Warga Tuban Panik, Antrean BBM Capai Dua Kilometer

6-FOTO KAKI hud-Panik BBM Naik 1Tuban, Bhirawa
Masyarakat panik, utamanya di Kabupaten Tuban, setelah Presiden RI Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) kemarin (17/11) malam. Dengan membawa mobil juga motor ratusan warga langsung menyerbu sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang ada di Bumi Wali Tuban untuk membeli BBM.
Karena panik, membuat antrean panjang di jalur pantura, ratusan kendaraan mengular di tepi jalan hingga sejumlah SPBU. Tak ayal, akibat hal tersebut jalur Pantura Tuban mengalami kemacetan panjang hampir 2 kilometer.
Dari pantauan Bhirawa, antrean panjang ratusan kendaraan bermotor yang ingin membeli BBM Subsidi tersebut terjadi di SPBU Dasin, jalan Tuban-Semarang KM 3, Desa Sugihwaras, Kecamatan Jenu, Tuban. Antrian panjang sepeda motor dan juga mobil baik pribadi maupun truk menumpuk sampai jalan raya jalur Pantura Tuban menuju Semarang itu. “Antrean sudah dari tadi. Saat tahu bensin naik tadi langsung antre, sampai jalan raya,” ujar Ghofar, salah satu pengendara motor yang ingin mengisi bensin di SPBU tersebut.
Akibat antrian tersebut arus yang dari arah Surabaya menuju Semarang atau sebaliknya macet total pada saat itu. Sehingga petugas kepolisian dari Sat Lantas Polres Tuban langsung turun di lokasi antrian untuk mengurai kemacetan panjang.
Pada kesesokan harinya masih tampak antrean masyarakat yang membeli BBM seperti di SPBU Dasin, SPBU Seleko, jalan Pahlawan Kota Tuban. Tidak hanya itu SPBUĀ  di Jalan Dr Wahidin Sudirohusodo, yang baru dibuka hari itu pun tidak luput dari antrian warga. “Meski gerimis rela ngantri, ini tangki motor saya isi penuh, lagian besok harga sudah naik, dari pada motor saya tidak bisa jalan,” kata Saiful Warga Keluarahan Latsari Tuban.
Rela Antri
Sementara itu, setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi jenis premium/bensin dari Rp6.500/liter menjadi Rp8.500/liter dan solar dari Rp5.500/liter menjadi Rp7.500/liter, Senin malam (17/11) sekitar pukul 21.00 WIB, ratusan pemilik kendaraan di Kota Madiun langsung ‘menyerbu’ SPBU terdekat.
Seperti yang terjadi di SPBU 54-63124 milik Pemerintah Kota Madiun yang berada di Jalan Mayjend Sungkono, Kota Madiun. Ratusan kendaraan roda dua maupun roda empat, rela antri hingga dua jam lebih. Bahkan panjang antrian mencapai 500 meter hingga di depan Hotel Aston.
Menurut petugas SPBU, Heri, ketika diukur pukul 22.30 WIB, kedalaman BBM jenis solar maupun bensin di tanki penampungan masih mencapai 40 centimeter atau sekitar 4000 liter. Namun setelah lepas pukul 23.00 WIB, kedalaman tinggal 6 centimeter.
“Dengan kedalaman 6 centimeter, tidak mungkin disedot lagi. Karena endapannya akan ikut naik. Jadi kalau yang antre masih banyak, ada kemungkinan banyak pengantri yang tidak kebagian,” kata Heri, kepada wartawan, Senin (17/11) malam.
Salah seorang pengantri, Tri Budianto, warga Jalan Masjid Raya, Kelurahan Kuncen, Kecamatan Taman, Kota Madiun, mengatakan, dirinya ikut antri berjam-jam demi menghemat uang sekitar Rp6 ribu. “Kan naiknya dua ribu. Dari Rp6.500/liter menjadi Rp8.500/liter. Kalau saya beli tiga liter, berarti saya menghemat Rp6.000. Bisa untuk uang jajan anak, Mas. Uang Rp6000 bagi kami orang kecil cukup berarti,” kata Tri Budianto, kepada wartawan.
Sementara itu, pihak SPBU melarang pengantri menggunakan jirigen meski dalam ukuran kecil sekalipun. Alasannya, jika pembelian menggunakan jirigen dilayani, bisa memicu kecemburuan para pengantri yang lain. Alasan lain, memang ada aturan dilarang membeli bahan bakar dengan menggunakan jirigen jelang berlakunya kenaikan BBM mulai pukul 00, Selasa 18 November.
Kesibukan di SPBU jelang kenaikan BBM, tak hanya menyibukkan petugas bagian pompa yang harus melayani pembeli secara non stop. Namun aparat kepolisian, khususnya dari satuan lalulintas, juga sibuk mengatur antrian dan arus lalulintas. [hud,dar]

Caption foto : Sejumlah warga yang panik dan membeli BBM bersubsidi sebelum harga BBM yang diumumkan oleh Presiden RI berlaku. (Khoirul Huda/bhirawa)

Tags: