Wali Kota Sutiaji Imbau Penguatan Sanitary Landfill di TPA Supit Urang

Wali Kota Malang Sutiaji saat melakukan peninjauan TPA Supit Urang akhir pekan kemarin

Kota Malang, Bhirawa
Wali Kota Malang, Sutiaji Akhir pekan kemarin, melukan sidak pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang Kelurahan Mulyorejo, Kecamatan Sukun, sidak dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari titik himpun akhir sampah.
”Produksi sampah kota Malang, sangatlah tinggi. Ada tidak kurang 600 ton/hari dari berbagai sumber. Mencermati kota kita adalah kota urban, kota yang sangat diminati untuk dikunjungi dan juga dijadikan pilihan untuk bertempat tinggal, berusaha hingga menempuh pendidikan, maka ke depan volume sampah akan semakin tinggi dan pasti jadi masalah tersendiri kalau tidak ada langkah penanganan dan pengelolaan secara terpadu, “tutur Sutiaji.
Menurutnya, langkah awal yang harus dilakukan adalah membangun dan melakukan edukasi secara terus menerus tentang budaya bersih, melakukan langkah pemilahan jenis sampah mulai tingkat rumah tangga, tertib waktu pengambilan sampah dan tentu tidak berperilaku membuang sampah tidak pada tempatnya.
Ia mendorong DLH Kota Malang untuk menguatkan secara terus menerus model TPA dengan sistem penguraian (usefull system). “Artinya (ke depan) tidak ada lagi pola sampah ditumpuk ditimbun, begitu terus terusan, dan berganti dengan mendaur atau menjadikan sampah itu sebagai energi yang terbarukan (terurai),”pinta Sutiaji.
Sementara itu, Kepala DLH Kota Malang, menyatakan piahknya akan menjalankan, tugasnya yang telah berproses pada proyek sanitary landfill. TPA supit urang yang sudah berjalan setahun lebih.
Proyek yang membuat himpunan sampah lebih ramah lingkungan ini dicanangkan kini akan selesai akhir tahun 2019. “Meskipun pengerjaannya hampir selesai, proyek yang menelan biaya Rp 195 miliar dari sumbangan perusahaan Jerman dan Kemen PUPR ini, tentu tidak serta merta dapat mengolah 600 ton sampah yang dihimpun setiap harinya,”tuturnya.
Pola pemilahan, yang dipesankan Wali Kota Malang, tuturnya, dilakukan sejak di tingkat rumah tangga tetap harus didorong. Tidak bisa semua ditumpuhkan TPA. Karenanya terus dihidupkan Pusat Daur Sampah, rumah komposting dan juga Bank Sampah Malang.
Ditambahkan dia, pengelolaan sampah berdasarkan peraturan yang direkomendasikan (pusat, red) yaitu Sanitary Landfil yang aman bagi lingkungan. Dengan menerapkan teknologi pencegahan pencemaran yaitu pengurugan dan pengelolaan air lindi (leachate) dan penangkapan gas methan yg bisa dimanfaatkan untuk sumber energi.
Ditambahkan mantan Kabag Perekonomian ini, penerapan teknologinya dilaksanakan dengan beberapa lapisan, yang meliputi, Pengerukan atau penyiapan lahan. Pelapisan lahan pembuangan (sel aktif) TPA, menggunakan 3 lapis penutup tanah seluas kurang lebih 8 Ha.
Jenis lapisan penutup yang pertama (lapisan paling bawah) berupa bahan gel sintetis setebal -+ 1 cm yang akan menahan kebocoran air lindi agar tidak mencemari tanah. Lapisan kedua dan ketiga, serupa karpet sintetis khusus berserat kasar. Ketiga bahan pelapis ini adalah bahan berkualitas tinggi yg khusus didatangkan dari Jerman.
Ia menjelaskan, Lapisan di atas hamparan karpet pelapis itu adalah batu koral dengan diameter 2 cm, yang ditumpuk dengan rata setinggi -+ 50 cm, berfungsi sebagai bahan penyaring air lindi. Dengan demikian, air lindi akan merembes di antara bebatuan tersebut. Smpah ditaruh dan ditumpuk, diratakan, dan ditimbun tanah setiap ketinggian tanah 1 – 2 meter agar mencegah dihinggapi lalat dan juga dapat mencegah terjadinya kebakaran.
Sedangkan untuk air lindi ditampung dan disalurkan ke kolam penampungan pengolahan lindi (IPAL/Instalasi Pengolahan Air Limbah) dengan sistem pemurnian bertahap dan dilengkapi bak kontrol.
“Untuk gas methan ditangkap menggunakan pipa, untuk bisa digunakan sebagai sumber energi,”imbuhnya.[mut]

Tags: