Warga Kecamatan Tambaksari Dilatih Tanggap Kebakaran

Warga Tambaksari tampak serius mengikuti pelatihan yang diberikan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Surabaya dalam mengatasi peristiwa kebakaran di Pendopo Kecamatan Tambaksari, Rabu (1\2) kemarin. [Gegeh Bagus Setiadi/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa.
Sebanyak 40 warga Surabaya mulai dilatih menjadi satuan relawan kebakaran (Satlakar) oleh Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Surabaya di Pendopo Kecamatan Tambaksari, Rabu (1/2).
Pelatihan semacam ini nantinya akan dilakukan di 31 Kecamatan yang ada di Kota Pahlawan agar masyarakat lebih sigap dan tanggap dalam mencegah dan menanggulangi peristiwa kebakaran.
Kepala Bidang Pemberdayaan dan Pelatihan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Surabaya Arief Budiarto mengatakan dengan adanya pelatihan warga masyarakat terhadap peristiwa kebakaran bisa diatasi dengan waktu tidak lebih dari sepuluh menit.
“Dengan harapan ketika terjadi kebakaran, api sudah padam dalam waktu singkat. Bahkan sebelum kami (Damkar, red) datang api sudah padam. Kalau sudah masuk tahap itu peran serta masyarakat sangat hebat,” katanya saat ditemui di Pendopo Kecamatan Tambaksari.
Menurut Arief, sesuai standar nasional respons time-nya adalah 15 menit yang dihitung dari mulai menerima laporan kebakaran, berangkat dan sampai lokasi. Pada tahun 2015, 99 persen tercapai di bawah 15 menit. Bahkan, di tahun 2016, respons time sudah 100 persen tercapai di bawah 10 menit.
Setelah Satlakar terbentuk, lanjut Arief, mereka tidak hanya dibekali dari hasil pelatihan. Melainkan bisa berjenjang untuk meningkatkan kemampuan tidak hanya dibidang kebakaran, namun juga berkembang ke intalasi listrik yang selama ini menjadi penyebab terjadinya kebakaran karena konsleting.
“Sehingga Satlaker tidak hanya muncul kalau terjadi kebakaran saja, tapi juga pohon tumbang, banjir mereka bisa bergerak cepat,” ujarnya.
Menurut dia, pihaknya juga berencana menggandeng Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk memberikan pelatihan kepada warga agar bisa mengecek instalasi listrik di masing-masing rumahnya. Sebab, sesuai standar SNI instalasi listrik wajib dicek setiap sepuluh tahun sekali. Bilamana ada kabel yang rusak untuk segera diganti.
“Karena peristiwa terjadinya kebakaran salah satunya konsleting listrik. Maka, kami berencana menggandeng PLN untuk memberikan pelatihan kepada warga Surabaya terkait dengan instalasi,” imbuh Arief.
Peserta pelatihan tidak hanya laki-laki, tapi juga dihadiri oleh para ibu-ibu rumah tangga. Para ibu diajari untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran yang disebabkan oleh kompor yang ngowos sehingga menimbulkan percikan api.
Sementara, Ketua Satlakar Kota Surabaya Ibrahim Dasilva mengatakan, setelah adanya pelatihan tersebut harus ada tindakan khusus dari Muspika kecamatan untuk memfollow up kelanjutan pelatihan ini.
“Jadi tidak hanya di Kecamatan, tapi sampai ke tingkat Kelurahan. Karena kebakaran itu tidak mengenal wilayah dan waktu,” katanya.
Menurut Ibrahim, peristiwa kebakaran sering terjadi di pemukiman kumuh dan padat penduduk. Namun, padatnya penduduk belum tentu kumuh. Hal ini yang justru sering terjadinya kebakaran lantaran masyarakat tidak konsen dan peduli terhadap lingkungannya.
“Sehebat apapun relawan dalam pencegahan bencana kalau tidak didukung 3 unsur yakni pemerintah, masyarakat, dunia usaha maka hasil dari indentifikasi pencegahan tidak berfungsi,” tuturnya.
Camat Tambaksari Ridwan Mubarun menuturkan bahwa dengan adanya pelatihan tersebut warga bisa paham untuk mengantisipasi bahaya kebakaran dengan cara yang telah didapatkan dalam pelatihan. “Semoga dengan adanya pelatihan ini, warga Tambaksari bisa melakukan pemadaman secara cepat sehingga bisa mengatasi kebakaran secara meluas,” tuturnya. (geh)

Tags: