Warga Tengger Peringati HUT Kemerdekaan RI

Puluhan warga Tengger tancapkan ribuan bendera merah putih di lautan pasir Gunung Bromo.

Libatkan 250 Kuda, Lautan Pasir Bromo Berhias 2018 Bendera
Probolinggo, Bhirawa
Pengunjung gunung Bromo bakal semakin takjub dengan keindahan gunung yang memiliki ketinggian 2.329 m itu. Sebab di lautan pasir terpasang 2018 bendera merah putih yang dipasang oleh puluhan warga Suku Tengger dengan melibatkan 250 kuda.
Warga dari berbagai komunitas itu, memasang bendera merah putih di patok yang berada di kaldera Gunung Bromo tersebut. Setiap patok dipasangi bendera merah putih yang sebelumnya telah diikat pada sebatang bambu.
Pada pemasangan dilakukan secara bertahap mulai hari Senin (13/8) hingga Rabu (15/8) petang, sedikitnya ada 1.900 bendera yang dipasang. Target pemasangannya adalah sebanyak 2.018, sesuai dengan tahun saat ini. Sisa bendera sebanyak 118 akan dipasang pada esok hari, Rabu 15/8, bertepatan dengan upacara bendera dalam rangka peringatan Hari Pramuka. “Hal ini diungkapkan Camat Sukapura, Yulius Christian, Rabu (15/8).
Dikatakannya, ribuan bendera itu, merupakan sumbangan dari warga Suku Tengger. Baik yang berprofesi sebagai pemandu jasa wisata, perhotelan, komunitas jip, komunitas pecinta alam, kepala desa, serta warga biasa yang dengan sukarela menyumbang bendera. Tak hanya benderanya, bambu dan pemasangannya dilakukan secara gotong royong.
Upacara ini bisa disebut sebagai upacara yang unik, sebab biasanya upacara identik dilakukan di lapangan berumput. Namun, kali ini, upacara dilaksanakan di lautan pasir TNBTS. Tidak ada rumput, hanya ada pasir. yang udaranya sangat dingin, paparnya.
Upacara bendera diikuti oleh semua elemen masyarakat suku tengger, mulai pimpinan Forpimka, guru, pelajar SMA, SMP, dan SD, TNI, Polri, dan masih banyak lagi. Uniknya, masyarakat tengger membawa kuda dalam upacara ini. Kuda-kuda yang mereka bawa ikut dalam prosesi upacara tersebut. Dari data yang didapatkan, ada sekitar 250 kuda yang terlibat dalam acara ini, ungkapnya.
Warga Tenggger mulai dari prosesi pengibaran bendera sang saka Merah Putih hingga penurunannya. Semuanya menyatu menjadi satu untuk memperingati hari kemerdekaan bangsa ini. Tidak ada perbedaan satu sama lain, meski secara personal ada perbedaan. Semuanya kompak menjaga sinergitas dan solidaritas, kata sesepuh Tengger Supoyo mengatakan, kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan yang menjadi upacara rakyat.
Dikatakan dia, upacara kemerdekaan ini bukan hanya milik golongan tertentu, tapi milik semua. “Makanya kami mengajak semua masyarakat untuk ikut upacara kemerdekaan sebagai bentuk penghormatan terhadap para jasa pahlawan yang sudah gugur di medan perang memperjuangkan kemerdekaan,” tandasnya.
Menurut Supoyo, tahun ini merupakan tahun ketiga, pihaknya melibatkan kuda dalam upacara kemerdekaan. Bromo ini identik dengan kuda. Sebab, kuda merupakan ikon Bromo. Sebelum ada kendaraan bermotor seperti jeep, sepeda motor,dan lainnya, kuda menjadi primadona di zamannya. “Kami (sesepuh tengger) ingin mengembalikan ikon Bromo ini ke kuda. Jadi, kuda akan selalu ada dan tetap digunakan meski banyak kendaraan modern. Kuda tidak akan hilang di Bromo,” paparnya.
Menurut dia, kuda-kuda yang ikut upacara ini mengenakan kain dengan lima warna yang berbeda. Kata dia, kain itu merupakan simbol panca warna yang dianut suku tengger selama ini.
Lima warna itu diantaranya putih, kuning, hijau, merah dan hitam. Masing-masing warna itu memiliki arti dan makna sendiri. Dikatakan dia, untuk warna putih itu melambangkan kesucian, kuning keagungan, hijau kemakmuran, merah keberanian, dan hitam kedamaian. Kenapa menggunakan konsep panca warna, karena itu merupakan gambaran sekilas suku Tengger. “Kami (suku tengger) ini replika bangsa Indonesia. Bhinneka Tunggal Indonesia, berbeda-beda tetap satu. Nah, panca warna ini adalah kami. Kami akan selalu menjaga kerukunan dan kedamaian,” tambahnya. [Wiwit Agus Pribadi]

Tags: