Warga Bluru Sidoarjo Kebanjiran di Musim Penghujan

Akibat banjir yang merendam sejumlah titik di wilayah Desa dan Perumahan Bluru, jalan aspal di wilayah itu menjadi rusak. (ali kusyanto/bhirawa]

Akibat banjir yang merendam sejumlah titik di wilayah Desa dan Perumahan Bluru, jalan aspal di wilayah itu menjadi rusak. (ali kusyanto/bhirawa]

(Sungai Tak Dikeruk)
Sidoarjo, Bhirawa
Warga Kota Sidoarjo yang saat hujan lebat selalu kawatir kebanjiran, minta pada Pemkab Sidoarjo agar dua sungai besar yang melintasi tengah Kota Sidoarjo dinormalisasi. Yakni avor Pucang dan avor Sidokare.
Menurut Wawan, warga Desa Bluru Kidul Kec Sidoarjo, normalisasi Avor Pucang pada tahun 2005 an lalu, sempat membuat rumahnya yang dekat Avor Pucang, tidak kebanjiran selama hampir empat tahunan. Kondisinya juga jernih tidak banyak sampah. Tapi setelah lama tidak dikeruk, menjadi selalu banjir saat hujan turun deras.
”Sungai Pucang sudah waktunya dikeruk kembali, sekarang mulai dangkal lagi karena banyak sampah dan lumpurnya,” kata Wawan, Senin (17/10) kemarin.
Dengan pengerukan, air hujan yang masuk ke sungai akan cepat mengalir ke hilir. Sehingga tidak sampai meluber ke daratan. Saat hujan deras Minggu lalu air sungai Avor Pucang, kata Wawan, meluber ke daratan. Air sungai menggenangi jalan, kemudian masuk ke rumahnya lewat nat-nat porselen rumah. Akibatnya rumahnya tergenang air selama dua malam.
”Saya tidur di kursi ruang tamu dan menguras agar lantainya jadi kering,” kata bujangan ini.
Wawan juga menjelaskan, banjir yang dialaminya, untuk yang kali kedua dalam tahun 2016 ini. Tapi bagi warga Desa Bluru yang tinggal di pinggir avor sungai Pucang, sudah yang kali ketiga sebab posisinya rendah.
Hari warga lainnya tinggal di pinggir Avor Sungai Pucang berpendapat, solusinya agar tidak banjir dengan normalisasi. Agar air cepat mengalir saat hujan. Karena warga disana hanya mengandalkan sungai saja untuk membuang air hujan. Sebab di Desa Bluru sudah tidak ada lagi lahan untuk menyerap air hujan.
”Warga hanya pasrah saja selama empat hari lalu, menunggu air susut, sebab buangannya hanya ke sungai saja,” kata warga Desa Sarirogo yang kini bermukim di Desa Bluru itu.
Kades Bluru Kidul, Tri Prastiono, menguatkan solusi utama mencegah banjir di wilayah desa dan Perumahan Bluru Permai adalah normalisasi Avor Pucang dan Avor Sidokare, mulai hulu sampai hilir. ”Minimal dua meter, nanti di muara ada dua avor itu harus ada Dam dan pompa untuk menyedot dan membuang air ke laut bila Dam penuh,” kata Tri Prastiono.
Prastiono mengakui, pengerukan harus dilakukan, sebab dua avor yang mengelilingi desa dan perumahan Bluru itu sudah dangkal penuh sampah dan lumpur. Maka sungainya harus dalam dan lebar, agar airnya cepat mengalir. Percuma bila lebar tapi dangkal.
”Kalau sungainya bersih juga bisa dipakai wisata air dan religi menuju ke Makam Kepetingan,” kata Pras.
Menurutya, di desa dan Perumhan Bluru tidak ada Buzem untuk menampung air hujan, untuk dibuang ke sungai besar yang tentunya harus sudah dinormalisasi. Masyarakat menurut ia, juga harus menjaga sampah di sungai.
Untuk mencegah warga membuang sampah sembarangan di sungai dan di tempat umum, kata Pras, pihaknya akan membuat Peraturan Desa (Perdes) larangan membuang sampah. Dimaksudkan agar wilayah Bluru lingkungannya bersih dan bisa mencegah banjir akibat sampah. [kus]

Tags: