Waspada “Gertakan” Zika

virus zikaParadigma kedokteran meyakini, bahwa faktor psikologis (termasuk sugesti) berandil besar dalam kesehatan. Juga bisa menentukan sakit atau sehat. Maka faktor itulah yang seyogianya digunakan untuk menghadapi “gertakan” isu tentang menyebarnya virus zika di Indonesia.
Bahkan di kawasan endemik asalnya, Afrika (dan Amerika Latin), efek virus masih berupa asumsi. Tetapi kalangan kesehatan (terutama pemerintah) mesti tetap waspada.
Maraknya isu virus zika, cukup miris. Sebab konon virus itu, bisa “menyusup” ke kandungan pada ibu hamil. Efeknya bisa menimbulkan micro-chefalus, mengkerutnya batok kepala janin. Kepala yang mengecil disebabkan virus, niscaya membawa efek lanjutan. Bisa berupa terhambat-nya pertumbuhan tubuh, syaraf motorik, otak, sampai kematian. Sangat meng-khawatirkan. Karena itu isu zika cukup menakutkan, bagai teror.
Namun mencermati efek serangan zika (berupa micro-chefalus), boleh jadi hal itu disebabkan penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual). Semacam penyakit kelamin yang sudah akut. Dugaan ini (disebabkan IMS), juga sangat masuk akal. Mengingat dua kawasan (Afrika dan Amerika Latin), merupakan area penyebaran HIV dan AIDS paling subur di dunia! Begitu pula perilaku seks menyimpang di dua kawasan tersebut.
Presiden Jokowi telah memanggil Menteri Kesehatan, untuk mengetahui lebih detil jejak zika di Indonesia. Konon, sudah pernah ditemukan kasus serupa di Jambi dan Bengkulu (tahun 2015). Tetapi belum bisa dikonfirmasi kebenarannya. Gejala zika, konon, mirip dengan demam berdarah dengueI (DBD). Penyebabnya, tak lain, nyamuk aedes aegypti. Sehingga kewaspadaannya, niscaya tidak beda dengan metode pemberantasan nyamuk.
Mencegah DBD, sudah 30 tahun disosialisasikan di Indonesia. Programnya sederhana: 3M (Menguras, Menutup, Mengubur). Artinya, rajin menguras tempat penampungan air (jeding bak mandi, kolam dan sejenisnya). Juga mesti menutup wadah air (tong, ember, dan sejenisnya). Serta mengubur atau membakar sampah rumahtangga. Tindakan pencegahan lainnya, segera ke Puskesmas terdekat, manakala mengetahui gejala penyakit awal (terutama panas tinggi) mirip flu.
Menghadapi isu virus zika, tidak perlu cemas. Namun di Jawa Timur, isu ini dihubungkan dengan hilangnya laptop milik peneliti Jepang, Profesor Kazufumi Shimizu. Maklum, profesor ini dikenal (dedikatif) sebagai ahli mikro-biologi. Laptop itu hilang di kampus Universitas Airlangga (Surabaya). Ketika itu Profesor Kazufumi, aktif di laboratorium Influenza di gedung Intitute of Tropical Disease (Lembaga Penyakit Tropis).
DBD, sebenarnya lebih wajib diwaspadai dibanding virus zika. Usaha pemerintah dalam pemberantasan DBD, cukup menunjukkan hasil memadai. Sehingga kini, DBD hanya menjadi kasusitik, pada wilayah dengan kondisi kebersihan buruk. Atau pada musim tertentu, saat puncak hujan seperti saat ini. Maka pemerintah masih terus wajib meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sesuai amanat konstitusi.
UUD pasal 28H ayat (1) menjadi hak warga negara, untuk memperoleh layanan kesehatan. Secara tekstual dinyatakan: “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Maka menjadi kewajiban negara melindungi setiap warga negara. Bukan cuma terhadap zika, tetapi seluruh kemungkinan sebaran penyakit.
Amanat konstitusi tersebut, bukan sekedar melindungi masyarakat. Melainkan juga menjamin kawasan (tempat tinggal) dan lingkungan yang sehat. Sehingga pemerintah berkewajiban pula menyelenggarakan upaya promotif preventif. Yakni, upaya pencegahan. Bisa melalui program vaksinasi, maupun fogging (peng-asapan) kawasan.
Pemerintah juga mesti pro-aktif, waspada terhadap “aksi” sengaja menularkan. Sebagaimana diduga-duga oleh ahli mikro-biologi terhadap virus H4N1 (flu burung), tidak datang sekoyong-konyong tanpa karier (pembawa). Syukur, pemerintah mewaspadai kehadiran virus sejak di bandara (dan pelabuhan kapal laut). Kewaspadaan yang sama bisa dilakukan terhadap zika.

                                                                                                                       ———- 000 ———–

Rate this article!
Tags: