Wali Murid Gusar Cari Sekolah

Sejumlah wali murid mendaftarkan putera-puterinya dalam PPDB jalur prestasi yang dibuka sejak, Selasa (21/6). Sebagian harus pulang lantaran tidak memenuhi kualifikasi. [adit hananta utama]

Sejumlah wali murid mendaftarkan putera-puterinya dalam PPDB jalur prestasi yang dibuka sejak, Selasa (21/6). Sebagian harus pulang lantaran tidak memenuhi kualifikasi. [adit hananta utama]

Pengumuman Jalur Wali Kota Harus Transparan
Surabaya, Bhirawa
Tahun ajaran baru 2016/2017 sudah lebih dari sepekan dimulai. Namun, tak sedikit wali murid yang hingga kini masih kebingungan mencarikan sekolah anaknya. Mereka pun berbondong-bondong mendatangi Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya untuk mencari kejelasan jalur pendaftaran yang dikumpulkan melalui Wali Kota Surabaya.
Salah satu siswa yang hingga kemarin belum mendapat sekolah ialah Aditya. Warga Petemon Kuburan Surabaya itu gagal mengikuti jalur umum Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMKN 2 Surabaya dengan nilai Ujian Nasional (UN) 217. Setelah gagal, dia pun mencoba mengikuti jalur wali kota dan direkomendasikan masuk di SMK Rajasa Surabaya. “Tapi ditolak sama sekolah karena sudah penuh,” kata Aditya ditemui usai berkonsultasi di Kantor Dindik Surabaya, Kamis (28/7).
Dari hasil konsultasi tersebut, Aditya yang datang bersama Sariati ibunya akhirnya diarahkan menuju SMA Kawung Surabaya. “Tidak apa-apa yang penting bisa sekolah. Kebetulan juga dekat dengan rumah,” terang dia.
Kendati di SMA swasta, Aditya tetap diterima sebagai siswa mitra warga. Namun, berbeda dengan mitra warga di sekolah negeri yang mendapat biaya pendidikan sekaligus seragam gratis. “Seragamnya beli sendiri, tapi uang gedung dan SPP-nya yang gratis,” terang dia.
Hal serupa juga dialami Widjianto yang berkepentingan mendaftarkan keponakannya di SMPN 33 Surabaya. Pihaknya mendatangi Dindik Surabaya lantaran hingga kemarin tidak ada kejelasan dari jalur mitra warga via wali kota. “Tidak tahu diterima apa tidak. Kalau memang sudah penuh di SMPN 33 kan bisa dilimpahkan ke swasta,” tutur Widjianto yang mengaku dari Ikatan Pemuda Perak Surabaya itu.
Dari pihak dinas, lanjut dia, juga tidak pernah dilakukan survei hingga saat ini. Setelah melapor ke dinas, Cintia Ramadani alumnus SDN III Putat Jaya yang  didaftarkan Widjianto akhirnya diarahkan ke SMP Giki Surabaya. “Saya sudah mendaftarkan banyak anak masuk sekolah negeri. Malah keponakan saya sendiri yang belum dapat sekolah,” kata dia kemarin.
Selain puluhan wali murid yang belum mendapat kejelasan terkait sekolah, sejumlah pihak juga terlihat ingin memanfaatkan kesempatan tersebut. Tak tanggung-tanggung, nama Kepala Satpol PP Surabaya Irvan juga dicatut untuk melancarkan kepentingan itu. “Saya saudaranya Kasatpol PP mau mendaftarkan anak di SMAN 9 dan SMPN 33 Surabaya,” tutur pria yang enggan mengenalkan identitasnya.
Terkait fenomena ini, Ketua Dewan Pendidikan Surabaya Dr Martadi mengungkapkan, proses pendaftaran siswa mitra warga ini sudah diluar batas toleransi. Sebab, proses belajar mengajar di sekolah telah berjalan hingga sepekan lebih. “Ini harus ada batasan waktunya. Kalau tidak justru akan mengganggu proses belajar di sekolah,” tutur dia.
Martadi menegaskan, pihaknya telah memberikan sejumlah catatan kepada Dindik Surabaya agar tidak mengulangi kesalahan yang sama pada tahun berikutnya. Di antaranya ialah membuat sistem PPDB jalur mitra warga secara jelas. Selain itu, tranparansi harus tetap dilakukan agar masyarakat juga tidak kebingungan. “Kapan pengumumannya, siapa saja yang diterima, syaratnya apa dan diterima di sekolah mana juga harus jelas. Bukan satu per satu tanya terus dikasih tahu sekolahnya,” terang dia.
Dosen Seni Rupa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini juga mengakui, kesempatan ini rawan digunakan pihak-pihak tak bertanggung jawab yang ingin mencari keuntungan materi. Sebab, batas waktu pendaftaran dan pengumuman tidak tersosialisasikan dengan jelas. Sehingga, nama-nama baru terus bergulir. “Ini memang emergency dan harus segera terlayani. Tapi tahun depan, harus ada sistem yang jelas,” pungkas dia. [tam]

Rate this article!
Tags: