Warga Perlu Waspada, Difteri Dan DBD Sudah Masuk Jombang

Pasien DBD yang di rawat di RSUD Jombang, Kamis siang (07/12). [Arif Yulianto/ Bhirawa].

Jombang, Bhirawa
Masyarakat Jombang rupanya harus waspada terhadap beberapa penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Pasalnya, selain Penyakit Demam Berdarah, Penyakit Disferi ternyata sudah masuk ke wilayah kabupaten yang berjuluk “Kota Santri” tersebut. Hal itu di ketahui saat sejumlah wartawan mewancarai petugas di Dinas Kesehatan (Dinkes) Jombang, Rabu pagi (06/12).
“Jadi, di Jombang ini memang sudah ada Difteri ya, yaitu pernah terjadi pada bulan Agustus lalu. Ada kasus yang di laporkan dari wilayah Puskesmas Cukir (Diwek),”ungkap Wahyu Srihartini, Kabid P2P, Dinkes Jombang kepada sejumlah wartawan.
Dinkes Jombang mencatat pernah terjadi 4 kasus Difteri di Cukir, dan ada juga ‘ suspect’ Difteri di luar Cukir, namun yang masih suspect tersebut di nyatakan negatif Difteri.
“Setelah pengambilan specimen kemudian di bawah ke BPLK Surabaya, yang suspect tersebut di nyatakan negatif,”tambahnya.
Di tanya lebih lanjut apakah serangan penyakit Difteri tersebut apakah pernah memakan korban jiwa tahun ini, ia menjelaskan, pernah ada pasien dengan kasus Difteri di Jombang, namun meninggal karena penyakit penyerta.
“Kebetulan, waktu itu ada pasien datang dengan keluhan yang mengarah ke Difteri, kemudian di lakukan pemeriksaan, hasilnya pasien tersebut meninggal karena penyakit penyertanya,”jelasnya.
Di terangkannya, kasus Difteri ini bisa di tanggulangi dengan jalan imunisasi. Ia mengatakan, terkadang para orang tua agak kurang fokus pada imunisasi anak usia di atas satu tahun.
“Padahal ini penting untuk penguaatan kondisi tubuh anak,”katanya.
Sementara itu untuk kasus Denam Berdarah Dengue (DBD) di Jombang tahun 2017 ini trend nya mengalami penurunan angka kasus. Jika tahun 2016 lalu tercatat sejumlah 1.143 kasus DBD, namun pada Januari hingga November 2017 ini turun menjadi 305 kasus.
Turunnya kasus DBD di Jombang ini menurut Wahyu di tengarai ada beberapa hal penyebabnya. Salah satunya di duga karena faktor cuaca.
“Tahun 2017 ini kan cuaca tidak se ekstrim tahun 2016 lalu, dan mungkin juga masyarakat mulai ada peningkatan pemahaman tentang DBD ini setelah kita lakukan sosialisasi dengan beberapa metode,”bebernya.
Sementara pantauan koran ini di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jombang, satu orang pasien positif di rawat di Ruang Seruni karena DBD.
“Awalnya panas tinggi, lalu muntah. Setelah itu di bawa ke lab (laboratorium), trombositnya langsung turun pas hari selasa (05/12) itu, langsung masuk rumah sakit. Pagi tadi, trombositnya turun lagi, kemarin sempat masuk IGD, namun hari ini sudah tidak muntah,”papar Elis Tri kurnia (47), orang tua pasien DBD asal Cukir, Diwek, Jombang bernama Novi (5) yang masih duduk di bangku kelas V SD tersebut, Kamis siang (07/12).
Sementara itu, pihak RSUD Jombang menerangkan, di banding tahun 2016 lalu, trend pasien DBD yang di rawat di rumah sakit tersebut angkanya turun.
“Untuk pasien DBD di RSUD Jombang cenderung turun. Mulai januari sampai bulan ini tercatat sekitar 270 pasien DBD yang di rawat. Hari ini yang di rawat intensif cuma satu orang,”pungkas dr. Ulfah Kannatul Izzah, Kasi Pelayanan Medis, RSUD Jombang.(rif)

 

Tags: