Warga Kota Probolinggo Desak Penutup Sungai

Wali Kota Rukmini yinjau sungai yang sering makan korban anak jatuh.

Wali Kota Rukmini meninjau sungai yang sering memakan korban anak jatuh.

Probolinggo, Bhirawa
Adanya permintaan warga untuk dibuatkan penutup sungai kecil di jalan Cokroamninoto gg buntu, membuat walikota meninjau lokasi. Bersama dengan Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Imanto, Camat Kanigaran Sugito dan Lurah Kebonsari Kulon, menyusuri sungai selebar 1,20 meter tersebut.
Warga bersama ketua RT 2 dan ketua RW 11 itu berkumpul. Mereka menyampaikan keluhannya secara langsung kepada Walikota Hj Rukmini. Diantaranya, karena sering anak-anak terjatuh di sungai kecil itu sehingga diperlukan penutup. Belum lagi akses jalan yang sempit, supaya bisa lebih lebar apabila sungai tersebut tertutup.
“Biasanya kalau hujan airnya juga meluber dan masuk ke rumah warga. Maka sekalian kita minta untuk saluran airnya dipindah jalur saja. Dengan begitu tidak sulit dibersihkan,” pinta Nanin warga setempat.
Walikota Probolinggo, Hj. Rukmini, Kamis 3/3 mengatakan, kami merespon positif keinginan warga, dan akan dikaji secara teknis oleh dinas PU. “Insya Allah bisa direalisasikan, karena masuk dalam musrenbang tahun ini. Sehingga tahun depan sudah bisa diwujudkan keinginan warga,” jawabnya.
Ia berharap setelah ditutup nanti, warga yang bermukim di lokasi itu juga tetap menjaga kebersihan saluran air tersebut. Karena tutup yang akan dipasang bisa dibuka, dengan maksud untuk mempermudah membersihkannya.
Lebih lanjut dikatakan masala sanitasi, sebagai hal yang sangat penting menyangkut hajat hidup orang banyak merupakan hal yang seharusnya ditangani secara konsisten oleh pemerintah daerah, karena demikian termaktub dalam Undang-undang Dasar.
Setidaknya perencanaan yang matang perlu dipelajari kembali dan dalam rentang waktu yang memungkinkan, saat ini dan masa depan, implementasi sebaiknya dilaksanakan dengan terencana dan berorientasi masa depan, ujarnya.
Dalam mencoba mempelajari berbagai hal tentang sanitasi kota probolinggo, dapat diperhatikan kondisi eksisting ‘apa yang ada’ dan menjadi titik tolak untuk diperhatikan oleh para perencana kota sebagai bahan mewujudkan kota probolinggo yang sustainable. Saluran yang mestinya terbuka tapi ditutup.
Jumlah penduduk yang padat dalam satu lingkungan kota, merupakan salah satu hal akibat kurangnya implementasi peraturan tata kota. Hal-hal semacam ini rawan menimbulkan permasalahan yang berkaitan dengan peresapan air, pengelolaan air limbah dan masalah sanitasi lainnya. Selain itu juga merupakan tempat bertumbuhnya kerawanan sosial.
Selain itu pula mengenai fungsi trotoar untuk menanam pohon. Dampak kurangnya perencanaan kota yang terjadi dalam perkembangan kota Probolinggo selanjutnya adalah ketidak-sesuaian antara harapan dan kenyataan.
Seiring pertumbuhan kota probolinggo menjadi kota lebih besar akibat pembangunan yang lebih memungkinkan, keharusan ditumbuhkannya berbagai fasilitas baru merupakan hal yang kurang tepat seperti alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan tata ruang kota, penggusuran, eksploitasi dan sebagainya.
Penutupan sungai untuk kegiatan sehari-hari, dampak ini bukan berarti bahwa kota probolinggo tidak memihak kaum miskin, namun tidak dipungkiri kota probolinggo telah berkembang dalam skala yang menyebabkan kesenjangan antara kaum miskin dengan kaum berduit yang cukup panjang.
Ketertinggalan kaum miskin dalam mengejar kesenjangan untuk mengikuti perkembangan kota melalui berbagai kegiatan usaha dengan memanfaatkan ruang yang ada merupakan fenomena yang terlihat, justru merupakan hambatan menuju kota yang lebih baik, akibat perencanaan dan implementasi tata kota yang kurang berpihak pada sustainability untuk semua, tambahnya.(Wap)

Tags: