Warga Tolak Pembuatan Film Gunung Kawi

Tempat Pesarehan Mbah Djoego dan Mbah Imam Soedjono di area pemakaman Gunung Kawi, Desa Wonosari, Kec Wonosari, Kab Malang.

Tempat Pesarehan Mbah Djoego dan Mbah Imam Soedjono di area pemakaman Gunung Kawi, Desa Wonosari, Kec Wonosari, Kab Malang.

Kab Malang, Bhirawa
Masyarakat yang berada di sekitar Gunung Kawi, Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang tidak terima terkait wisata religi Gunung Kawi dikatakan sebagai tempat mencari pesugihan. Kepala Desa Wonosari Kuswanto  menilai  adanya film tersebut, sudah jauh dari kenyataan.
“Kami dan warga Desa Gunung Kawi menolak kemunculan film itu,” tegas Kuswanto, Minggu (17/7) kemarin. Selain itu, masih dia katakan, dirinya juga tidak mengizinkan pembuatan film serta pengambilan gambar untuk kepentingan proses produksi film di areal Pesarean ataupun Keraton Gunung Kawi. Sebab, dalam sinopsis film yang di tulis Erry Solid, digambarkan bahwa Gunung Kawi menjadi praktik pesugihan sekaligus lokasi persekutuan manusia dengan mahkluk halus.
Dalam sinopsis itu, sosok Mbah Kawi yang di perankan Yoes Astawan, digambarkan sebagai sosok yang angker. Dalam film Gunung Kawi, lanjut Kuswanto, juga menggambarkan jika pohon Dewandaru yang berada di areal Gunung Kawi, menjadi tempat siapa saja yang ingin melakukan tapa batin dalam proses mendapatkan pesugihan yang di inginkan.
“Alur cerita horor dalam film yang diformat dalam bentuk High Definition (HD) to Digital Cinema Package (DCP)  juga di bumbui, jika jin Gunung Kawi marah dan meneror orang yang mencuri daun dari pohon Dewandaru tersebut,” ungkapnya.
Ia mengaku, jika selama ini produser film tersebut belum menemui dirinya, sehingga belum pernah ada izin ke desa kalau Gunung Kawi akan di filmkan seperti itu. Padahal, Gunung Kawi selama ini sebagai tempat yang disakralkan. Cerita dalam film itu telah mendiskreditkan sejarah dan keluar dari pemahaman sesungguhnya.
“Oleh karena itu, dirinya dan masyarakat menolak syuting film Gunung Kawi di areal pemakaman Kanjeng Kyai Zakaria II atau yang lebih dikenal Mbah Djoego dan Raden Mas (RM) Imam Soejono, seorang bangsawan yang menjadi senopati atau panglima perang dari Keraton Yogyakarta, yang selama ini dikramatkan masyarakat Gunung Kawi,” tegas Kuswanto.
Salah satu Tokoh Masyarakat Desa Wonosari Muhammad Imam menyatakan, produser film Gunung Kawi telah melecehkan almarhum Mbah Djoego dan Mbah Imam Soejono yang saat ini menempati pemakaman Gunung Kawi. Karena dengan adanya film tersebut secara otomatis akan membuat image masyarakat Indonesia bahwa wisata religi Gunung Kawi menjadi tempat pesugihan. Dan faktanya, Gunung Kawi tidak seburuk itu, karena keberadaan Gunung Kawi juga sudah menjadi bagian dari desa dan sejarah masa silam.
“Kami menolak apa yang dikisahkan dalam film tersebut, sebab tidak sesuai dengan  kenyataan. Warga juga berharap Kades Kuswanto selaku penanggungjawab Pesarean Gunung Kawi memahami perasaan masyarakat Desa Wonosari jika film itu dibiarkan saja,” ujarnya.
Menurut dia, rencananya rombongan crew film akan tiba dilokasi Gunung Kawi pada tanggal 21 Juli 2016 mendatang. Namun, dengan melihat isi cerita dalam film itu, maka masyarakat sepakat menolak film Gunung Kawi. Sehingga masyarakat juga sudah sepakat melalui rapat, agar produser film tidak melakukan syuting di area pemakaman Mbah Djoego dan Mbah Imam Soejono. [cyn]

Tags: