Warga Sumobito Dibantu Lima Bungkus Mie Instant

Ketinggian banjir di Desa Trawasan, Sumobito, Jombang, Kamis sore (21/12). [Arif Yulianto]

Banjir Terjang Jombang dan Nganjuk

Jombang, Bhirawa
Banjir masih melanda Kabupaten Jombang. Sejumlah desa di Kecamatan Sumobito, Jombang, masih merasakan genangan air akibat banjir luapan Kali Tenggor yang melintas di daerah tersebut. Banjit juga terjadi di Nganjuk dan kondisi paling parah terjadi di wilayah Kecamatan Berbek dimana Desa Sumber Urip, Sendang Bumen, Sonopatik dan Grojogan air masuk ke rumah warga hingga setinggi 1 meter. Pantauan Bhirawa di lapangan, di Dusun Gebangsari, Desa Trawasan, Sumobito, Jombang, Kamis sore (21/12), ketinggian air di daerah ini masih setinggi lutut orang dewasa pasca banjir besar Rabu dinihari (20/12) yang di awali datangnya air Selasa malam (19/12).
“Air datang mulai Selasa malam, Rabu sekitar jam 03.00 WIB sudah mencapai satu meter,”kata Eli Santoso (29) warga setempat kepada Bhirawa.
Mirisnya, setelah hampir tiga hari terkena banjir, warga masih mendapatkan bantuan berupa lima bungkus mie instant per rumah. Sedangkan warga mengeluhkan mereka tidak bisa beraktifitas dengan normal akibat adanya banjir tersebut.
“Untuk belanja ya ndak bisa, kan ‘lijo’ (pedagang) nya ndak bisa masuk. Bantuan, sementara masih berupa lima bungkus mie instant dari desa,”tandasnya.
Di beberapa titik di dusun tersebut, ketinggian air tampak masih menggenangi gang-gang menuju rumah warga, maupun jalan dusun.
Sementara itu warga lainnya, Mujiati (54) tahun menuturkan, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarganya, ia terpaksa hanya belanja makanan cepat saji dan mengandalkan stok logistik di rumahnya seadanya.
“Selama banjir, tidak bisa ke kerja ke sawah, makan juga seadanya, yang sering makan mie, karena bakul ‘lijo’nya ndak bisa masuk,”pungkas Mujiati.
Data yang di himpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jombang per Kamis pagi (21/12), total korban terdampak banjir di Kecamatan Sumobito sejumlah 2. 723 rumah, 2. 578 KK, 6. 449 jiwa, dan 497 warga terpaksa di ungsikan akibat banjir yang melanda daerah tersebut.
Sementara itu di Desa Girirejo, Pesudukuh dan sebagian Desa Sekarputih Kecamatan Bagor, Ngajuk yang terendam hingga pagi sekitar pukul 07.00 air baru surut. “Curah hujan cukup tinggi selama Rabu (20/12) hingga Kamis (21/12) dinihari mengakibatkan Sungai Paron meluap dan merendah desa-desa di sekitarnya,” ungkap Ir Soekonjono, Kepala BPBD Kabupaten Nganjuk.
Diterangkan Soekonjono, permukaan Sungai Paron mulai naik Rabu sekitar pukul 18.00. Air dari arah pegunungan bergerak ke utara dan mulai menggenangi pemukiman warga dengan ketinggian antara 30 cm sampai 1 meter. Ratusan rumah warga di sekitar Sungai Paron kemasukan air dibeberapa titik. Tim BPBD dibantu TNI, Polri membantu warga membuat tanggul di depan rumah warga yang terendam air. “Petugas BPBD, TNI dan Polri mengangkat barang milik warga yang rumahnya terendam. Selain itu juga mengevakuasi warga usia lanjut ke lokasi yang aman dari banjir,” papar Soekonjono.
Hingga saat ini pihak BPBD masih melakukan pendataan terhadap kerugian yang dialami warga. Sedangkan akibat luapan Sungai Paron tersebut tidak ada korban jiwa. Kemudian, kemungkinan adanya kerusakan infrastruktur seperti tebing atau tanggul sungai dan jembatan yang rusak masih dalam assesment pihak BPBD dengan dinas terkait.
Selain Kecamatan Berbek dan Bagor, akibat curah hujan yang cukup tinggi wilayah Kecamatan Pace dan Kecamatan Sukomoro juga terendam banjir. Terutama Desa Kepanjen, Desa Kecubung dan Desa Batembat Kecamatan Pace. Kemudian sekitar 150 hektar lahan bawang merah di Kecamatan Sukomoro juga tak luput dari genangan air hingga Kamis pagi belum juga surut. [rif,ris]

Tags: