Warga Bangga Punya Bandara, Berharap Potensi Wisata Digarap Maskimal

Gubernur Jatim Dr H Soekarwo bersama Menhub Ignasius Jonan meninjau runway sebelum meresmikan Bandara Harun Tohir di Kepulauan Bawean Kabupaten Gresik, Sabtu (30/1).

Gubernur Jatim Dr H Soekarwo bersama Menhub Ignasius Jonan meninjau runway sebelum meresmikan Bandara Harun Tohir di Kepulauan Bawean Kabupaten Gresik, Sabtu (30/1).

Asa Bawean Pasca Miliki Bandara Harun Tohir
Satu lagi infrastruktur penerbangan baru di Jatim. Yakni Bandar Udara Haruan Tohir di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik. Bandara perintis ini diyakini akan mengubah kondisi Bawean yang kini dianggap ‘tertinggal’, menjadi daerah yang sejahtera dengan mengandalkan potensi yang dimilikinya.
Zainal Ibad dan Kerin Ikanto, Gresik
Keberadaan Bandara Harun Tohir yang baru diresmikan Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan, Sabtu (30/1), sebenarnya sudah dinanti-nanti warga Bawean khususnya yang merantau ke luar daerah. Baik yang hanya merantau di dalam negeri maupun mengadu nasib dengan menjadi TKI di luar negeri.
Sejumlah warga Pulau Bawean yang merantau dan menetap di Kota Surabaya misalnya, berharap pengoperasian Bandara Harun Tohir mampu meningkatkan pariwisata sehingga berpengaruh positif bagi kesejahteraan masyarakat setempat. “Syukurlah Bandara Bawean beroperasi. Di sana destinasi wisatanya luar biasa dan sayang kalau tidak dieksplor,” kata salah seorang warga Bawean, Abdurrahma yang tinggal di Surabaya.
Ia mengaku sudah lama tidak mengunjungi sanak-saudaranya di Bawean karena perjalanan yang jauh sehingga membuatnya kurang bersemangat saat akan pulang kampung. “Apalagi kalau ombaknya besar. Kapal tidak bisa melintas dan kita harus menunggu sampai cuaca benar-benar bersahabat. Tentu imbasnya dengan pekerjaan saya di sini,” ucap bapak satu anak yang tinggal di Bulak Banteng Wetan Surabaya itu.
Menurut pria yang sehari-hari menjabat Ketua RW VIII Kelurahan Sidotopo Wetan tersebut dia tidak berpikir panjang untuk sering-sering ke Bawean. “Apalagi harga tiketnya cukup terjangkau tidak sampai Rp 400 ribu, jadi bisa mudik ke Bawean jika ada waktu luang,” ungkapnya.
Hal sama dikatakan warga lainnya, Amaludin, yang mengakui keindahan Pulau Bawean tak kalah dengan destinasi-destinasi wisata di sejumlah daerah di Jatim lainnya. “Kalau pemandangan, terutama pantai dan lautnya, jangan ditanya. Sekali ke sana, dijamin ingin kembali. Hanya butuh sentuhan kelola sedikit, dijamin destinasinya luar biasa,” kata pemuda asal Desa Kepuh Teluk, Kecamatan Tambak, Bawean tersebut.
Kendati demikian, pria berambut gondrong itu berharap ada peningkatan fasilitas yang mendukung, seperti penambahan kapasitas penumpang pesawat terbang dan perbaikan infrastruktur jalan maupun penerangan atau listrik.
“Di sana sering lampu padam dan itu sangat berpengaruh bagi kelancaran perekonomian, kemudian harga tiket jangan mahal-mahal dan pesawat lebih besar. Tapi secara umum saya sebagai orang Bawean bangga sudah memiliki bandara,” kata alumnus Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini.
Potensi wisata di Bawean yang begitu besar diakui Gubernur Jatim Dr H Soekarwo. Untuk itu, mantan Sekdaprov Jatim ini memiliki impian ingin menjadikan Bawean ‘Bali-nya’ Jatim. Apalagi, setelah diresmikannya Bandara Harun Tohir akan mempermudah akses menuju Bawean.
Pakde Karwo, sapaan lekat Gubernur Soekarwo mengatakan, keindahan dan potensi pariwisata Pulau Bawean sangat bagus dan tak kalah dengan Pulau Bali. Di antaranya Pantai Mayangkara di Desa Kepuhteluk, Pantai Labuhan di Desa Tanjungori, Pasir Putih di Desa Sukaoneng, Pemandian Air Panasdi Desa Gelang, dan Pulau Cina di Desa Telukjatidawang.
“Bawean adalah ‘Bali-nya’ Jatim. Pulau ini sangat indah, jika masyarakat, para kiai, dan ulama mengijinkan, kami akan menjadikan Bawean sebagai destinasi pariwisata andalan Jatim. Namun kultur khas lokal tidak akan hilang, masyarakat pun diuntungkan karena banyak peluang usaha baru jika tempat ini menjadi pusat pariwisata,”  katanya saat peresmian bandara.
Dengan beroperasinya secara resmi Bandara Harun Tohir kian mendukung terwujudnya hal tersebut, selain itu juga membawa berbagai dampak positif bagi Jatim. “Pengoperasian bandara ini memiliki peran strategis bagi Jatim, yaitu menjadi salah satu simpul transportasi penggerak roda perekonomian Jatim, kemudian aksebilitas dari dan ke Pulau Bawean dapat merangsang pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat,” katanya.
Di tempat sama, Menhub Ignatius Johan mengatakan, beroperasinya Bandara Harun Tohir diharapkan akan mempermudah masyarakat yang ingin menuju ke Pulau Bawean. “Untuk sementara dalam satu minggu ada dua kali penerbangan dari Surabaya ke Bawean dan sebaliknya. Ke depan saya akan carikan solusi agar bisa tiga kali seminggu penerbangannya,” katanya.
Menhub Ignasius Jonan mengatakan meski  frekuensi penerbangan masih terbatas dengan menggunakan pesawat Airfast jenis DHC 6 Twin Otter series 300 berkapasitas 15 penumpang,  namun animo warga Bawean dengan hadirnya transportasi udara ini terbilang cukup tinggi. Karena masyarakat Bawean memiliki banyak pilihan untuk menggunakan transportasi. Selain itu waktu yang ditempuh untuk menuju Surabaya juga lebih cepat,  yakni cukup 50 menit.
Harga tiket untuk rute Bandara Juanda Surabaya – Bawean   sebesar Rp 302.200 per orang dan untuk rute Bawean – Bandara Juanda Surabaya cukup membayar tiket seharga Rp 242.200 per orang.
“Harga tiket tersebut masih relatif murah karena disubsidi oleh pemerintah pusat, dan subsidi tersebut senilai Rp 12 miliar pada 2016 ini,” ujarnya.
Ditambahkan Menhub,  Kementerian Perhubungan berencana menambah runway dari yang saat ini 930 meter menjadi 1.400 meter agar dapat melayani penerbangan dengan pesawat berkapasitas 42 penumpang. *

Tags: