Warga Andalkan Sisa Air Sungai Berlumut

Salah satu warga Dusun Paras, Desa Rejosalam, Kecamatan Pasrepan Kabupaten Pasuruan mengambil air yang tidak steril dari sungai di desa setempat meski kondisnya terlihat hijau dan berlumut, Senin (19/10). [Bhirawa/Hilmi Husain]

Salah satu warga Dusun Paras, Desa Rejosalam, Kecamatan Pasrepan Kabupaten Pasuruan mengambil air yang tidak steril dari sungai di desa setempat meski kondisnya terlihat hijau dan berlumut, Senin (19/10). [Bhirawa/Hilmi Husain]

Pasuruan, Bhirawa
Kemarau panjang yang melanda wilayah Kabupaten Pasuruan ternyata semakin meluas. Akibatnya, sejumlah warga terpaksa mengkonsumsi air dari sisa-sisa air disungai yang mulai mengering.
Berdasarkan pantauan Bhirawa dilapangan, Senin (19/10), warga di Dusun Paras, Desa Rejosalam, Kecamatan Pasrepan mengambil air yang tidak steril dari sungai di desa setempat. Meski bercampur sampah dan kotoran rumah tangga, bahkan kondisi air terlihat hijau dan berlumut, namun warga tak punya pilihan lain.
“Tak ada pilihan lain untuk mengambil air yang keruh berwarna kehijau-hijauan ini. Air ini saya gunakan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti untuk keperluan masak, mandi serta minum,” kata Sholikin sembari menimbah air ke sungai berkedalaman 20  meter dengan menggunakan timbah kecil.
Pria berumur 41 tahun ini mengatakan ada sekitar ratusan kepala keluarga (KK) kini sudah menggantungkan kebutuhan air bersih dari sisa-sisa air sungai itu.
“Sebenarnya sumur bor ada, tapi letaknya sangat jauh sekitar 1,5 KM yakni di wilayah Klinter, Kejayan. Karena jarak tempuhnya lama, warga cukup mengambil air di sungai Paras,” jelas Sholikin.
Bencana kekeringan atau krisis air bersih ini sudah dirasakan selama tiga bulan lamanya. Sedangkan suplay bantuan dari Pemkab Pasuruan, belum diterimnya.
“Janjinya bapak Bupati gimana, dulu katanya akan mensejahterakan warganya. Tapi kami sudah tiga bulan belum menerima bantuan air bersih. Warga disini berharap pemerintah segera mensuplai kebutuhan air bersih secepatnya,” kata Sumarsih, Warga Dusun Dongbang, Desa Rejosalam.
Diketahui, sebagaian warga di Desa Rejosalam memiliki sumur-sumur pribadi. Namun, kemarau ini menjadikan sumur-sumur mereka tak berair akibat penurunan debit air tanah.
“Sumur-sumur warga disini juga mengering akibat dampak kekeringan saat ini. Yang kami khawatirkan, musim tahun ini lebih panjang. Jika demikian otomatis kami bersama warga lainnya bakal sangat menderita,” papar Sumarsih.
Kepala Desa Rejosalam, Muhammad Umar mengakui bahwa warganya tidak mendapatkan suplay air bersih dari Pemkab Pasuruan. Pihaknya berupaya sudah mengajukan permohonan ke Pemerintah setempat, namun belum ada tanggapan.
“Sudah tiga bulan lamanya warga kekurangan air bersih. Permohonan untuk mendapatkan bantuan sudah kami buatkan melalui BPBD. Tapi hingga saat ini belum ada tanggapan sama sekali,” tandas Muhammad Umar.
Menurutnya, sekitar 3.600 jiwa di tiga Dusun di Desa Rejosalam mengalami krisis air bersih. Tiga dusun itu adalah Karangmenggah, Kedungbang dan Wonosalam.
“Justru kami sangat berterima kasih kepada pengurus DPD Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Kabupaten Pasuruan. Atas bantuannya, warga disini akhirnya bisa menikmati air bersih,” papar Muhammad Umar.
Sebanyak 15 tangki berkapasitas 8.000 liter air bersih dibagikan warga di tiga dusun di Desa Rejosalam, Kecamatan Pasrepan. Yakni, Dusun Menggahkulon, Kedungbang dan Wonosalam.
“Kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian kami kepada warga yang membutuhkan air bersih. Saat warga kekurangan air bersih, harus jadi perhatian utama. Sebab, air bersih sangat penting bagi warga, untuk kebutuhan sehari-hari,” tandas Bambang Heri Purnomo, Ketua DPD Partai Perindo Kabupaten Pasuruan.
Dari data BPBD Kabupaten Pasuruan, desa yang mengalami krisis air bersih terparah ada di 23 desa dari delapan kecamatan. Delapan kecamatan yang mengalami kekeringan itu antara lain Lumbang, Pasrepan, Lekok, Grati, Nguling, Kejayan, Winongan dan Puspo.
Kepala BPBD Kabupaten Pasuruan Bakti Jati Permana mengakui bahwa di Desa Rejosalam, Kecamatan Pasrepan belum menerima bantuan air dari pemerintah. Hal itu dikarenakan bantuan ke desa tersebut terkendala Standart Operasional Prosedur (SOP).
“Desa Rejosalam termasuk kategori dampak kekeringan baru. Untuk mendapatkan bantuan air bersih diperlukan, desa itu harus terlebih dahulu mendpatkan SK tanggap darurat. Ini sebagai dasar untuk penggunaan anggaran dalam pengiriman airnya,” cetus Bakti Jati Permana.
Tim BPBD Kabupaten Pasuruan mengambil langkah yakni melakukan survey di desa tersebut. Hasilnya, ditemui satu dusun mengalami kekeringan.
“Jaraknya kurang dari satu kilometer ke sumur bor air dan warga bisa mencari air ke desa sebelah. Kami masih berkonsultasi, karena sesuai dengan SOP, warga bisa mendapatkan bantuan air dari pemerintah, haruslah menempuh jarak lebih dari tiga kilometer. Ini sudah aturan,” jelasnya. [hil]

Tags: