Warga Asing di Surabaya Rayakan Kemerdekaan RI

Yusra Todil, mahasiswa asal Internasional School Manajemen (ISM) Jerman ikut memeriahkan peringatan 17 Agustus di Unair dengan mengikuti lomba presenter Bahasa Jawa, Rabu (17/8). [adit hananta utama]

Yusra Todil, mahasiswa asal Internasional School Manajemen (ISM) Jerman ikut memeriahkan peringatan 17 Agustus di Unair dengan mengikuti lomba presenter Bahasa Jawa, Rabu (17/8). [adit hananta utama]

Datang dari Jerman, Mendadak Jadi Presenter Bahasa Jawa
Kota Surabaya, Bhirawa
Kemeriahan dalam memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-71 tidak hanya dirasakan oleh penduduk Indonesia. Warga negara asing yang sedang melaksanakan tugas di Indonesia juga merasakannya secara langsung. Salah satunya dalam lomba Agustusan yang digelar civitas akademika Universitas Airlangga (Unair), Rabu (17/8) kemarin.
Tak tanggung-tanggung, lomba presenter Bahasa Jawa yang bahkan sulit dikuasai orang asli Indonesia itu menarik antusiasme peserta dari Jerman, Australia hingga Madagaskar.
Yusra Todil salah satunya, mahasiswa asal Internasional School Manajemen (ISM) Jerman yang tengah melakukan riset dan magang di Psikologi Manajemen Unair  rela bersusah payah untuk membaca naskah presenter Bahasa Jawa. “Ini sulit sekali membacanya, tapi asyik,” katanya usai menjadi presenter dadakan berbahasa Jawa di Unair, Rabu (17/8).
Meskipun tidak memahami teks yang ia baca, ia berusaha keras melafalkan setiap kalimat bahasa Jawa di depan semua penonton. Yusra tidak mempersiapkan teks presenter sebelumnya. Sehingga, dia cukup terbata-bata ketika harus melafalkan Bahasa Jawa. Namun hal ini justru membuat peserta dan penonton tertawa mendengar logatnya. “For me that is so funny ,” ucap wanita berdarah Turki ini saat mengetahui keanehan bahasa yang ia bawakan dalam logatnya.
Hal serupa juga dialami Katrina Reid. Perempuan berkewarganegaraan Australia ini terlihat lebih familiar dengan naskah yang dibacanya. Maklum, Katrina yang berasal dari Monash University Australia mengaku sudah bisa berbicara Bahasa Indonesia meski hanya sedikit. Di Indonesia, Katerina mengaku sedang melakukan kunjungan selama tiga minggu di Unair mewakili The Australia-Indonesia Center. “Di Australia, saya pernah belajar Bahasa Jawa selama enam bulan. Bahkan ikut bermain film berbahasa Jawa. Jadi beberapa kata cukup tahu artinya,” ujarnya.
Dia mencontohkan beberapa kalimat berbahasa Jawa yang dipahaminya seperti sugeng enjing dan piye kabare.
Katerine mengaku takjub melihat perayaan kemerdekaan yang sangat meriah di Indonesia. Karena meskipun di Australia peringatan kemerdekaan ini diizinkan, tetapi perayaannya tidak semeriah  yang ia lihat di Unair.
Dalam lomba tersebut ada empat kriteria yang digunakan untuk menilai lomba presenter Bahasa Jawa. Keempat kriteria tersebut yaitu kelancaran, lafal pengucapan, performace dan gestur tubuh.
Rektor Unair Prof Moh Nasih mengatakan bukan kelihaian Bahasa Jawa yang penting dalam perlombaan kali ini. Melainkan semangatnya dalam mencintai dan menghargai budaya asli Indonesia. Selain itu, dia juga berharap momentum ini menjadi penyemangat civitas akademika untuk mengisi kemerdekaan dengan hal-hal posistif. Sepertif guyub dan kerukunan.
“Bagi kami yang penting adalah melihat kemauan mereka untuk tetap menggunakan Bahasa Jawa. Baik para karyawan, dosen maupun pimpinan di Unair,” pungkas Nasih yang baru saja menerima penghargaan Satya Lencana. [Adit Hananta Utama]

Tags: