Warga Gunung Kawi Minta Bergabung Kota Batu

Pintu masuk komplek pemakaman Gunung Kawi, Desa Wonosari, Kec Wonosari, Kab Malang Raden Mas Soeryo Koesoemo dan Raden Mas Iman Soedjono, Gunung Kawi.

Pintu masuk komplek pemakaman Gunung Kawi, Desa Wonosari, Kec Wonosari, Kab Malang Raden Mas Soeryo Koesoemo dan Raden Mas Iman Soedjono, Gunung Kawi.

(Dinilai Lebih Peduli dalam Mengembangkan Wisata)
Kab Malang, Bhirawa
Bukan hanya warga Kabupaten Malang yang berada di wilayah tiga kecamatan yakni Pujon, Ngantang dan Kasembon, yang menginginkan wilayahnya bergabung dengan Kota Batu, tetapi juga warga Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari kabupaten Malang.
Hal itu karenakan kunjungan wisata religi Gunung Kawi sepi pengunjung. Sehingga warga setempat ingin wilayah desanya dibawa Pemkot Batu, dengan harapan agar kunjungan wisata di Gunung Kawi kembali ramai.
Menurut dia, Gunung Kawi selama ini menjadi destinasi wisata religi sejak jaman Belanda. Karena Gunung Kawi ini terdapat makamnya Raden Mas Soeryo Koesoemo dan Raden Mas Iman Soedjono. Sedangkan kedua orang tersebut  telah memiliki hubungan dekat dengan Pangeran Diponegoro. Dan Raden Mas Soeryo Koesoemo atau yang lebih dikenal sebagai Kiai Zakaria II merupakan dari kerabat Keraton Kartosuro, Solo. Karena dengan kesaktiannya itu semasa hidupnya, kata Imam, hal itu membuat banyak peziarah yang percaya jika berziarah di makam Gunung Kawi akan mendatangkan rezeki. Sedangkan yang berziarah di makam tersebut tidak hanya datang dari berbagai kota di Indonesia, tapi juga dari berbagai negara.
“Diantaranya,  dari Cina, Singapura, Malaysia, Brunei Darusalam, dan juga dari Belanda,” terangnya.
Dikatakan, wisata religi di Gunung Kawi ini multi ras, karena tidak ada diskriminasi terkait agama yang diyakini pengunjung. Sehingga sudah puluhan tahun wisata religi Gunung Kawi sudah dikenal masyarakat Indonesia dan bahkan internasional. Sementara, dengan terkenalnya wisata Gunung Kawi, namun sudah beberapa tahun ini, pengungjung mulai surut. Padahal, warga di sekitar makam Gunung Kawi tumpuhan hidupnya atau pencariannya sehari-hari adalah dari pengunjung.
“Sebab, sudah bertahun-tahun warga Desa Wonosari berjualan di area pemkaman dan tidak sedikit warga juga memiliki usaha tempat penginapan. Tapi, saat ini pengunjung yang datang ke Gunung Kawi sangat sedikit, sehingga penurunannya hingga mencapai 70 persen,” ungkap Imam.
Ia menegaskan, dengan sepinya pengunjung di Gunung Kawi, hingga sekarang belum ada upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang, khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) untuk membantu dalam mengembangkan wisata religi ini, serta meningkatkan jumlah pengunjung. Dan sepertinya, Pemkab lepas tangan dalam mengembangkan wisata religi Gunung Kawi. Padahal, wisata Gunung Kawi merupakan tempat wisata yang memiliki legenda, yang dikenal hingga mancanegara.
Sementara itu, salah satu pemilik losmen atau penginapan di area wisata Gunung Kawi Sugiono juga mengatakan, sejak dua tahun terakhir ini, wisatawan yang berkunjung ke Gunung Kawi sepi, sehingga telah mempengaruhi pendapatan. Karena dirinya harus membayar kewajiban berupa pajak. Padahal, dalam sebulan belum tentu semua kamar penginapannya terisi para tamu. “Dan disisi lain, kami juga harus bayar pajak yang per bulannya mencapai Rp 500 ribu,” ujarnya.
Dan dirinya juga mengaku, jika pernah menuntut perhatian dari Pemkab Malang untuk cepat segera mengambil langkah dengan turunnya kunjungan wisata di Gunung Kawi. Namun, tidak ada upaya sama sekali untuk meningkatkan jumlah pengunjung yang datang ke Gunung Kawi. Misalnya, dibantu dalam mempromosikan dan membuat acara yang bisa mendatangkan pengunjung. Karena pihak pengelola penginapan selalu membayar pajak pada Pemkab Malang. [cyn]

Tags: