Wartawan Bhirawa Raih Emas Master Boling Porwanas XII Jabar

wartawan senior Harian Bhirawa, Anangsyah Isfianto

wartawan senior Harian Bhirawa, Anangsyah Isfianto

Persiapan Minim dan Terkendala Tempat Latihan
Surabaya, Bhirawa
Usianya sudah 53 tahun, sebagian rambut dan jenggotnya sudah berwarna putih, namun semangat untuk meraih prestasi masih membara di dadanya. Itulah sosok wartawan senior Harian Bhirawa, Anangsyah Isfianto yang berhasil meraih medali emas boling nomor master di ajang Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) XII/2016 di Bandung, Jawa Barat 25-29 Juli 2016.
Minimnya lapangan boling yang ada di Surabayamemang menjadi kendala untuk berlatih, namun kondisi ini justru menjadi tantangan bagi bapak dua anak ini untuk tampil maksimal di ajang paling bergengsi ini.
Saat ini di Surabaya fasilitas boling hanya ada di Bowling Alley di Kapas Krampung Plaza (Kaza), Surabaya, namun kondisinya kurang representative untuk berlatih, seperti line yang sudah tidak layak, dan sering macet. Namun itu tidak mengendorkan semanat Anangsyah untuk mengasah kemampuannya. “Saya hanya berlatih tiga kali di Bowling Alley sebelum berangkat ke Porwanas,” katanya, Minggu (31/7).
Walau sempat tidak berlatih selama enam tahun lebih, tapi latihan yang dilakukan di Surabaya sudah cukup untuk menjadi bekal berlaga di Bandung. Buktinya. Dari 10 game yang digelar di nomor master cabang olahraga Boling,  ia berhasil mengumpulkan total pinfall 1759. “Sebenarnya peluang Jatim sangat besar pada Single, double dan  trio. Namun, akibat kurangnya latihan ya akhirnya tiga gelar tersebut lepas. Namun apa yang kami (Jatim, red) dapatkan sudah menjadi prestasi dan eksistensi peboler Jatim,” kata pria yang akrab disapa Pak Cung ini.
Menurutnya, yang ditakutkan Jabar sebagai tuan rumah Porwanas ini memang Jatim. Sebab, banyak prestasi yang diraih di cabor boling ini. Namun, takdir berkata lain.  “Untuk kelas Master kami bermain cukup sabar dan tenang berkat ketelatenan Pelatih PON Jatim Om Robby yang kebetulan datang untuk memberikan arahan kepada tim Jatim. Ternyata saya menang,” katanya tersenyum.
Mendapatkan gelar Master boling ini memang tidak mudah, namun dengan kesabaran dan pengalaman bertanding mulai dari kompetisi antar klub, hingga pernah mengikuti marathon boling di Surabaya. “Dengan kesabaran dan menjaga emosi itulah kami bisa menang,” katanya.
Ditengah kondisi fisik yang sudah mulai menurun, ia melatih fisiknya ala kadarnya. Dengan persiapan yang begitu minim, yang ditargetkan tetap tercapai yakni gelar Master. Meski begitu, untuk target emas pada single, ganda, maupun trio sangatlah bisa dicapainya. “85 persen Jatim bisa menang. Tapi kalah, karena pertama kita sudah tidak ada arena boling khususnya di Jatim. Kedua, kita tidak pernah latihan tim. Seharusnya harus ada latihan atlet boler untuk mengkompakkan kembali.  Selain itu, tidak adanya pelatih juga menjadi penyebabnya,” pungkasnya.
Ia mengungkapkan, atlet-atlet di Jatim sangat kesulitan dalam berlatih. Kandalanya cukup kompleks sarana tempat boling yang sudah mulai kurang perawatan dan kurangnya jadwal latihan. “Seharusnya latihan boling itu minimal satu minggu dua kali. Karena dengan latihan itu kelenturan tangan dalam melempar bola boling bisa fokus ke pin sehingga dapat nilai strike,” jelasnya.
Meski begitu, ia mengatakan, (Porwanas) XII/2016 di Bandung, tahun ini Jatim meningkat dari tahun kemarin. Sebelumnya, Porwanas XI di Banjarmasin, Kalimantan Selatan dengan meraih tiga emas. Namun, sekarang Jatim berhasil merebut empat medali emas, satu perak dan empat perunggu.
“Kedepannya, PWI Jatim harus lebih memperhatikan kesiapan para atlet jauh-jauh hari sebelumnya. Minimal, 10 bulan para atlet harus latihan,” harapnya. [geh]

Tags: