Waspada, Mamin Takjil Berbahaya Disinyalir Beredar di Kabupaten Tulungagung

Petugas Dinkes Tulungagung saat menguji kerupuk singkong yang ternyata mengandung bahan pewarna tekstil, Jumat (24/3) sore.

Tulungagung, Bhirawa.
Masyarakat Tulungagung harus berhati-hati ketika mengonsumsi takjil yang diperjual belikan di sejumlah tempat penjualan makanan dan minuman (mamin) takjil. Masalahnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung masih menemukan mamin takjil yang mengandung bahan berbahaya bagi tubuh.

“Setelah kami menguji produk mamin yang banyak dikonsumsi masyarakat di bulan Ramadan kkhususnya takjil, kami menemukan dua sampel mamin yang mengandung bahan berbahaya Rhodamin B,” ujar Kasi Farmasi dan Perbekalan Medis Dinkes Kabupaten Tulungagung, Masduki, usai melakukan uji sampel di salah satu cafe hotel di Kota Tulungagung, Jumat (24/3) sore.

Menurut dia, dua temuan mamin yang mengandung bahan perwarna tekstil tersebut, yakni kerupuk singkong dan sirop.

“Efeknya kalau dimakan atau diminum memang tidak langsung. Tetapi dalam jangka panjang akan merusak hati sampai kanker,” sambungnya.

Masduki menyebut sampel mamin takjil yang diambil berasal dari 12 tempat. Di antaranya berasal dari daerah Tugu, Karangrejo, Gendingan, Tapan, Ketanon, Kepatihan, Jepun, Kutoanyar dan Pinka.

“Yang kami ambil dari 12 tempat itu ada 42 sampel. Setelah dilakukan pengujian ada dua yang mengandung bahan berbahaya,” tuturnya.

Meski diakui dari tahun ke tahun sudah menurun jumlah sampel yang ditemukan mengandung bahan berbahaya, tetapi Dinkes Tulungagung akan terus melakukan upaya KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) keamanan pangan pada masyarakat. “Jadi KIE kita tingkatkan lagi. Ini dalam upaya perlindungan kesehatan pada masyarakat,” tuturnya.

Saat Ramadan tahun lalu sejumlah mamin takji yang mengandung bahan berbahaya ditemukan di wilayah Botoran dan Jepun. Namun kali ini dua-duanya di wilayah Kutoanyar.

Masduki selanjutnya menyatakan masih adanya temuan mamin takjil mengandung bahan berbahaya menandakan kegiatan KIE yang dilakukan sebanyak 11 kali belum efektif. “KIE yang dilakukan sudah 11 kali dari semua elemen masyarakat ternyata belum mempan. Jadi kami harus lihat lagi untuk mengurangi permintaan masyarakat bahwa beli produk makanan tidak harus warnanya menarik, justru warna menarik itu mengandung sesuatu yang dilarang,” tandasnya.

Sedang upaya untuk menhentikan produk pangan berbahaya, Masduki membeberkan akan terus melakukan penelusuran. Utamanya pemasok mamin berbahaya tersebut ke pedagang. “Jadi kalau bisa itu ya langsung ke hilirnya biar kita bisa mencegah melindungi seluruh masyarakat,” pungkasnya.(wed.gat)

Tags: