Warga Desa Sumberkolak Nikmati Gas Gratis

Puluhan ekor sapi usai mengeluarkan kotoran ditampung dalam sebuah saluran sebelum diteruskan ke paralon biogas di Desa Sumberkolak Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo. [sawawi]

Sayang, Situbondo Hanya Miliki 4 Meter Kubik Pengolahan Limbah Kotoran Sapi
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Jika melihat kotoran sapi atau yang biasa di sebut celetong mungkin terasa jijik dan tercium bau tak sedap. Namun jika dikelola kotaran sapi memiliki banyak manfaat. Selain untuk pupuk tanaman, benda berwana kuning kecoklatan itu juga bisa sebagai bahan bio gas yang membuat warga Situbondo bisa memasak dan mandi air hangat.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak-Keswan) Kabupaten Situbondo beberapa tahun lalu pernah membuat program pro masyarakat kecil dibidang bio gas dari bahan baku kotoran sapi atau biasa disebut warga dengan nama celetong sapi. Hingga kini, program andalan Disnak Keswan Kabupaten Situbondo itu meski tidak mengalami pertumbuhan yang pesat tetapi masih eksis dikonsumsi oleh puluhan kepala keluarga (KK) di Desa Sumberkolak Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo.
Saat itu, Plt Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Situbondo drh Mohammad Hasanuddin Riwansia, mengajak berkunjung ke salah satu titik pembuatan bio gas dari kotoran sapi yang ada di Desa Sumberkolak Kecamatan Panarukan Situbondo.
Disana, Udin-panggilan akrab drh Mohammad Hasanuddin Riwansia-menunjukkan titik awal pembuatan biogas hingga bersambung ke kawasan rumah rumah warga. “Ada 187 ribu ekor sapi di Situbondo yang kotorannya bisa dijadikan sumber biogas,” katanya.
Dengan potensi besar itu, sambung pria yang biasa disapa Udin mengatakan, sebenarnya Situbondo memiliki peluang yang besar untuk membantu kebutuhan masyarakat akan suplai gas dari kotoran sapi. Program ini banyak memiliki kesamaan dengan gas pada umumnya yang dipakai masyarakat modern.
Artinya, masyarakat yang rumahnya tersambung jaringan bio gas dari kotoran sapi sejak lama sudah bisa memasak, mandi air panas dan alat alat lain dengan memakai sumber gas dari kotoran sapi. “Jadi program ini sangat membantu bagi masyarakat akan kebutuhan memasak mandi dan yang kebutuhan lain dari bio gas kotoran sapi,” terang Udin.
Saat ini, kebutuan volume tempat untuk mengolah limbah itu jauh dari mencukupi karena jika dihitung secara riil dari produksi limbah harian volume IPAL yang dibutuhkan tembus 50 meter kubik. Namun yang ironis, ujar Udin, Kabupaten Situbondo saat ini hanya memiliki 4 meter kubik pengolahan limbah IPAL kotoran sapi.
“Jadi kondisi ini tidak sampai 10 persen-nya. Artinya solusi kekurangannya akan kami usulkan nanti dalam revisi bahwa kebutuhan volumenya sangat besar,” tegas Udin.
Udin berencana kedepan akan segera membongkar total anggaran soal pengaturan limba IPAL kotoran sapi di Kabupaten Situbondo. Sebab, berkaca dari dahulu sebenarnya pihaknya sangat memahami tentang rancangan biogas yang notabene merupakan ilmu yang sudah tua. Ini sangat penting dan perlu segera direalisasikan, akunya, mengingat pembuatan volume IPAL yang besar merupakan salah satu penumpu dan indikator pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ssitubondo kedepan. “Pembuatan IPAL volume kotoran sapi ini juga bisa menjadi penopang tumbuhnya ekonomi masyarakat Situbondo,” kupasnya.
Dimata masyarakat peternak sapi Situbondo, kata Udin, keberadaan kotoran ternak sapi dan limbah kandang masih dianggap sebagai beban bagi mereka serta bagi lingkungan sekitar. Para peternak sapi yang belakangan jumlahnya kian membesar mengaku bingung saat harus membuang kotoran sapi miliknya. “Kalau semua kotoran sapi itu dimasukkan dalam pengolahn titik biogas di Situbondo, maka akan menghasilkan sebuah sumber gas yang melimpah. Ini karena peternak sapi di Situbondo sekarang berjumlah 180 ribu lebih,” ujar Udin.
Jika semua potensi itu diolah dengan baik dengan catatan tidak ada yang hilang serta ditransformasikan ke sumber listrik menjadi biogas, maka akan mencukupi kebutuhan akan sumber gas masyarakat Situbondo.
Saat ini, pihaknya sudah menyiapkan tehnologi dan tahun ini pula direncanakan untuk di launching. “Itu nanti dalam PAK. Kalau jadi kita akan pelajari lagi dan akan kami launching dengan segera. Sebab saat ini ada potensi 36 juta kilo watt per jam sebagai sumber bio gas. Selama ini aliran biogas sudah berjalan di dua RT di Desa Sumberkolak. Disana sepanjang tahun dan setiap hari masyarakat tidak perlu membeli gas, untuk kebutuhan kompor, lampu, alat memasak serta alat kebutuhan yang lain sudah terpenuhi,” papar Udin.
Dari data yang ada, hingga hari ini tercatat sedikitnya ada 207 titik biogas yang sudah dibangun. Jika menilik jumlah 187 ekor sapi, tegas Udin, jumlah sambungan yang teraliri biogas itu masih saangat sedikit. Kondisi ini dimata Udin cukup disayangkan, karena para peternak sapi di Situbondo masih belum sepenuhnya bisa merawat secara istikomah (serius dan berkelanjutan, red).
“Kalau mendukung program biogas ini harusnya para peternak sapi istikomah. PLTU saja kalau setiap hari tidak dikasih batubara ya tidak bisa memproduksi listrik. Biogas kotoran sapi juga sama dengan itu. Kalau bahan bakunya celetong sapi tiap hari tidak dimasukkan ke register imlet, ya otomatis tidak akan menghasilkan bio gas,” terang Udin.
Ia juga mengakui ada sedikit kendala untuk mensukseskan program biogas dari kotoran sapi di Kabupaten Situbondo. Satu diantaranya, adanya budaya keengganan masyarakat y kurang istikomahnya peternak sehingga perkembangan biogas dari kotoran sapi di Situbondo berjalan lebih lambat.
“Namun kami tetap bersyukur karena belakangan ini sudah banyak elemen yang mendukung program biogas dari kotoran sapi ini. Meski pada awalnya dahulu banyak elemen yang menentang. Kini semua itu sudah selesai dan semua kalangan sudah bisa memahami manfaat dari program biogas berbahan baku kotoran sapi ini,” ujar Udin.
Sementara itu, Abdul Hannan, salah satu warga Desa Sumberkolak Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo yang dikenal selalu menggunakan biogas dari kotoran sapi menjelaskan, dirinya bersama tetangga dekat sangat terbantu dengan adanya program biogas yang digagas Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Situbondo. Selain murah, kata Abdul Hanan, kebutuhan akan sumber bio gas untuk suplai keluarga cukup melimpah. “Saya bisa mandi air hangat, memasak dan aktivitas penting lainnya dari bahan bio gas kotoran sapi ini,” pungkas Abdul Hannan. [sawawi]

Tags: