Warga Tuntut Solusi Atas Bau TPA Tlekung Kota Batu

Bau menyengat masih seringkali muncul dari TPA Tlekung saat hujan sehingga mengganggu warga yang tinggal di sekitarnya.

Kota Batu,Bhirawa
Warga Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu menuntut adanya solusi atas bau menyengat dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang ada di desa mereka. Warga meminta dari solusi tersebut tidak ada lagi bau menyengat yang ditimbulkan tumpukan sampah dari TPA.

Selain bau menyengat, warga juga mengkhawatir keberadaan sampah ini akan mencemari sumber mata air yang ada. Dan kekhawatiran ini sudah pernah disampaikan warga ke pemerintah kota. Namun hingga sekarang belum ada solusi nyata seperti yang diharapkan warga.

“Kami berharap keluhan yang diutarakan warga sejak beroperasinya TPA Tlekung bisa diakomodir dan menjadi perhatian. Karena kami sangat merasa terganggu atas bau busuk yang menyengat yang muncul dari TPA,”ujar salah satu warga Desa Tlekung, Bambang Sumarto, Senin (16/11).

Selama ini, katanya, keluhan warga sudah sering diutarakan baik kepada pemerintah desa (pemdes) maupun pemerintah kota (pemkot). Namun hingga saat ini masih belum ada solusi kongkrit dari yang diharapkan warga.

Hanya saja, sebelumnya Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu sempat membuat program membangun TPS Reuse, Reduce dan Recycle (3R). Program ini diberlakukan di setiap desa/ kelurahan untuk mengurangi volume sampah di TPA. DLH juga telah membeli mobil pengolah sampah untuk mencegah sampah tercecer terutama saat turun hujan.

Menanggapi hal ini Kepala Desa Tlekung, Mardi mengatakan bahwa pihaknya sudah menampung apa yang menjadi keluhan warga. Iapun juga telah beberapa kali meneruskan keluhan ini ke pihak DLH.

“Sudah sering kita sampaikan ke dinas. Namun sejauh ini belum ada tanggapan, padahal keluhan bau ini sudah terjadi bertahun-tahun,” ujar Mardi.

Menurutnya, masyarakat juga sempat mengancam bakal menutup akses jalan menuju TPA Tlekung. Hal ini bertujuan agar truk-truk pemuat sampah tak bisa masuk ke lokasi.

“Untuk kompensasi, dulu memang ada saluran biogas. Namun saluran ini tidak bisa difungsikan karena gas yang dihasilkan tidak mencukupi,” tambah Mardi. Karena itu pula warga saat ini meminta adanya kompensasi bentuk lain.(nas)

Tags: