
Pemkot Surabaya melalui Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP5A) Surabaya terus memperhatikan dan memfasilitasi kebutuhan anak-anak yang mengalami permasalahan kesejahteraan sosial.
Melalui acara tatap muka secara langsung bersama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, diharapkan bisa menyelesaikan problematika anak putus sekolah di Surabaya.
Di hadapan puluhan anak putus sekolah, Risma menyampaikan agar mereka bisa belajar untuk hidup secara mandiri dan tidak terus bergantung kepada orangtua. Sebab, tidak selamanya orangtua mampu menopang kehidupan mereka.
”Mulailah diri dengan hidup mandiri, dan jangan terus menggantungkan dengan orangtua kalian,” kata Risma saat memberikan pengarahan kepada anak putus sekolah di eks Gedung Siola lantai IV, Sabtu (10/3).
Risma mengatakan bahwa setiap orang pasti butuh makan dan masa depan. Maka dari itu, dia berpesan agar anak-anak putus sekolah ini mau mengubah jalan hidupnya menjadi lebih baik.
”Kalau kalian tidak bisa memikirkan masa depan kalian sendiri, terus siapa yang akan memikirkan, karena orangtua kalian tidak bisa mendampingi kalian terus,” ujar Risma kepada puluhan anak putus sekolah ini.
Dalam kesempatan ini, Risma memberikan kesempatan kepada anak-anak putus sekolah untuk menyampaikan secara langsung apa saja keluhan dan problematika mereka.
Salah satu yang menarik adalah pernyataan yang disampaikan oleh Adi Wicaksono (16), Pria putus sekolah SMK ini, saat ini memilih untuk mencari uang setiap malam dengan cara mengamen.
”Kamu nanti saya ikutkan kejar paket, ojok keluyuran ae (jangan keluyuran saja), kasihan orangtuamu,” kata Risma kepada Adi.
Disampaikan Risma, bahwa sebenarnya permasalahan anak putus sekolah ini bermacam-macam alasannya. Mulai dari karena memang mereka malas sekolah, ada yang nakal. Namun, ada pula yang memang mereka tidak mampu untuk membayar biaya sekolah.
”Kita treatment dulu anak-anak ini. Tapi yang paling penting adalah bagaimana mereka bisa mengakses masa depan mereka,” tuturnya.
Menurut Risma, selain akan mengembalikan mereka ke pendidikan formal dan non formal, pihaknya juga akan menyisipkan beberapa kegiatan dalam upaya mengembangkan minat dan bakat anak, seperti mengarahkan mereka yang kreatif menuju ke koridor, dan memberikan bimbingan usaha bagi anak yang ingin berwirausaha melalui program pejuang muda. “Yang ingin usaha nanti akan kita latih, dan nanti kalau usianya sudah 18 tahun, baru kita berikan modal,” imbuhnya. [dre]

Tags: