Warga Ploso Jombang Ganti Nama Gang Buntu Jadi Gang Bung Karno

Penggantian nama Gang Buntu tempat rumah Bung Karno kecil di Desa Rejoagung, Ploso, Jombang menjadi Gang Bung Karno, Jumat malam (16/08). [Arif Yulianto/ Bhirawa].

Jombang, Bhirawa
Warga Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang mengganti nama gang tempat rumah kecil Sang Proklamator, Ir Soekarno (Bung Karno) semasa kecil yang biasanya disebut dengan Gang Buntu dengan nama baru yakni Gang Buntu. Penggantian nama gang dilakukan warga setempat dengan diringi sholawat tepat pada malam peringatan Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia, pada Jumat malam (16/08). Sebelumnya warga juga menggelar tahlil dan doa bersama peringatan Kemerdekaan Bangsa di atas pondasi rumah kecil Bung Karno di desa setempat.
Saipul (54), Ketua Rukun Tetangga (RT) setempat mengatakan, diadakannya tasyakuran di tempat tersebut bertujuan untuk mengenang jasa-jasa Bung Karno dan ingin menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa, dulunya Bung Karno lahir di tempat di lokasi diadannya tasyakuran tersebut.
“Harapan kami kepada Pemerintah Daerah (Jombang), Pemerintah Provinsi, maupun Pemerintah Pusat untuk membantu kami agar di sini juga dijadikan cagar budaya sejarah tentang kelahiran Ir Soekarno,” terang Saipul saat diwawancari usai acara.
Seluruh warga sambung Saipul juga berharap, doa bersama yang mereka dilakukan juga bisa didengar para tokoh nasional sehingga ada kemudahan untuk mewujudkan bahwa di tempat itulah lokasi di mana Bung Karno lahir.
Terkait penggantian nama Gang Buntu menjadi Gang Bung Karno, Saipul menjelaskan, agar masyarakat luas bisa melihat bahwa di Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso, Jombang terdapat sebuah situs yang bersejarah yakni, situs kelahiran Sang Proklamator, Bung Karno. Selanjutnya mulai Jumat malam (16/08), Gang Buntu di Desa Rejoagung, Ploso, oleh warga telah diganti menjadi Gang Bung Karno.
“Nanti kita tempelkan di (gang) depan sehingga bisa dibaca masyarakat banyak bahwa di sini tempat kelahiran Bung Karno,” ujar Saipul.
Seperti diberitakan sebelumnya, dari buku tentang sejarah Bapak Bangsa, Ir Soekarno (Bung Karno) yang berjudul Ida Ayu Nyoman Rai, Ibu Bangsa disebutkan, Raden Soekeni Sosrodihadjo, ayah Bung Karno pernah beberapa kali pindah saat bekerja sebagai guru pada masa Penjajahan Belanda. Dari buku yang terbit atas kerjasama Kemang Studio Aksara dengan Akademi Kebangsaan tahun 2012 ini yang ditulis beberapa profesor dan doktor tersebut terdapat penulisan beberapa beselit kepindahan Raden Soekeni Sosrodihardjo ke beberapa tempat. Di Bab III tulisan Prof Dr Aminudin Kasdi diceritakan, tentang beselit tanggal 8 Agustus 1898 No.12924 (R Soekeni Sosrodihardjo) diangkat menjadi pembantu kepala sekolah di Surabaya (halaman 78). Sebelum pindah ke Surabaya, R. Soekeni bertugas di salah satu sekolah di Bali.
Bung Karno diduga kuat lahir di Ploso, Jombang yang saat itu Wilayah Jombang masih menjadi bagian dari Karesidenan Surabaya. Berdasarkan tulisan di buku tersebut yang menyebutkan beselit no.16232, Raden Soekeni naik pangkat menjadi Mantri Guru (Kepala Sekolah) di Sekolah Ongko Loro di Onderdistrict Ploso, Afdeeling Jombang tanggal 28 Desember 1901. Di Ploso, R. Soekeni bekerja dan tinggal selama kurang lebih enam tahun lamanya. Dua data yang menguatkan tempat kelahiran Bung Karno di Ploso Jombang yakni, tulisan tangan R.Soekeni yang menyebutkan bahwa R. Koesno (nama lahir Bung Karno) lahir pada tanggal 06 Juni 1902 dan register pendaftaran sekolah Bung Karno ke THS Bandung yang menyebutkan bahwa, Raden Soekarno (Bung Karno) lahir di Soerabaia (Surabaya) tanggal 06 Juni 1902.
Salah seorang kerabat Situs Persada Soekarno, nDalem Pojok, Wates, Kediri R. Kushartono mengatakan, sejauh ini pihaknya belum menemukan data autentik jika Bung Karno lahir di Surabaya (dalam arti wilayah Surabaya saat ini) pada tanggal 06 Juni 1901.
“Tapi kalau BK (Bung Karno) lahir di Surabaya yang masa itu (1902) wilayahnya sampai Ploso, Jombang, ini yang benar menurut kami, dan sesuai data autentik. Data autentik tanda lahir tulisan tangan ayah Bung Karno dan data catatan arsip THS Bandung. Kemudian juga data beselit-beselit Belanda. Jika data-data ini kita gabungkan, kesimpulnya Bung Karno lahir tanggal 06 Juni 1902 di Ploso yang waktu itu masuk wilayah Surabaya. Jadi dikatakan Soekarno lahir di Surabaya tidak salah. Tapi Surabaya tempo dulu bukan Surabaya wilayah saat ini,” tutur R. Kushartono beberapa waktu yang lalu.
Dihimpun dari berbagai sumber, Kabupaten Jombang, Jawa Timur baru berdiri pada tahun 1910 dan diakui secara hukum pada tahun 1950. Kanjeng Sepuh atau Kanjeng Jimat adalah panggilan kesayangan warga Jombang untuk Bupati Jombang pertama, Raden Adipati Arya Soeroadiningrat atau R AA Soeroadiningrat.
R AA Soeroadiningrat menjabat sebagai Bupati Jombang sejak 1910 hingga 1930. Sebelum masa kepemimpinannya, Jombang merupakan daerah Afdeeling Karesidenan Surabaya dengan pusat pemerintahan Jombang. Namun sebelum masuk di bawah Afdeeling Surabaya, terlebih dahulu Jombang menjadi bagian Afdeeling Mojokerto wilayah paling barat.
Kemudian pada tahun 1881 Jombang dipisahkan menjadi Afdeeling tersendiri. Sekitar tahun 1910 Afdeeling resmi dipisahkan dan menjadi sebuah kabupaten baru dengan cakupan luas sekitar 920 km persegi. Sebagai daerah Afdeeling baru, Jombang dibagi menjadi dua kontrol Afdeeling yakni, kontrol Afdeeling Jombang, meliputi Distrik Jombang dan Ploso. Kontrol Afdeeling kedua terletak di Mojoagung yang membawahi Distrik Mojoagung dan Ngoro.(rif)

Tags: