Waspada Buah Impor

NASIBApel Amerika (2) holtikultura Jatim, tidak hanya bergelut dengan cuaca ekstrem. Melainkan juga bersaing sengit dengan produk impor. Ini lebih mengkhawatirkan, karena peredaran holtikultura impor telah merasuk jauh ke hypermarket, supermarket, hingga pasar tradisional. Bahkan gudang di Puspa Agro (milik pemerintah) juga dipenuhi buah dan rempah-rempah impor (asal China dan Thailand serta Amerika Serikat).
Lebih lagi keamanan meng-konsumsi buah impor, sangat tidak terjamin. Hal itu disebabkan pengawasan terhadap sistem tanam tidak dapat diawasi secara langsung. Begitu pula penggunaan bibit, pupuk dan pengobatan hama (pestisida) serta rekayasa genetik tanaman buah. Juga bahan pengawet dalam proses pengangkutan (impor) cukup berbahaya untuk kesehatan.
Baru-baru ini, Badan Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (AS) memperingatkan warganya untuk tidak mengonsumi apel jenis Granny Smith dan Gala. Buah itu dilaporkan mengandung bakteri Listeria monocytogenes, sangat berbahaya dikonsumsi oleh ibu hamil, bayi, anak-anak, dan orang dewasa. Wabah itu merebak sebelum Natal tahun lalu dan merajalela di sebelas negara bagian.
Data Centre of Disease Control (CDC) Amerika menyebut, per-Januari 2015 terdapat 32 pasien terinfeksi Listeria. Bahkan 7 orang ditemukan tewas dari 11 negara bagian di AS. Indonesia, termasuk negara tujuan ekspor apel dari Amerika. Direncanakan, selama semester I tahun 2015, akan diimpor apel dari AS sebanyak 3.600 ton.
Berbagai buah dari China, Thailand, Eropa hingga Amerika Latin, bisa tidak aman. Berdasarkan kajian kalangan petani, produk pertanian asing yang dikirim ke Indonesia merupakan varietas khusus, hasil dari rekayasa genetika. Sehingga hasil pertaniannya nampak lebih besar dan lebih indah (permukaan halus dan berwarna mencolok). Namun kualitas rasanya sangat rendah. Misalnya jahe gajah produk China, rasanya tidak seberapa pedas dan tidak gurih.
Jeruk China konon, diduga menggunakan pestisida sangat banyak. Begitu pula apel Amerika dan apel eks Australia menggunakan bahan pengawet dan pewarna berbahan lilin, serta rekayasa genetika. Sangat dikhawatirkan membawa penyakit, terutama berbagai kanker. Namun Badan Karantina Kementerian Pertanian, menjamin apel “Washinton” (paling populer di Indonesia) aman dikonsumsi.
Kewaspadaan konsumsi buah impor memang patut dilakukan. Terutama oleh pemerintah (dan pemerintah daerah). Perlakuan serupa juga dilakukan oleh negara pengimpor bahan pangan dari Indonesia. Meski dengan alasan yang sumir, dan politis. Bahkan sudah “memainkan” isu untuk menolak hortikultura (dan pangan lain) dari Indonesia. Misalnya, teri Medan pernah ditolak pasar Amerika. Penolakan ini terkait isu HAM, bahwa teri Indonesia memanfaatkan pekerja anak.
Namun kewaspadaan paling ces-pleng, adalah mengurangi buah impor, sampai batas benar-benar dibutuhkan. Itu sangat beralasan, karena dengan iklim hujan tropis, Indonesia memiliki berbagai jenis buah yang lebih segar. Termasuk hortikultura khas daerah. Seperti mangga Probolinggo, durian Dolopo, jeruk Pacitan, atau apel manalagi (asal kota Batu).
Jawa Timur, memang penyangga pangan nasional untuk kawasan timur Indonesia. Jutaan ton hasil panen holtikultura dijual ke wilayah Kalimantan, Sulawes, Maluku hingga Papua. Menurut catatan Dinas Pertanian Jawa Timur selalu surplus besar holtikultura. Misalnya panen kentang tahun ini bisa mencapai 120 ribu ton, yang dikonsumsi oleh masyarakat Jawa Timur kurang dari separuhnya. Begitu pula panen cabai merah sebanyak 780 ribu ton, sedangkan kebutuhan hanya 22.486 ton.
Secara ke-mutu-an dan cita rasa, buah lokal lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Begitu pula wisatawan manca negara pasti lebih mencari buah dan kuliner lokal. Meng-konsumsi hortikultura lokal juga lebih aman, karena setiap daerah (kabupaten dan kota) terdapat unit pembinaan hasil produk pertanian. Termasuk sistem tanam hortikultura secara organik yang sedang di-masif-kan.

                                                                                    ————- 000 ————-

Rate this article!
Waspada Buah Impor,5 / 5 ( 1votes )
Tags: