Waspada, Mamin Takjil Ditemukan Berbahan Zat Berbahaya di Tulungagung

Petugas Dinkes Tulungagung memeriksa sampel mamin yang hasilnya di antara produk mamin tersebut mengandung bahan zat berbahaya, Jumat (16/4) sore.

Tulungagung, Bhirawa
Meski rutin dilakukan razia makanan dan minuman (mamin) takjil saat bulan Ramadan, namun saat ini tetap saja ditemukan dari mamin tersebut yang mengandung zat berbahaya. Buktinya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung masih menemukan zat berbahaya tersebut saat sidak mamin takjil Ramadan pada Jumat (16/4) sore.

Kasi Perbekalan dan Kefarmasian Dinkes Kabupaten Tulungagung, Masduki, mengungkapkan dari beberapa sampel yang diperiksa di tiga titik pusat penjualan mamin takjil ditemukan mamin yang mengandung bahan berbahaya berupa borak, Rodamin B dan formalin. “Semua bahan itu berbahaya bagi tubuh. Meski pun kadarnya sedikit tetap berbahaya,” ujarnya.

Beberapa mamin yang ditemukan mengandung bahan berbahaya itu, di antaranya kerupuk, usus goreng dan sirup. “Produsen kerupuk nekat mencampurkan bahan borak agar kerupuk lebih renyah. Padahal di pasaran banyak perenyah yang lebih sehat dan tidak berbahaya,” sambung Masduki.

Ia menyebut zat berbahaya semacam borak atau formalin jika dikonsumsi manusia dalam jangka pendek akan mengakibatkan diare. Apalagi sampai dikonsumsi dalam jangka panjang bisa menyebabkan kanker dan gagal ginjal.

Menurut Masduki, rencananya dalam waktu dekat Dinkes Tulungagung akan mengumpulkan 340 produsen mamin dalam rangka sosialisasi produk pangan yang sehat. “Kami memang mendorong usaha kecil tumbuh kembali saat ini, tetapu di sisi lain mereka tidak boleh abai dengan aspek kesehatan,” tuturnya.

Ia pun berpesan pada masyarakat untuk lebih waspada dalam memilih konsumsi mamin takjil. Ia mengatakan secara kasat mata, mamin yang mengandung zat berbahaya bisa dikenali dengan warnanya yang mencolok.

“Syarat membeli mamin yang sehat itu pastikan belinya di lokasi yang bersih, tidak dekat dengan tempat sampah. Penjualnya juga menerapkan protokol kesehatan (prokes) karena masih pandemi Covid-19 dan pastikan juga bukan produk (berwarna) mencolok juga,” paparnya.

Sementara itu, Kotimah, salah seorang penjual mamin takjil memastikan aneka lauk-pauk yang dijualnya bebas dari bahan zat berbahaya. Meski untuk mamin lainnya ia menyebut hanya merupakan titipan.

“Semua lauk pauk yang saya jula semua ni saya masak sendiri. Tetapi, kalau yang es atau jajanan itu titipan semua,” ujarnya.

Kotimah mengungkapkan penjualan mamin selama Ramadan merupakan berkah tersendiri baginya. Ia pun bisa meraup omset sampai Rp 2 juta per hari. “Kalau bukan hari Ramadan tidak sebanyak itu. Di bawah Rp 2 juta,” bebernya. (wed)

Tags: