Warisan dan Tulisan

Imawati, SPd

Imawati, SPd
Awal menjadi seorang guru, pegiat literasi satu ini mengaku belum terpikirkan untuk menggeluti dunia tulis menulis. Kalaupun melakukan aktivitas menulis, tidak jauh dari aktivitas membuat soal, RPP, mengisi rapot dan kegiatan administrasi lainnya.
“Menjalani profesi guru tak lebih dari berangkat pagi mengajar selesai dan pulang. Rutinitas, tidak ada hal yang menantang,” tutur guru SD Al Falah Darussalam, Waru Sidoarjo Imawati, SPd. Namun, semua berbalik saat bulan November 2017, yakni saat Imawati dinobatkan menjadi juara 1 lomba artikel ilmiah popular nasional yang diselenggarakan Kemendikbud RI.
“Pengakuan tersebut memberi sedikit modal untuk berani menulis. Padahal dari awal tidak ada basic atau bakat dalam bidang tulis menulis. Itu adalah awal mula dari semua kegiatan tulis menulis saya,” jelas guru produktif menulis di media ini.
Bekal prestasi itulah yang selanjutnya menantang Imawati untuk terus mengasah dan memperdalam kemampuan tulis menulisnya.
“Banyak kegiatan-kegiatan yang berbau literasi yang saya ikuti. Berbayar atau tidak. No problem, yang penting dapat ilmu menulis.
Kecanduan, jatuh cinta pada menulis. Itu adalah efek saking cintanya pada literasi,” tegas sarjana bahasa Inggris lulusan STKIP PGRI Sidoarjo. Menurut Imawati, saking senangnya menulis, setiap ada momen unik atau sekadar ungkapan suara hati semua dituangkan dalam tulisan.
“Pulang dari nonton bioskop terinspirasi, sudah jadi cerita pendek (cerpen). Lagi melow, berbunga-bunga, sedih, kecewa sudah jadi kumpulan puisi. Begitulah kegiatan saya sekarang full of literacy. Apa-apa menulis, ditulis, dan tertulis,” ungkapnya dengan senyum mengembang.
Menurut Imawati, bangsa ini tahu sejarah kalau orang Cina kali pertama berdagang dan menjual keramiknya di Indonesia, juga dari seseorang yang membuat tulisan.
“Coba zaman dahulu sama sekali tidak ada yang menulis, mungkin sampai detik ini kita di seluruh dunia tidak akan tahu sejarah. Remeh tapi tidak bisa diremehkan,” ungkapnya mantab.
Akhirnya banyak seminar, diklat, dan grup menulis yang diikuti ikuti. Hingga sampai di Jakarta untuk mengikuti launching buku seribu puisi yang ditulis guru se-Asean.
“Yang paling berkesan lagi buku tersebut masuk rekor Museum Rekor Indonesia (MURI), diberikan langsung oleh Bapak Jaya Suprana. Buku yang paling membanggakan,” jelasnya.
Di luar buku tersebut, dari goresan tangannya kini sudah ada tujuh buku antologi dan dua buku solo sudah. Selanjutnya ada empat buku antologi yang masih dinanti.
“Saya selalu ikut antologi tentang apapun pendidikan, cinta, puisi, cerpen dll, itung-itung menambah ilmu menulis dan teman di seluruh Indonesia,” jelas guru cantik yang menganut filosofi Jawa Urip iku Urup –yang maknanya hidup bukan sekedar hidup tapi juga memberi manfaat bagi orang lain. [why]

Rate this article!
Warisan dan Tulisan,5 / 5 ( 1votes )
Tags: