Warning Pernikahan Dini untuk Tekan Kematian Ibu-Bayi di Bondowoso

Foto Ilustrasi

Bondowoso, Bhirawa
Tingginya angka pernikahan dini masih salah satu penyebab besarnya angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Bondowoso. Pemkab mewarning agar masyarakat mulai meninggalkan praktek pernikahan dini yang berpotensi bahaya secara medis.
“Salah satu yang menyebabkan angka kematian ibu dan bayi masih tinggi adalah adanya pernikahan dini,” tutur Bupati Bondowoso, Amin Said Husni, saat launching Sinergi Total Pencegahan Bersalin di Dukun Bayi dan Selamatkan Ibu (Stop Berduka) di Bondowoso kemarin l.
Ia menjelaskan seorang anak usia di bawah 18 tahun belum memiliki kematangan mental dan fisik yang cukup untuk menjalani masa kehamilan. Keaadaan alat reproduksi yang belum siap serta rahim yang belum siap untuk dibuahi menjadi faktor terjadinya keracunan kehamilan (gestosis) atau yang Amin sebut perebutan nutrisi.
“Kalau tidak bayinya yang menang ya ibunya yang menang. Dan sedikit dua-duanya selamat. Kalapun selamat, biasanya si anak tidak mendapatkan nutrisi yang cukup saat masa kehamilan,” ujarnya.
Untuk menekan AKB/AKI, Pemkab Bondowoso menggagas program Stop Berduka dengan menjalin kemitraan dengan dukun bayi. Melalui program ini, dukun bayi diajak untuk tidak melakukan kegiatan persalinan dan membawa ibu hamil bersalin ke tenaga kesehatan.
“Bagi dukun bayi yang membawa ibu hamil melakukan persalinan ke tenaga kesehatan, kami beri dana pengganti sebesar Rp 50000,” tutur Kepala Dinas Kesehatan Bondowoso, dr Imron.
Tidak hanya itu, program ini juga melibatkan semua stakeholder baik pemerintah tingkat kabupaten, kecamatan sampai desa.
Dari data yang Bhirawa peroleh, pada 2016 terjadi 20 kasus AKI kemudian turun menjadi 15 kasus AKI pada 2017. Untuk AKB, tahun 2016 terjadi 178 kasus dan turun menjadi 140 kasus di tahun 2017. [har]

Tags: