Wariskan Bumi yang Lebih Baik, Tak Lelah Kampanyekan Green Energy

Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto (kiri) dan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI Arcandra Tahar (kedua kanan) saat mendengarkan penjelasan Head of Casting Plant Karawang Division PT Astra Daihatsu Motor Novi Lekwandi mengenai penggunaan mesin cetak blok mesin yang secara total berhasil menghemat biaya produksi sebesar Rp 450 juta per tahun (3/11) kemarin.

Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto (kiri) dan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI Arcandra Tahar (kedua kanan) saat mendengarkan penjelasan Head of Casting Plant Karawang Division PT Astra Daihatsu Motor Novi Lekwandi mengenai penggunaan mesin cetak blok mesin yang secara total berhasil menghemat biaya produksi sebesar Rp 450 juta per tahun (3/11) kemarin.

Komitmen Astra Grup Lakukan Konservasi Energi

Oleh:
Wahyu Kuncoro
Wartawan Harian Bhirawa

Konservasi energi bagi PT Astra International Tbk dilakukan bukan semata karena ingin mematuhi regulasi, tetapi konservasi energi dijadikan sebagai budaya kerja yang harus dikembangkan dalam lingkungan perusahaan modern. Bukan itu saja, konservasi energi dilakukan juga karena dilandasi kesadaran dan keinginan yang besar untuk mewariskan bumi yang lebih baik bagi generasi mendatang.
“Program konservasi ini sangat penting bagi Astra dan Indonesia, melalui penghematan energi, kita akan mewariskan bumi yang lebih baik bagi generasi masa depan,” kata Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto saat ditemui di sela-sela acara Astra Green Energy Summit Kamis (3/11) pekan kemarin.
Menurut Prijono, gerakan hemat energi harus menjadi gerakan bersama seluruh elemen masyarakat. Perilaku hemat jelas Prijono, bukanlah tuntutan pihak luar atau karena dipaksa, tetapi harus menjadi kesadaran bagi diri sendiri termasuk bagi keluarga besar perusahaan Astra grup.
“Kami melakukan langkah konservasi energi bukan karena diminta atau didesak pihak lain tetapi karena kami sadar bahwa hemat harus menjadi budaya dalam perusahaan Astra,” jelas Prijono. Oleh karena itu, selaku presiden Komisaris Astra, Prijono selalu menekankan kapada perusahaan Astra grup untuk melakukan efisiensi energi. Hasilnya, jelas Prijono, komitmen melakukan konservasi energi dilakukan sepenuhnya oleh PT Astra International Tbk berhasil menghemat Rp231 miliar pada periode 2015 hingga 2016 melalui sejumlah program konservasi energi.
“Konservasi energi tersebut dilakukan oleh 33 perusahaan Group Astra melalui 46 program,” jelasnya. Bahkan sebagai bentuk dukungan dan komitmen Indonesia dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Paris (Conferences of the Parties) tahun 2015 yang lalu, untuk pertama kalinya perseroan meluncurkan Astra Green Energy Summit. Dalam acara ini, Astra memberikan Astra Green Energy Awards kepada perusahaan- perusahaan Group Astra sebagai bentuk apresiasi dalam melaksanakan konservasi energi dan upaya efisiensi terbaik di lingkungannya. Hal ini juga sebagai wujud nyata Astra dalam melaksanakan konservasi energi di lingkungan perusahaan.
“Apresiasi ini sekaligus untuk menegaskan bahwa secara internal kami juga ingin menekankan bahwa hemat energi dan green energy adalah budaya perusahaan kami,” tegas Prijono lagi. Melalui kegiatan tersebut, Grup Astra juga menunjukkan komitmennya dalam ikut serta mendorong kebijakan konservasi energi dengan  menampilkan berbagai teknologi terkini dan best practices terkait hemat energi melalui Astra Green Energy Expo.  Bukan itu saja, dalam kegiatan tersebut para peserta juga mendapatkan pengetahuan dari para ahli konservasi energi dalam berbagai sesi sharing Astra Green Energy Summit bertema “Fostering Green Energy and Clean Technology for Sustainable Company”.
Lebih lanjut menurut Prijono, Astra grup optimis, dengan mengedepankan penerapan energi terbarukan melalui proses, teknologi, dan gaya hidup hemat energi,  diharapkan meningkatkan daya saing dan nilai tambah bagi bagi Astra Grup dalam hal efisiensi biaya dan keberlanjutan lingkungan.
Pengamat energi dari kampus Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya Dr Machsus Fawzy saat dikonfirmasi terkait acara Astra Green Energy Summit menyamput baik inisiatif PT Astra berikut anak perusahaannya yang tergabung dalam Astra Grup dalam mengampanyekan tradisi hemat energi di lingkungan perusahannya.  Menurut Machsus, kampanye  hemat energi memang harus menjadi gerakan yang  berkelanjutan. Sebab, energi semakin mahal dan terbatas. Untuk itu perilaku budaya hemat energi perlu ditanamkan secara luas termasuk di dalam lingkungan industri.
Secara khusus, Machsus juga berharap Astra sebagai perusahaan papan atas bisa menjadi inpirasi bagi perusahaan-perusahaan lain, bahwa hemat energi itu bukan sesuatu yang berat dan menyiksa.
“Masyarakat kita nampaknya masih berpikir bahwa budaya hemat itu sesuatu yang berat dan menyiksa, padahal mestinya hemat ini bagian dari perilaku yang harus dikembangkan bahkan harus menjadi budaya dalam sebuah perusahaan yang modern,” kata Machsus.
Dan yang tak kalah pentingnya, lanjut Machsus pemerintah harus memberikan apresiasi atau memberikan penghargaan kepada instansi pemerintah, industri, dan pengelola bangunan gedung atau siapa saja yang memiliki komitmen dalam gerakan ini. Secara khusus Machsus juga berharap pemerintah mendorong kalangan industri untuk terlibat dalam gerakan ini.
“Keterlibatan ini bisa ditunjukkan dengan mendesak kalangan pengusaha untuk tidak boros energi, juga bisa ditunjukkan dengan mendorong kalangan industri untuk memproduksi teknologi yang hemat energi,” jelas Machsus. Apa yang dilakukan Astra, jelas Machsus juga memberikan harapan bahwa kalangan industri juga mempunyai komitmen untuk melakukan konservasi energi sekaligus mempromosikan green energy.
Menurut Machsus, perlu ada gerakan bersama di kalangan industri di tanah air untuk menciptakan produk industri yang lebih hemat energi listrik.
“Nah pemerintah kalau perlu memberi insentif bagi kalangan pengusaha yang memiliki komitmen untuk menciptakan inovasi teknologi yang bisa memanfaatkan  sumber energi lain misalnya teknologi sinar matahari (solar cell) a harus didorong,” jelas Macsus lagi. Masih terbatasnya inovasi teknologi yang berkait peralatan hemat energi ini membuat produk peralatan hemat energi cenderung mahal.
“Beberapa wilayah sudah mulai menggunakan sumber energi matahari (solar cell). Hanya sayangnya, energi matahari ini tidak bisa langsung digunakan secara massal olah masyarakat karena harus menggunakan teknologi yang mahal, belum lagi lampunya yang jauh harganya lebih mahal dibanding lampu listrik biasa,” jelas Machsus. Itu artinya, jelas Machsus keterlibatan kalangan industry untuk menghasilkan teknologi yang hemat sekaligus ramah lingkungan masih perlu didorong terus.
Guru Besar Fakultas Teknologi  Industri Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya Prof Dr Iwan Vanany menambahkan kebijakan konservasi energi sesungguhnya bukanlah kebijakan yang baru. Dari pemerintahan sebelumnya, beberapa kebijakan berupa  aturan/regulasi untuk mendorong gerakan hemat energi sudah diterbitkan. Tujuh tahun yang lalu, misalnya pemerintah sudah menekankan pentingnya melakukan audit konsumsi energi di kantor pemerintahan sebagai cara penghematan energi.
Ketentuan ini dituangkan dalam  Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi. Sayangnya, hingga kini belum ada langkah masif pemerintah untuk mengimplementasikan regulasi tersebut.
“Audit konsumsi energi khususnya di lingkungan kantor pemerintahan harus dilakukan,” tegas Iwan. Menurutnya, hal ini bukan hanya sebagai bukti telah efektifnya penghematan energi di lingkungan kantor pemerintahan, lebih dari itu, hal ini sebagai simbol bahwa penghematan energi dilakukan secara sungguh-sungguh.
“Padahal, aturan audit energi merupakan bagian yang tertuang dalam PP No. 70 Tahun 2009. Artinya, sudah ada beleid yang mengatur perlunya audit energi di lingkungan lembaga pemerintah. Tidak mungkin berhemat kalau tidak lebih dulu melakukan audit energi,” tandasnya. Dengan melakukan audit energi, maka akan bisa diukur bagaimana konsumsi energi dari tahun ke tahun. Permasalahan hemat energi jelas Iwan, bukan pada semangat masyarakat. Menurutnya, pangkal masalah berasal dari implementasi kebijakan dan monitoring hemat energi yang masih lemah.

Konservasi Energi Butuh Dukungan Regulasi
Direktur Konservasi Energi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)  Farida Zed mengakui  saat ini penduduk Indonesia masih tergolong boros dalam menggunakan energi. Hal ini ditunjukan dengan tingkat konsumsi energi  yang cukup tinggi.
“Perilaku hemat energi merupakan kewajiban bersama seluruh masyarakat,” ujarnya saat dikonfirmasi Bhirawa, Jumat (4/11/2016). Untuk itu, perubahan perilaku menjadi penting. Perubahan perilaku dapat dilakukan dengan efektif melalui pembiasaan atau sering juga disebut learning by doing.
“Peran perusahaan untuk ikut serta dalam kampanye konservasi energi menjadi strategis. Bukan saja diwujudkan dengan melakukan budaya hemat energi dalam aktivitas perusahaan, tetapi industri juga dipacu untuk menghasilkan produk dan teknologi yang bisa hemat energi,” jelas Farida.
Menurut Farida, apapun bentuknya langkah-langkah penghematan energi dapat memberikan dampak yang positif bagi ketahanan energi di Indonesia.
“Bagi lingkungan perusahaan, dalam jangka pendek, hemat energi dapat membantu mengurangi biaya operasional yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan energi. Dalam jangka panjang, perubahan perilaku yang dilakukan dapat menghindarkan Indonesia dari krisis energi,” jelas Farida.
Pemerintahan saat ini memiliki concern yang sangat besar dalam mewujudkan kedaulatan energi. Kedaulatan energi berarti berbicara pada keamanan suplai energi di dalam negeri (security energy suplly). Konsep security energy suplly ini pada dasarnya adalah bagaimana menjaga kecukupan energi untuk dapat memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri. Salah satu yang menjadi ujung tombak dari upaya mewujudkan kedaulatan energi, yaitu gerakan konservasi energi.
Pemerintah jelas Farida sebenarnya telah mengeluarkan aturan atau regulasi yang jelas berkenaan dengan efisiensi dan manajemen energi di industri dan gedung-gedung komersial. Peraturan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Energi. Sementara mengenai peralatan rumah tangga khususnya lampu hemat energi telah diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 18 Tahun 2014 mengenai pencantuman tanda label hemat energi. Selain lampu tadi, telah dikeluarkan pula aturan mengenai penggunaan air conditioner (AC) hemat energi.
Pemerintah, lanjut Farida juga menggiatkan diversifikasi energi untuk meningkatkan pangsa energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional dan konservasi energi untuk meningkatkan efisiensi energi di sisi suplai, baik di sektor industri, transportasi, rumah tangga, dan komersial. Berbagai regulasi dikeluarkan oleh pemerintah untuk mencapai hal tersebut, di antaranya Undang-Undang Nomor 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi dan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air.
Sesuai UU Nomor 30 tahun 2007 tentang Energi, konservasi energi nasional menjadi tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah, pengusaha, dan seluruh lapisan masyarakat.
“Jadi, penghematan energi adalah tanggung jawab dari kita semua,” tegas Farida lagi.

Tak Lelah Mengampanyekan Green Energy
Saat ditemui disela-sela acara Astra Green Energy Summit, Head of Public Relations PT Astra Internasional Yulian Warman menekankan pentingnya konservasi energi bagi industri. Komitmen ini tidak lepas dari semakin strategisnya aspek efisiensi energi, khususnya untuk membangun keberlanjutan, ketahanan energi dan daya saing.
Menurut Yulian, konservasi energi ini merupakan tindakan nyata dari kesepakatan Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Paris yang diadakan pada akhir 2015. Konferensi itu menghasilkan kesepakatan antarkepala negara di dunia untuk bersama-sama menghentikan pemanasan suhu bumi agar tidak melebihi 2° Celsius. Untuk mencegah kenaikan suhu bumi, setiap negara di dunia sepakat menekan dampak dari konsumsi energi fosil berupa emisi gas rumah kaca. Pemerintah Indonesia sepakat mengurangi emisi karbon 29% demi mencapai kesepakatan bersama pada tahun 2030.
“Komitmen pemerintah ini harus didukung oleh semua pihak, termasuk dunia usaha. Dan Astra ingin ikut serta berperan di dalamnya,” kata Yulian. Dukungan Astra grup dalam bidang energi bukan hanya diwujudkan dengan mendorong semua anak perusahaannya untuk melakukan penghematan energi, tetapi Astra juga tak pernah lelah untuk mengampanyekan energi yang lebih ramah lingkungan (green energy). Upaya ini lanjut Yulian, merupakan wujud nyata Grup Astra dalam menjalankan bisnis yang selaras dengan prinsip pembangunan berkelanjutan melalui konservasi energi, sekaligus sebagai kontribusi tanggung jawab sosial, yakni Astra untuk Indonesia Hijau.
Sejalan dengan konservasi energi di lingkungan perusahaan, jelas Yulian, Astra pada tahun 2014 dan 2015 menanam 43.925 pohon di Hutan Haroto Pusako seluas 200 hektare di Desa Babakan Madang, Sentul, Bogor, Jawa Barat.  Secara total, hingga 2015, Grup Astra telah menanam 3.567.237 pohon. Selain itu, Astra turut melestarikan mangrove dengan menanam 832.046 pohon mangrove. Astra juga mengembangkan Astra Forest, 11 hutan kota, 10 taman kota, 4 Eco-Edu River, dan 17 Bank Sampah yang bekerja sama dengan pemerintah dan para pemangku kepentingan terkait. Dengan mendukung program pemerintah bagi lingkungan, Astra pun turut membangun 5 Ruang Publik Terpadu Ramah Anak.
Konservasi energi di lingkungan Grup Astra dan kegiatan ramah lingkungan tersebut sejalan dengan prinsip yang selama ini diterapkan oleh Astra.
“Di mana pun Astra berada harus memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya, sesuai dengan butir pertama filosofi Catur Dharma, yaitu menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara,” jelas Yulian lagi. [wahyu kuncoro]

Tags: