Warga Tengger Mendak Tirta Jelang Kasada

Mendak Tirta, sebagai ritual awal prosesi upacara Yadnya Kasada.

Probolinggo, Bhirawa
Perayaan Yadnya Kasada 2018, akan dilaksanakan pada Jumat-sabtu 29-30/6 mendatang. Namun, serangkaian ritual telah dilaksanakan warga Suku Tengger di Kawasan Gunung Bromo , salah satunya dengan Mendak Tirta (mengambil air suci) pada Senin 25/6.
Mendak Tirta, sebagai ritual awal prosesi upacara Yadnya Kasada yang bakal dilaksanakan nanti. Bagi masyarakat suku Tengger di wilayah Kabupaten Probolinggo, ritual ini dilakukan di sumber Air Terjun Madakaripura, Desa Negororejo, Kecamatan Lumbang. Sementara untuk Kabupaten Pasuruan di sumber air Gunung Widodaren. Sedangkan masyarakat suku Tengger di wilayah Lumajang melaksanakan mendak tirta di sumber di Kawasan Pura Senduro Lumajang.
“Air suci yang diambil dari berbagai tempat itu nantinya dikirab dan dibawa ke Pura Luhur Poten di Gunung Bromo untuk digunakan sebagai kelengkapan upacara Yadnya Kasada. Air dari berbagai tempat itu, disandingkan dengan air suci yang diambil dari tempat lain,” ujar Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Probolinggo Bambang Suprapto.
Setelah pelaksanaan Mendak Tirta akan dirangkai dengan upacara Sameninga, yakni ritual komunikasi antara umat dengan Tuhan yang menguasai jagat raya. Ritual ini dilaksanakan di Balai Desa masing-masing hingga sore harinya. Kemudian dilanjutkan upacara Mepek yakni upacara untuk melengkapi segala sesaji untuk keperluan upacara Yadnya Kasada.
Kelengkapan sesaji Yadnya Kasada terdiri atas Rakatawang dan Rakagenep. Sesaji tersebut kemudian dibawa ke Pura Luhur Poten untuk digunakan sebagai kelengkapan upacara Yadnya Kasada. Setelah itu, diteruskan dengan melarung sesaji ke kawah Gunung Bromo.
“Dalam prosesi upacara Yadnya Kasada di tengah malam tersebut dilakukan persembahyangan yang merupakan komunikasi antara umat dengan Tuhannya. Sementara sesaji yang dilarung berupa hasil pertanian dan lain-lain yang merupakan hasil pokok masyarakat Suku Tengger yang sebagian besar petani sayur,” terangnya.
Camat Sukapura Yulius Christian, menuturkan, sebelum mendak tirta terlebih dahulu dilaksanakan acara halal bihalal di kantor Kecamatan Sukapura. Acara ini sebagai bentuk toleransi antar umat beragama dan lintas suku di wilayah ini. Sebab, banyak keturunan Roro Anteng – Joko Seger yang merupakan cikal bakal Suku Tengger di Gunung Bromo, tak lagi memeluk agama nenek moyangnya.
Hal ini mencerminkan sebuah toleransi antar umat beragama dan antar suku. Di wilayah ini, Kebhinekaan betul-betul terjaga dengan baik. Sesaji sendiri merupakan bentuk perwujudan atas rasa syukur umat terhadap sang Hyang Widi Wasa. Sesaji yang dilarung pada peringatan Kasada merupakan ajaran dari Roro Anteng dan Joko Seger,” tambahnya.(Wap)

Tags: