Wali Kota Sosialisasikan Alat Tangkap Ramah Lingkungan

Wali Kota Rukmini saat sosialisasi alat tangkap ikan ramah lingkungan kepaa para nelayan.

Wali Kota Rukmini saat sosialisasi alat tangkap ikan ramah lingkungan kepaa para nelayan.

Kota Probolinggo, Bhirawa
Wali Kota Probolinggo, HJ. Rukmini melaui Dinas Kelautan dan Perikanan menggelar sosialisasi alat tangkap ramah lingkungan. Bergabung dengan Diskominfo yang memiliki program rutin cangkru’an, maka dihadirkan para nelayan sekitar 100 orang. Berlokasi di PPP Mayangan.
Diawali dengan informasi tentang asuransi bagi nelayan, dengan catatan mereka sudah memiliki kartu nelayan. “Bagi yang belum punya kartu nelayan, bisa langsung mendaftar dengan menyerahkan KTP,” ujar Wali Kota Rukmini.
Berikutnya informasi tentang peraturan, jalur penangkapan ikan serta kelengkapan dokumen kapal yang disampaikan oleh Kepala Satker PSDKP, Mustari. Ia mengingatkan pula terkait aturan penggunaan alat tangkap serta hasil penangkapan ikan, semua harus dipatuhi oleh nelayan.
Ka UPT Pengembangan Perikanan Tangkap Propinsi Jatim, Ahmad Shudur. menuturkan, berkaitan dengan kondisi saat ini ada penurunan sumber daya ikan, sehingga penggunaan alat tangkap ramah lingkungan merupakan upaya kehati-hatian dalam pengelolaan sumber daya ikan.
Di Kota Probolinggo, jumlah kapal yang menggunakan alat tangkap pukat tarik (cantrang) masih berkisar 124 unit. Padahal sesuai Permen Kelautan dan Perikanan RI no 2 tahun 2015, dilarang menggunakan alat tangkap pukat tarik maupun pukat hela, karena merusak lingkungan. Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Komisi B, H.Roy Amran.
Wali Kota Hj Rukmini meminta para nelayan agar mematuhi segala aturan selama melaut. “Saya berharap tidak ada nelayan Kota Probolinggo yang melanggar aturan, mulai dari jalur penangkapan ikan, kelengkapan dokumen kapal, serta alat tangkap yang digunakan harus ramah lingkungan.
Karena penggunaan cantrang tidak diperbolehkan, kita tunggu solusi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Khususnya berkaitan dengan keinginan para nelayan untuk mendapatkan bantuan alat tangkap ikan pengganti,” tegasnya.
Dikatakannya para nelayan masih menggunakan alat tangkap yang merusak, maka tidak diragukan lagi biota laut akan tinggal nama, karena alat tangkap itu menangkap semua ikan, baik itu berukuran besar ataupun ikan yang masih kecil. “Jika nelayan itu masih menggunakan alat tangkap seperti arad, appollo, garok dan alat tangkap yang tak ramah lingkungan lainnya, maka akan terjadi masa paceklik yang berkepanjangan,” tandasnya.
Lebih lanjut dikatakannya, dengan masih adanya para nelayan yang menggunakan alat tak ramah lingkungan tersebut, dikhawatirkan mata rantai kelestarian biota laut akan terputus dan nelayan tidak dapat menangkap ikan lagi. “Inilah yang menjadi keprihatinan pemerintah, jika para nelayan masih menggunakan alat tangkap yang tak ramah lingkungan,” tambah dia. [wap]

Tags: