Waspada Kebijakan AS

Foto Ilustrasi

Negara-negara di berbagai belahan dunia akan terguncang oleh dua kebijakan Amerika Serikat (AS). Altar perekonomian dunia akan terguncang oleh proposal Trump, menaikkan (untuk ketiga kali dalam setahun 2017) suka bunga. Bank Sentral AS (The Fed) telah menyetujui proposal itu sampai pada kisaran 1,5%. Sedangkan kebijakan lain yang tak kalah miris, adalah klaim sepihak AS menjadikan Yerussalem sebagai ibukota Israel.
Tak biasa AS menaikkan suku bunga acuan, yang disebut Fed Fund Rate (FFR). Selama satu dekade terakhir (sejak tahun 2008) hanya dilakukan lima kali. Sebanyak tiga kali diantaranya, dilakukan pada satu tahun (2017). Trump dilantik sebagai presiden AS pada 20 Januari 2017. Tak lama(hanya berselang 2 bulan), pada 16 Maret, The Fed, menaikkan suku bunga sebesar 0,25% (menjadi 1%). Yang kedua, pada bulan September dengan kenaikan 0,25% lagi, menjadi 1,25%.
Bahkan diperkirakan pada kuartal pertama tahun 2018 (Januari-Pebruari), suku bunga The Fed, akan menjadi 2,1%. Negara-negara yang tergolong emerging market (negara berkembang), akan terbebani dampak cukup berat. Tak terkecuali Indonesia. Dampak nyata akan berupa capital flight (arus keluar uang) milik orang kaya semakin berburu dolar AS. Niscaya semakin mendorong menguatnya kurs dolar.
Kenaikan suku bunga The Fed, bisa dibaca sebagai pengetatan ekonomi. Ini wajib dilakukan oleh seluruh komponen di AS, pada instansi pemerintahan sampai kalangan grass-root (rakyat). Jalan satu-satunya, adalah berhemat. Karena itu The Fed menaikkan suku bunga, agar rakyat lebih gemar menabung. Sehingga peredaran dolar AS semakin berkurang (langka). Dus, menaikkan “harga” dolar AS terhadap mata uang di seluruh dunia.
Dampak sebaliknya, kurs mata dalam negeri negara emerging market, akan semakin menyusut. Tak terkecuali IDR (pembayaran dengan rupiah). Karena itu patut diwaspadai “perburuan” dolar di perbankan Indonesia. Saat ini kurs tengah pada BI (Bank Indonesia), tercatat sebesar Rp 13.584,- per-dolar AS. Padahal nilai dolar (AS) pada APBN 2018 dipagu sebesar Rp 13.400.
APBN 2018 sebesar Rp 2.221 trilyun (setara US$ 165,746 milyar) dengan kurs dolar AS sebesar Rp 13.400,-. Manakala dolar AS telah seharga Rp 13.584,-, maka nilai APBN 2018 di hadapan dolar AS, menyusut menjadi US$ 163, 501 milyar. Jadi, terdapat faktor “kehilangan” sekitar Rp 30 trilyun. Konter kebijakan yang diperlukan, diantaranya arus ekspor wajib diperkuat untuk memperoleh surplus perdagangan sebesar-besarnya.
Boleh jadi dalam paradigma Trump, negara lebih bermartabat manakala mata uang-nya dinilai dengan harga tinggi. Pemahaman ini sudah kuno, dan tidak berlaku lagi. Sebab, dengan menaikkan suku bunga The Fed (FFR), pemerintah AS akan menanggung beban bunga deposito lebih besar. Terutama pada sektor property. Kartu kredit (milik seluruh rakyat AS) juga akan mengalami kenaikan bunga.
Tetapi kebijakan Trump yang paling mengguncang dunia, adalah klaim sepihak Yerussalem sebagai ibukota Israel. Bahkan Uni Eropa (sebagai sekutu terdekat) telah me-warning potensi ancaman kegaduhan (ke-tidak stabil-an) di seluruh dunia. Keteganganpatutdicemaskan, karenaperekonomianEropasaatinibergantungpadakonglomerasi Arab. AS, sejatinyajugasangatbergantungpadanegara-negara Arab.
Terutama Arab Saudi, Kuwait, UniEmirat Arab (UEA), Bahrain, dan Qatar.Negara serumpun Arab itu, seharusnya”dipelihara”oleh Trump, sebagaimajikan yang dermawan. Bukan hanya negara-negara kerjasama Islam (OKI)yang mengecam klaim Trump. Melainkan juga Vatikan, China, dan Rusia. Maka Trump, bagai cerita pewayangan Jawa, “Petruk dadi ratu.” Seluruh kebijakan ditakar dengan pemahaman sederhana, tanpa dasar keilmuan.

——— 000 ———

Rate this article!
Waspada Kebijakan AS,5 / 5 ( 1votes )
Tags: