Waspada Varian Omicron

Oleh :
Oryz Setiawan
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat (Public Health) Unair Surabaya

Pandemi Covid-19 yang telah terjadi seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia telah hampir dua tahun. Seluruh daya upaya pemerintah dikerahkan untuk membendung laju penularan yang mengalami dua puncak tertinggi yakni Bulan Januari 2021 dan Bulan Juli 2021 atau gelombang kedua. Hingga saat ini, status darurat pandemi belum dicabut oleh WHO dan Pemerintah Republik Indonesia sehingga kita semua harus tetap waspada, Covid-19 belum berakhir meski kondisi saat ini telah mengalami pelandaian kasus. Secara karakteristik virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 memang bermutasi dari waktu ke waktu dan membentuk berbagai varian baru. Masyarakat sudah mengenal luas adanya varian alfa yang pertama dilaporkan di Inggris, varian beta yang awalnya dilaporkan di Afrika Selatan, varian gama yang mula-mula dilaporkan dari Brasil serta varian delta (B.1.6.172), yang pertama kali dilaporkan di India, dan kini menjadi salah satu varian yang dominan di dunia dan juga di Indonesia.

Varian delta juga diketahui bertanggung jawab pada peningkatan kasus yang amat tinggi di India, Indonesia, dan berbagai negara lain di dunia. Memasuki libur tahun baru diyakini akan terjadi peningkatan mobilitas masyarakat sehingga momen ini menjadi perhatian serius pemerintah. Berkaca pada beberapa hari libur yang hampir selalu diikuti oleh peningkatan kasus secara eksponensial. Kondisi realitas sosial masyarakat modern saat ini yang cenderung memanfaatkan waktu libur dengan bepergian atau rekreasi merupakan hal yang tidak dapat dihindari namun harus dikendalikan dengan berbagai pengetatan persyaratan perjalanan baik melalui jalur darat, laut maupun udara. Hal ini penting untuk meminimalisasi dampak penyebaran kasus. Penerapan protokol kesehatan menjadi prasarat mutlak untuk menekan laju penyebaran di tengah masyarakat. Di sisi lain, program vaksinasi terus digeber dan secara masif dilakukan pada sasaran semua usia terutama pada kelompok rentan atau berrisiko antara lain anak-anak, remaja dan usia lanjut.

Omicron, Oh My God

Omicron atau varian B.1.1.529 memiliki kemampuan dalam mempengaruhi efektivitas vaksin meski hingga kini tingkat keparahan belum seganas varian Delta. Varian ini dilaporkan memiliki kemampuan infeksi 500 persen lebih cepat dari varian Delta. Munculnya varian Omicron varian yang dianggap “terburuk”, memiliki “mutasi super”. Ini menyebabkan seluruh dunia khawatir, terutama dalam kemampuannya untuk menginfeksi dan menghindari sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu kita sebagai anggota masyarakat luas harus tetap ketat menjaga protokol kesehatan, 3M dan 5M. Biasanya situasi libur akhir tahun, diikuti dengan berbagai acara-acara yang mengumpulkan orang dalam jumlah besar, hajatan, reuni dan lain-lain. Sedangkan dengan adanya kerumunan orang akan membawa risiko besar bagi penularan Covid-19 sehingga semaksimal mungkin memang sebaiknya harus dihindari.

Memang, ada tiga cara yang dapat dipertimbangkan kalau benar-benar terpaksa ada kerumunan. Pertama, waktunya sesingkat mungkin, kedua sebaiknya di tempat terbuka, dan ketiga kalau, toh, di ruang tertutup, jendela dll agar terbuka luas untuk menjamin pertukaran udara. Ketiga cara itu diperuntukkan memperkecil risiko walau tentu yang paling baik tetap upaya menghindari kerumunan. Berbagai studi diperoleh bahwa Omicron memiliki tingkat keparahan yang berbeda dari Delta dimana mampu mengontrol status vaksin, usia, jenis kelamin, etnis, status tanpa gejala, wilayah dan tanggal spesimen, Omicron dikaitkan dengan risiko infeksi ulang 4 atau 5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan Delta. Perlindungan yang diberikan secara alami dari infeksi virus di masa lalu disebut hanya sekitar 19 persen. Lebih lanjut, hasil penelitian menemukan peningkatan risiko yang signifikan dari orang yang pernah mengalami Covid-19 untuk kembali terinfeksi akibat Omicron, bahkan cenderung bergejala.

Selain itu, orang-orang yang pernah terinfeksi, Omicron juga rentan terhadap mereka yang sudah mendapatkan dua dosis vaksin Covid-19. Efektivitas vaksin antara nol dan 20 persen terhadap Omicron. Sementara, jika diberikan dosis ketiga atau dikenal sebagai booster, kemampuan perlindungan vaksin Covid-19 terhadap Omicron menjadi 80 persen sehingga pemberian vaksin ketiga atau booster menjadi kebutuhan untuk kian menjaga tingkat efektivitas atau efikasi perlindungan vaksin dari sebaran varian Omicron. Beberapa penyebab kenaikan kasus di beberapa negara antara lain karena sekelompok masyarakat yang tidak mau divaksin atau belum divaksinasi, efikasi vaksin menurun, dan pelonggaran mobilitas yang berkorelasi dengan naik turunnya kasus. Memang harus diakui, saat ini masih ada sebagian kecil kelompok masyarakat yang anti-vaksin dengan berbagai alasan klasik serta begitu banyaknya berita hoax di media sosial tentang vaksin.

Oleh karena itu, komunikasi menjadi sangat penting untuk mengeliminasi hal-hal yang memberi pesan negatif tentang vaksin dan meningkatkan kepercayaan publik terhadap program vaksinasi gratis pemerintah.

Kepercayaan dan komunikasi yang baik mampu meningkatkan utilisasi sistem layanan kesehatan dan vaksinasi, demikian juga sebaliknya utilisasi layanan kesehatan dan vaksinasi yang baik dapat meningkatkan kepercayaan terhadap sistem layanan kesehatan dan vaksin. Sekali lagi, komunikasi yang baik dan efektif yang mampu meluruskan mitos tentang vaksin sehingga memberikan pesan positif tentang vaksin yang akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan terhadap sistem layanan kesehatan dan vaksin itu sendiri dalam rangka menyukseskan program vaksin Covid-19 di Indonesia sangat diperlukan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat dan komunikasi yang baik secara dua arah antara masyarakat dan pemerintah. Kita bersyukur kasus positif kita menurun sangat tajam dan bertahan lama. Tetapi kita juga harus tetap belajar dari negara-negara lain sehingga kita mesti tetap waspada dari sekarang.

———- *** ————

Rate this article!
Waspada Varian Omicron,5 / 5 ( 1votes )
Tags: