Wapres Jusuf Kalla Prihatin Urbanisasi di Indonesia

Pakde Karwo bersama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mendampingi Wapres Jusuf Kalla pada pembukaan Prepcom 3 Habitat III di Grand City Convention & Exhibition, Senin (25/7).

Pakde Karwo bersama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mendampingi Wapres Jusuf Kalla pada pembukaan Prepcom 3 Habitat III di Grand City Convention & Exhibition, Senin (25/7).

Menteri PUPR Puji Penataan Kampung Kenjeran
Surabaya, Bhirawa
Wakil Presiden Republik Indonesia (RI) Jusuf Kalla merasa prihatin dengan urbanisasi di Indonesia. Hal ini disebabkan tidak imbangnya pembangunan antara kota dan desa.
Menurut Wapres Jusuf Kalla ketika acara Welcoming Ceremony Habitat III Prepcom 3 di Plenary Room Grand City Convention & Exhibition Senin (25/7), sekitar lima dekade silam sebanyak 70% penduduk Indonesia masih tinggal di pedesaan. Hanya 30% yang tinggal di perkotaan. Namun, kini semakin banyak warga tinggal di kota.
Wapres menilai urbanisasi tidak bisa dicegah. Sebab, bila pertanian di desa gagal, maka orang desa akan memilih pindah ke kota. Meskipun ketika pembangunan di desa berhasil, orang tetap tertarik untuk pindah ke kota.
“Tantangannya adalah kota harus menjadi permukiman yang baik dan menyenangkan bagi semua orang sehingga bisa berpikir positif. Kota itu harus inklusif dan mengakomodasi semua orang,” tegas Wapres.
Sementara Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono yang juga memberikan sambutan kepada delegasi UN Habitat, memberikan pujian kepada Pemkot Surabaya yang dinilainya berhasil dalam menata kawasan Kenjeran menjadi lebih cantik dan berdaya secara ekonomi.
Menteri kelahiran Surakarta ini mengatakan, langkah Pemkot Surabaya dalam menata kawasan Kenjeran tersebut, bisa menjadi contoh bagus bagi negara-negara di dunia dan juga pemerintah daerah. Bahwa, penataan sebuah kawasan haruslah terencana dan mengedepankan perbaikan. “Penataan kawasan Kenjeran ini menjadi contoh bagus. Ini warganya tidak dipindah, tetapi tempatnya yang diperbaiki. Sanitasinya diperbaiki. Juga kawasan ekonominya dibangun. Seperti ada tempat kuliner bagus dan juga Jembatan Suroboyo dengan air mancur menarinya,” tegas Menteri Basuki.
Menurut Menteri Basuki, dirinya memang diajak Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk melihat langsung wajah baru Kenjeran pada Minggu (24/7) malam.  Selain menyaksikan eksotisme air mancur warna warni menari di Jembatan Suroboyo, menteri pemegang gelar S3 Teknik Sipil Colorado State University Amerika Serikat ini juga diajak menikmati ikan bakar di Sentra Ikan Bulak (SIB).
Hal senada juga diungkapkan oleh Gubernur Jatim Dr H Soekarwo ketika memberikan sambutan.  Gubernur menekankan, pentingnya menjaga keseimbangan pembangunan yang ada di perkotaan dengan pembangunan yang ada di pedesaan.
“Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh hampir seluruh kota-kota besar di dunia. Kami menyadari hal itu. Maka, kami berupaya untuk menyeimbangkan pembangunan antara kota dan desa menjadi bagian penting dari strategi  pertumbuhan  yang inklusif,” ujarnya.
Pakde Karwo panggilan karibnya, mengatakan upaya yang dilakukan Pemprov Jatim untuk menyeimbangkan pembangunan antara kota dan desa yakni mewujudkan program preventif dalam mengendalikan urbanisasi. Sejak 2009, Pemprov Jatim telah meletakkan pembagunan berbasis pedesaan.
“Hal tersebut telah menjadikan desa yang ada di Jatim berfungsi sekaligus memiliki sarana prasarana yang memadai dalam rangka mendukung pedesan sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi lokal,” ungkapnya.
Program spesifik Jatim, lanjutnya, terjabarkan pada bentuk bantuan keuangan untuk infrastruktur pedesaan. Selain itu, pembentukan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada di desa berupa terbentuknya 8.506 Koperasi Wanita dan 4.000 kelompok-kelompok wanita fungsional seperti kelompok pengajian, kelompok jemaat gereja.
Sedangkan, program spesifik di bidang Sumber Daya Manusia (SDM) diimplementasikan berupa penyetaraan kurikulum pendidikan melalui Biaya Operasional Sekolah untuk Madrasah Diniyah Ula dan Wustho.
Setelah basis infrastruktur, SDM pedesaan serta LKM pedesaan selesai dibentuk, maka mulai 2016, program yang ada dikomprehensifkan dengan desain pembangunan pedesaan  melalui pembangunan industri primer yang didukung oleh penyediaan SDM trampil dari SMK Mini.
“SMK Mini yang dibangun sejak 2014 sampai 2016 berjumlah 270 unit dan telah mampu mencetak sekitar 24.300 tenaga terampil pada sembilan bidang keahlian serta memaksimalkan pembangunan Balai Latihan Kerja (BLK) Plus,” tegasnya.
 
Salut Keramahan Surabaya
Secretary General of Habitat III Joan Clos ketika jumpa pers di ruang press centre Grand City Convention and Exhibition Centre Surabaya, Senin (25/7) siang menyampaikan kebanggaannya terhadap Kota Surabaya yang disebutnya sangat sukses dalam menggelar agenda Prepcom 3 Habitat III.
Menurutnya, parameter sukses Surabaya sebagai tuan rumah, selain diukur dari banyaknya delegasi yang datang, juga dari sambutan hangat yang diperlihatkan warga Kota Surabaya.
Joan Clos mengatakan, hingga Senin (25/7) kemarin, ada lebih dari 3.500 partisipan dan delegasi yang hadir dalam konferensi The Third Session Preparatory Committe for UN Habitat III (Prepcom3).
Bahkan, dia meyakini, jumlah itu masih akan terus bertambah karena masih banyak delegasi yang belum masuk. Dari jumlah itu, ada 1.886 anggota PBB yang hadir.
Namun, yang paling membanggakan bagi pria berkebangsaan Spanyol ini adalah sambutan yang ditunjukkan warga Surabaya. Menurutnya, sambutan kepada para delegasi, baik itu di jalan-jalan, di hotel, termasuk juga sambutan dari Pemkot Surabaya sangat luar biasa.  “Ini sangat luar biasa. Acara ini sangat sukses. Kami sangat senang berada di Surabaya. Saya sangat berterimakasih karena warga Surabaya sangat ramah. Juga relawan, pelajar dan pelayanan di hotel juga ramah. Akan ada banyak kata-kata indah yang kami sampaikan tentang bagaimana Surabaya telah menyambut kami dengan baik,” ujarnya. [dre,iib]

Tags: