Warga Ngaglik Kota Batu Terganggu Bau Limbah Museum Angkut

6-FOTO KAKI sup-limbah museum angkut yang dialirkan ke gorong2 menimbulkan bau tak sedapKota Batu, Bhirawa
Keberadaan obyek wisata Museum Angkut di Kelurahan Ngaglik Kecamatan Batu mulai membuat warga sekitar tidak tenang. Selain tingkat kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas yang terjadi setiap week end dan liburan panjang, bau air limbahnya juga mulai mengganggu warga sekitar. Air limbah yang berasal dari Pasar Apung dan toilet di kompleks Museum Angkot mulai menyiksa warga RT 03 RW 14 Kelurahan Ngaglik Kecamatan Batu yang terletak di bagian bawahnya.
Air kotor dari warung dan toilet dialirkan melalui selokan yang berada di jalan Abdul Gani Bawah tanpa melalui proses pengolahan limbah. Dampaknya warga sekitar mulai terganggu karena air limbah tersebut menebarkan aroma bau yang tak sedap.
Setelah ditelisik ternyata sumber baru tersebut dari gorong-gorong atau selokan. Limbah yang masuk masuk ke selokan tersebut berupa kotoran sampah berwarna crem, kekuning-kuningan, dan airnya berwarna keruh kecoklatan.
Menurut warga setempat, limbah yang masuk ke selokan itu berasal dariĀ  pasar apung, toilet dan bekas buangan air dari lapak-lapak warung, yang bermuara menjadi satu ke gorong-gorong atau selokan yang melintasi rumah warga.
Mochamad Arifin (54) tokoh masyarakat setempat menyatakan bau tidak sedap itu sangat mengganggu warga dan tidak baik bagi kesehatan. “Kondisi ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. Musim hujan saja baunya seperti ini, apalagi kalau kemarau,” keluhnya kepada bhirawa, Selasa kemarin (6/1).
Ia menjelaskan, saat hujan turun, air kotor tersebut memang hanyut sehingga baunya hilang. Tetapi ketika beberapa hari tidak hujan, baunya kembali menyengat. Menurut dia, agar tidak menimbulkan bau seperti itu, seharusnya Museum Angkut membuat resapan atau dilengkapi pengolahan limbah sebelum dibuang ke selokan.
Sehingga air limbah yang dibuang tidak sampai mengganggu warga yang ada di bawah obyek wisata tersebut. “Intinya kami akan ke datang langsung beramai-ramai kalau tidak ada respon Museum Angkut. Selain itu, menuntut kompensasi, kami juga akan menanyakan kelengkapan Amdal, baik untuk penanganan limbah maupun Amdal lalu lintas. Masak kami disiksa dengan bau dan kemacetan lalu lintas hampir tiap akhir pekan,” tuturnya.
Terpisah, Abdul Rochim, Ketua RW 14 kelurahan Ngaglik, juga membenarkan dengan adanya bau yang menyengat dari selokan tersebut. “Kebetulan sekali selokan tersebut berada di samping warung nasi tempat saya berjualan, sehingga sangat merasakan benar baunya. Apalagi pas musim kemarau bau tersebut sangat menyengat, sehingga membuat tidak nyaman para pengunjung di warung saya,” keluhnya.
Dia berharap permasalahan ini segera bisa teratasi jangan sampai berlarut-larut. Sebelumnya bau menyengat seperti ini tidak pernah ada. Sejak berdirinya Museum Angkut selokan tersebut menjadi bau karena limbah padat dan cair dari atas. “Sebenarnya kami sudah pernah menyampaikan masalah ini kepada pihak manajemen Museum Angkut. Tetapi sampai saat ini belum direspon oleh mereka,” tuturnya.
Warga menduga, berdirinya Museum Angkut tersebut tanpa dilengkapi Analisis Dampak Lingkungan (Amdal), khususnya terkait dengan kajian penanganan limbah dan rekayasa lalu lintas. “Lihat saja mas, selain air limbahnya baunya nggak karu-karuan, perempatan jalan Abdul Gani bolak balik juga dibongkar pasang. Kok kayaknya nggak ada kajian Amdal lalin sebelum ijinnya disetujui,” celetuk warga lainnya.
Berdasarkan pengamatan bhirawa, pihak Bina Marga dan Dishubkominfo beberapa kali melakukan rekayasa lalu lintas untuk mengurangi kemacetan di pintu masuk Museum Angkut. Awalnya di perempatan Abdul Gani – Sultan Agung hanya dipasangi rambu stop untuk kendaraan dari Abdul Gani Bawah. Kemudian setelah beroperasi tamannya diperpanjang karena rambu stop sering diabaikan.
Namun taman median jalan akhirnya dibongkar dan dibuat taman yang agak membelok. Karena median jalan tersebut menyulitkan kendaraan yang akan belok ke Abdul Gani Bawah, maka median jalan tersebut akhirnya dikepras di bagian tengah, sehingga berbentuk pulau jalan. Sayangnya, sampai berita ini ditulis, bhirawa belum bisa mengkonfirmasi pihak manejemen Museum Angkut. [sup]

Keterangan Foto : Warga Ngaglik menunjukkan selokan yang bau tak sedap karena air limbah dari pasar apung dan toilet di Museum Angkut. (supriyanto/bhirawa)

Tags: