Warga Kirim Ucapan “Kecurangan” Pengisian Perangkat Desa di Kabupaten Nganjuk

Karangan bunga ucapan dan poster protes atas dugaan kecurangan dalam ujian perangkat desa di Kabupaten Nganjuk. [ristika/bhirawa]

Nganjuk, Bhirawa
Pasca seleksi ujian perangkat desa di 116 desa, muncul ucapan yang intinya memberikan selamat kepada peserta ujian perangkat desa dari hasil ujian yang diduga curang.

Setidaknya di Balai Desa Nglaban Kecamatan Loceret dan Balai Desa Trayang Kercamatan Ngronggot muncul ucapan kecurangan ujian perangkat desa ukuran besar.

Keberadaan dua buah ucapan karangan bunga di Balai Desa Trayang merupakan ungkapan protes warga terhadap kecurangan dalam seleksi pengisian perangkat desa. Kesan jual beli jabatan dalam pengisian perangkat di Desa Trayang sangat kental.

Ucapan yang diletakkan di kanan dan kiri gerbang masuk Balai Desa Trayang bertuliskan “Turut berduka cita atas meninggalnya kejujuran dalam seleksi perangkat desa trayang. habis ngerjain langsung lari, panik nggak ?? panik nggak ?? panik lahhh masa enggak !!!”.

Sedangkan ucapan kedua bertuliskan “Selamat dan sukses atas terpilihnya para dagelan perangkat desa trayang. desoku keras luurrrr !!!! desomu piye, dari kami yang ikhkas diputus paksa”.

Tulisan dan papan ucapan yang sama juga muncul di Balai Desa Nglaban, bahkan ucapan selamat tersebut diletakkan di Pendopo Desa Nglaban.

Jika di Desa Trayang dan Desa Nglaban warga protes seleksi pengisian perangkat desa dengan cara mengirim ucapan berupa karangan bunga di Desa Demangan Kecamatan Tanjunganom lain lagi.

Seleksi pengisian perangkat Desa Demangan yang dilaksanakan di gedung SMAN 1 Tanjunganom justru beberapa peserta tidak mau menandatangani hasil tes tulis maupun tes praktek.

“Kami sebanyak tiga peserta dari lima calon sekretaris Desa Demangan menolak hasil tes tersebut, karena kami menduga kuat adanya kecurangan dalam proses penyaringan,” kata Andika Wahyu Al Amin salah satu peserta ujian pengisian jabatan Sekretaris Desa.

Masih lanjut Andika, kecurigaan atas kecurangan yang dilakukan panitia bertambah kuat saat dirinya yang awalnya mendapat nilai nol di dua poin penilaian, lalu setelah dilakukan protes nilainya berubah, menjadi sepuluh dan delapan.

“Saat saya melakukan protes, awalnya tidak mendapat tanggapan dari panitia, tapi setelah saya mengatakan hal ini, akan saya sampaikan pada wartawan, malah ketua panitia yang namanya Siswanto malah memanggil Polisi yang bertugas sebagai pengawas,” ujar Andika lagi.

Sementara Shan Duta Sukma Pradana yang juga peserta pengisian perangkat Desa Demangan mengatakan hal yang sama, dirinya juga mempersoalkan peserta yang dinyatakan lolos mendapatkan nilai yang hampir sempurna. [ris]

Tags: