Warga Antusias Saksikan Pawai Ogoh-ogoh Sambut Hari Raya Nyepi

Pawai ogoh-ogoh di Jembatan Surabaya mendapat animo luas masyarakat. [andre/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Ratusan umat Hindu Surabaya menggelar pawai ogoh-ogoh yang berlangsung di Pura Segara Komplek TNI AL Kenjeran Surabaya untuk menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1940. Berbagai persembahan dan tarian ditampilkan secara unik oleh umat Hindu termasuk penampilan 12 ogoh-ogoh, Jumat (16/3).
Ribuan warga yang sudah menunggu sejak pukul 15.00 sore di Pura Segara ini turut menyaksikan berlangsungnya pawai tersebut. Bahkan mereka ikut mengawal di sepanjang jalan saat ogoh-ogoh melintasi jembatan sepanjang 800 meter yang menghubungkan kawasan pesisir Surabaya tersebut.
Dari 12 ogoh-ogoh, 10 ogoh-ogoh berukuran besar dan 2 ogoh-ogoh berukuran kecil karya umat Hindu dan mahasiswa Hindu se-Surabaya. Ogoh-ogoh ini diarak dari Pura Segara menuju ke Jalan Baru – Jalan Wiratno – Jalan M. Latif – Perumahan Pantai Mentari, kemudian melewati Jembatan Surabaya, Jalan Sukolilo Lor, lalu kembali ke Pura Segara untuk pemusnahan.
Sebelum ogoh-ogoh atau pralina bentuk dari persembahan kepada sang buta kala ini diberangkatkan, reog Ponorogo dan barongsai terlebih dahulu menjadi pembuka acara dalam acara yang mengusung tema Melalui Catur Brata Penyepian, Kita Tingkatkan Soliditas sebagai Perekat Keberagaman dalam Menjaga Keutuhan NKRI ini.
Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Surabaya I Wayan Suraba mengatakan pawai ini merupakan puncak pelaksanaan sembahyang Tawur Agung Kesanga tepat di bulan purnama tilem kesanga.
Surabaya menjelaskan ogoh-ogoh merupakan simbol keburukan sifat manusia, dan menjelang Nyepi sifat buruk itu harus dihilangkan. Saat ogoh-ogoh tiba di Jembatan Surabaya, para penari asal mahasiswa Hindu se-Surabaya telah siap menampilkan teatrikal bertajuk Mandhara Giri untuk menyambut kedatangan ogoh-ogoh yang sebagian besar berukuran tinggi sekitar 2 meter ini.
Setelah penampilan teatrikal, satu per satu ogoh-ogoh yang diusung puluhan pemuda dengan mengenakan pakaian adat Bali mulai beraksi. Ogoh-ogoh tersebut seolah mengguncang di tengah kerumunan warga.
Pawai ogoh-ogoh ini menjadi rangkaian ritual umat Hindu yang digelar hari terakhir menjelang hari Raya Nyepi, atau yang dikenal dengan Tawur Kesanga.
”Tawur Kasanga dan pawai ogoh-ogoh adalah bagian dari persiapan menjalankan catur brata penyepian. Sehingga, setelah semua ritual selesai, kita semua bisa menjalankan Nyepi dengan kondisi bersih dan suci,” terangnya.
I Wayan Suraba mengatakan, ogoh-ogoh merupakan simbol segala keangkaramurkaan di dunia. Oleh karenanya, dalam ritual Tawur Kasanga ini, seluruh ogoh-ogoh itu akan dimusnahkan dengan cara dibakar. [dre]

Tags: