Warga Jatim Sensitif Pergerakan Anggota ISIS

Seorang pengendara motor, Minggu (29/3), melintas di perempatan jalan di Kota Tulungagung yang disebelahnya terpampang sepanduk bertuliskan ajakan untuk mewaspadai keberadaan kelompok radikal.

Seorang pengendara motor, Minggu (29/3), melintas di perempatan jalan di Kota Tulungagung yang disebelahnya terpampang sepanduk bertuliskan ajakan untuk mewaspadai keberadaan kelompok radikal.

Kota Batu, Bhirawa
Penangkapan tiga orang tersangka yang diduga ISIS di Kota Malang membuat masyarakat kota Batu mulai sensitif terhadap kegiatan yang berbau ISIS. Pasalnya, jaringan ISIS yang ditangkap di Malang ternyata sering singgah di kota Batu.
Bahkan mereka mengaku menitipkan paspor mereka di rumah Jamilah yang beralamat di dusun Karangmloko kelurahan Dadaprejo kecamatan Junrejo Kota Batu. Sehingga Pasukan Densus 88 diback up oleh Brimob dan Intel Polda Jatim menggeledah rumah Jamilah.
Akibat terendusnya kegiatan jaringan ISIS di kota Batu tersebut, masyarakat mulai sensitif terhadap kegiatan yang mencurigakan. Termasuk ketika ada kegiatan sejumlah mahasiswa di desa Bulukerto akhir pekan kemarin. Masyarakat setempat curiga karena dilakukan hingga tengah malam.
Menurut Kepala Kantor Kesbangpol Kota Batu, Thomas Maidu, sensitifitas masyarakat tersebut karena kota Batu ternyata disinggahi aktifis ISIS yang ditangkap di Malang tersebut. Masyarakat masih trauma dengan tertangkapnya gembong teroris Dr Azhari di villa Flamboyan.
“Masyarakat mulai sensitif dengan kegiatan sekelompok orang dari luar kota Batu. Masyarakat sekarang ini selalu curiga dengan aktifitas kumpul-kumpul tengah malam yang dilakukan tamu,” ungkap Thomas kepada bhirawa, akhir pekan kemarin.
Oleh karena itu Kesbangpol berkoordinasi dengan Polres Batu untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, terutama untuk mendeteksi kegiatan yang berbau ISIS, teroris dan kegiatan lain yang berpotensi merongrong kewibawaan negara.
“Masyarakat yang sensitif bisa bertindak di luar kontrol. Makanya perlu diberikan penyadaran agar tidak bertindak menghakimi sendiri. Kalau memang ada kegiatan yang mencurigakan lebih baik lapor ke kepolisian setempat,” tutur Thomas.
Kumpulkan Camat
Sementara itu, Bupati Tulungagung, Syahri Mulyo SE MSi, berencana mengumpulkan seluruh camat se-Tulungagung sebagai upaya menangkal dan tidak memberi ruang tumbuhnya gerakan radikal di Tulungagung.
“Saya akan kumpulkan para camat. Tujuannya nanti mereka dapat memberi briefing pada para kepala desa agar waspada ketika ada orang asing yang tinggal agak lama di wilayahnya,” ujar Bupati Syahri Mulyo pada Bhirawa, Minggu (29/3) menanggapi penangkapan Ridwan Sungkar (RS) alias Abu Bilah alias Ewok (43) warga Jl KH Abdul Fatah Gang I Desa Mangunsari Kecamatan Kedungwaru, oleh Densus 88 Polri, Jumat (27/3) lalu.
Dia menilai masyarakat termasuk di Tulungagung terlalu baik, sehingga dapat dimanfaatkan oleh orang-orang tidak bertanggungjawab. “Untuk itu, saya sebagai bupati juga akan segera konsolidasi dengan jajaran Forpimda dan ormas Islam di Tulungagung,” tuturnya.
Bupati Syahri Mulyo yang mantan anggota DPRD Jatim ini mengakui sebelum terjadi penangkapan terhadap RS oleh Densus 88 Polri, ia dan Ketua PCNU Tulungagung sempat bertemu membicarakan tentang paham-paham Islam yang keliru.
PCNU Tulungagung, lanjut Bupati Syahri Mulyo, berencana melakukan road show di kecamatan-kecamatan dengan menggandeng Forpimda. “Road show dimaksudkan memberi pencerahan kepada umat Islam tetang beribadah atau berjuang untuk Islam yang benar,” paparnya.
Perketat Izin Paspor
Sementara itu, Bupati Madiun, Muhtarom, S.Sos menjamin seluruh Pondok Pesantren (Ponpes) berbasis Nahdlatul Ulama (NU) yang ada di wilayahnya, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila serta Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
Pernyataan ini terlontor dari orang nomor di Kabupaten Madiun menyikapi adanya informasi warganya yang mengajukan paspor untuk berpergian ke negara tertentu yang bisa menjadi jalan ilegal ke negara yang ada kelompok ISIS. “Ponpes di sini (Kabupaten Madiun), khususnya yang berbasis NU, sepakat NKRI merupakan harga mati,” kata Bupati Madiun, Muhtarom, S.Sos kepada wartawan, Minggu (29/3).
Sementara itu, guna mengantisipasi pergerakan faham ISIS di wilayah Kabupaten Madiun, Kapolres Madiun AKBP Denny Nasution, membuat rekomendasi kepada Bupati untuk membuat tim atau kelompok kerja yang kerjanya bisa secara komplek.
Menurut AKBP Denny Nasution, saat ini pihaknya sedang mengawasi dua kecamatan yang ada di wilayah hukumnya. Pasalnya, di desa yang masuk dua kecamatan itu, ada warganya yang membuat paspor dengan yang akan digunakan untuk tujuan ke negara tertentu.
“Saat ini kami sedang intensif mengawasi dua kecamatan yang ada di Kabupaten Madiun. Karena dari informasi yang kami dapat, ada warga dari dua kecamatan tersebut yang membuat paspor untuk bepergian ke negara tertentu,” ungkap Kapolres Madiun, AKBP Denny Nasution, kepada wartawan, Jumat (27/3).
Terkait perihal diatas, Kantor Imigrasi kelas II Madiun memperketat izin penerbitan paspor bagi WNI muslim yang akan ke luar negeri. Khususnya ke negara yang ada di wilayah Timur Tengah. Hal ini terkait kekhawatiran penyebaran paham Islam State(ISIS) dan hilangnya 16 warga negara Indonesia (WNI) di Turki beberapa waktu lalu.
Tak hanya itu saja, Kantor Imigrasi Kelas II Madiun juga terus memelototi setiap orang yang mengajukan pembuatan paspor yang akan berangkat umroh ke Mekkah.Selain itu, Petugas juga tak segan membatalkan penerbitan paspor jika ada hal yang mencurigakan.
“Jika yang bersangkutan pernah memiliki paspor dan tiba-tiba mengajukan pengurusan paspor kembali, itu perlu dicurigai. Kita akan menangguhkan pengajuannya dan petugas akan melakukan cross cek di lapangan terlebih dahulu.” kata Kepala Kantor Imigrasi (Kakanim) Klas II Madiun, Sigit Rusdianto, kepada wartawan, Kamis (26/3). [sup,wed,dar]

Tags: