Warga Pasuruan Mancing di Tengah Jalan Nasional

Warga Desa Beji, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan saat unjuk rasa di Jalan Nasional atau Jalan Raya Surabaya-Banyuwangi dengan memancing di kubangan yang rusak, Selasa (27/12). [Bhirawa/Hilmi Husain]

Warga Desa Beji, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan saat unjuk rasa di Jalan Nasional atau Jalan Raya Surabaya-Banyuwangi dengan memancing di kubangan yang rusak, Selasa (27/12). [Bhirawa/Hilmi Husain]

(Tak Kunjung Diperbaiki)
Pasuruan, Bhirawa
Masyarakat yang bermukim di sepanjang Jalan Nasional di Jalan Raya Surabaya-Banyuwangi, tepatnya Dusun Kemloko, Desa Beji, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan melakukan aksi unjuk rasa. Aksi unjuk rasa di Jalan Raya Surabaya-Banyuwangi KM 34 sebagai bentuk kekecewaan atas tidak pedulinya pemerintah, lantaran jalan nasional tersebut tak kunjung diperbaiki.
Dalam aksinya, selain orasi dengan membawa poster bertuliskan kecaman terhadap kerusakan jalan ini, warga juga membawa pancing ke jalan yang berlubang. Pancing itu digunakan sebagai aksi teaterikal warga di lubang jalan yang sangat dalam itu. Tujuannya, mengajak pemerintah untuk memancing ikan bersama mereka di lokasi kubangan jalan rusak.
Pantauan Bhirawa di lokasi, Selasa (27/12), jalan tersebut merupakan jalan utama menuju Probolinggo-Banyuwangi. Disepanjang jalan itu, terdapat sekitar 1 kilometer lubang dan kondisi lubangnya sangat parah. Bahkan lubang-lubang itu berdiameter 1,5 meter lebih dengan kedalaman mencapai rata-rata 40-70 centimeter.
Parahnya lagi, kerusakan jalan yang terkesan dibiarkan rusak itu sudah berlangsung hingga delapan bulan tanpa ada perbaikan. Hingga akhirnya, warga berinisiatif sendiri dengan cara bergotong-royong untuk menambal jalan nasional itu secara manual.
Akibat jalan rusak itu, setiap harinya menelan korban walaupun tak sampai meninggal dunia. Sejumlah pengendara seperti kendaraan bermotor terperosok ataupun mengalami pecah ban akibat lubang. Bahkan, sering kali juga roda kendaraan roda empat patah hingga tak bisa jalan.
Koordinator aksi, Suhendrik mengungkapkan agar pihak pemerintah supaya memperbaiki jalan nasional yang rusak di daerah mereka. Selama ini, masyarakat khawatir dengan keselamatan para pengguna jalan. “Korbannya sudah banyak yang berjatuhan, karena jalan nasional ini dibiarkan rusak hingga delapan bulan lebih. Terparah saat malam hari, banyak pengendara motor jatuh. Apalagi usai hujan, air yang menggenang tidak terlihat di kubangan jalan rusak. Penerangan saat malam hari juga sangat minim. Aksi mancing ditengah-tengah jalan ini juga bentuk kekecewaan kami. Pemerintah harus segera memperbaiki agar tidak ada korban kecelakaan lagi,” teriak Suhendrik dalam orasinya.
Ia pun mengancam jika aksi ini tak dihiraukan, secepatnya akan membuat aksi lebih besar dengan memblokade jalan pantura. “Kalau dalam sepekan ini tak diperbaiki, akan ada unjuk rasa yang lebih besar hingga penutupan jalur pantura. Kalau jalan ini diperbaiki, kami tidak akan seperti ini marahnya,” ucap Suhendrik.
Kapolsek Beji Kompol Wagiran mengungkapkan aksi unjuk rasa oleh warga Dusun Kemloko, Desa Beji, Kecamatan Beji berjalan lancar. Ia hanya berharap supaya pemerintah menindaklanjuti aspirasi masyarakat tersebut. “Kami akui, jalan rusak itu sangat membahayakan bagi pengendara yang melewatinya. Karena lubangnya sangat besar dan berkedalaman lumayan. Akan lebih baik jika diperbaiki cepat,” kata Kompol Wagiran.
Sementara itu, Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf mengakui bahwa kerusakan jalan sepanjang Jalan Raya Pasuruan, tepatnya di Beji, Bangil hingga Kraton, Kabupaten Pasuruan memang parah. Kerusakan itu dikatagorikan dalam penanganan darurat.
Menurutnya, jalur pantura Pasuruan merupakan aset nasional. Sehingga, yang mempunyai kewenangan adalah pihak nasional. Pemkab Pasuruan hanya mengirimkan surat perbaikan ke pemerintah pusat. “Kami sudah mengirimkan surat ke pemerintah pusat yang ada di Jakarta. Isinya supaya jalan itu segera diperbaiki,” terang Irsyad Yusuf. [hil]

Tags: