Waspadai Banjir, BPBD Diminta Siaga 24 Jam

Camat Kedewan saat melihat langsung longsor di Desa Wonocolo Kedewan Bojonegoro, Rabu (28/9).  [achmad basir]

Camat Kedewan saat melihat langsung longsor di Desa Wonocolo Kedewan Bojonegoro, Rabu (28/9). [achmad basir]

DPRD Jatim, Bhirawa
Luapan Sungai Bangawan Solo membuat beberapa wilayah di Kabupaten Ngawi diterpa banjir. Ini merupakan peringatan bagi daerah lain, terutama yang dilalui Bengawan Solo agar waspada dan menyiapkan langkah antisipasi jika sewaktu-waktu banjir melanda.
“Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) ini harus siaga 24 jam. BPBD Jatim wajib melakukan koordinasi dengan BPBD setempat. Saya sudah mendapat informasi itu siang tadi (Rabu siang, red) jika ketinggian banjir di Ngawi mencapai 1 meter,” kata Ketua Komisi E DPRD Jatim dr Agung Mulyono, Rabu (28/9).
Ditambahkan dr Agung pihaknya juga sudah melakukan kroscek untuk mengetahui kondisi di wilayah terdampak banjir. “Sudah disediakan makanan siap saji dan kids wear. Buffer stock ini cukup untuk memenuhi kebutuhan ribuan masyarakat yang terkena banjir. Semua sudah dikirim oleh BPBD,” terang politisi dari Partai Demokrat ini.
Agung mengakui, BPBD telah melakukan langkah-langkah untuk mengantisipasi bencana. “Jadi di semua daerah daerah yang berpotensi bencana itu sudah ada buffer stock yang cukup untuk ribuan orang. BPBD sudah melaksanakan preventive action,” tegasnya.
Selain itu, ia juga menyerukan agar dinas terkait, seperti Dinas Kesehatan maupun Dinas Sosial aktif turun tangan. Pasalnya, setelah air banjir surut akan timbul masalah-masalah lain.  “Dinas Kesehatan harus melakukan koordinasi dengan rumah sakit. Setelah banjir, biasanya berbagai macam menyakit akan menyerang warga, seperti misalnya penyakit kulit dan diare. Nah, ini harus segera ditangani,” ujar Agung Mulyono.
Ia juga mengimbau agar warga waspada, terutama yang daerahnya dilalui aliran Sungai Bengawan Solo. “Bojonegoro itu, kalau banjir kan selalu mengerikan. Namun kita tetap ingin, mudah-mudahan tidak terjadi di kota lain,” pungkasnya.
Sementara itu Kepala BPBD Jatim Sudarmawan menjelaskan, beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur rawan terkena bencana banjir. “Kami mencatat ada sekitar 32 dari 38 kabupaten/kota di Jatim rawan terjadi bencana banjir. Sedangkan daerah rawan bencana longsor biasa terjadi di 22 kabupaten/kota,” kata Sudarmawan.
Untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam tersebut, Sudarmawan mengaku BPBD sudah mengeluarkan peringatan dini waspada banjir dan longsor. Termasuk pula telah menyiapkan strategi tanggap bencana, di antaranya menyiapkan peralatan dan logistik di setiap daerah, serta menyiapkan jalur evakuasi dan lokasi evakuasi.
“Selain itu, kami bersama teman-teman BPBD di daerah rutin melakukan pengecekan di hulu-hulu sungai,” ucap Sudarmawan.
Lebih lanjut diterangkan, sebanyak 32 kabupaten/kota tersebut biasa terdampak banjir akibat luapan sungai. Misalnya, luapan air dari Sungai Bengawan Solo akan mengakibatkan banjir di Bojonegoro, Lamongan, Gresik, Ngawi, dan Tuban. Kemudian banjir akibat luapan sungai provinsi adalah Trenggalek, Ponorogo, Madiun, dan Pacitan.
Selanjutnya daerah dampak luapan air Sungai Brantas, adalah Malang Raya, Jombang, Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kota Surabaya, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Lumajang, Banyuwangi, Jember.  “Sementara untuk Madura dampak luapan Sungai Kemuning, yakni Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep,” urainya.
Untuk bencana longsor di 22 kab/kota, di antaranya Bojonegoro, Lamongan, Gresik, Ngawi, Tuban, Trenggalek, Ponorogo, Madiun, Pacitan, Malang, Jombang, Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Lumajang, Banyuwangi, Jember, Sampang, dan Pamekasan.  “Ancaman longsor ini hampir terjadi di semua musim.  Misalnya terjadi pada musim kemarau, biasanya terjadi saat musim transisi dari kekeringan ke musim hujan,” kata dia.

HT Wajib On 24 Jam
Pemkab Pasuruan meminta agar seluruh aparatur yang berwenang, untuk aktif memantau kondisi wilayahnya. Hal itu penting dilakukan menyusul imbauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait potensi hujan lebat dan petir serta potensi banjir dan longsor di sejumlah wilayah di Jawa Timur.
Aparatur yang berwenang itu adalah BPBD, perangkat desa dan camat yang berada di daerah rawan bencana.  “Menyusul imbauan itu, kami langsung memerintahkan BPBD, perangkat desa dan camat di Kabupaten Pasuruan supaya bersiaga selama 24 jam penuh. Termasuk sarana komunikasi berupa Handy Talky (HT) harus on terus. Semua itu kami lakukan agar semua potensi bencana harus dideteksi sedini mungkin sehingga penanganannya lebih cepat,” ujar Bupati Pasuruan HM Irsyad Yusuf, Rabu (28/9).
Pemkab Pasuruan memetakan sejumlah wilayah yang berpotensi rawan longsor dan banjir. Wilayah rawan longsor berada di pegunungan dan perbukitan di Kecamatan Tosari, Tutur, Prigen, Purwosari, Purwodari, Puspo dan Purwodadi.
Sedangkan wilayah rawan banjir berada di Kecamatan Bangil, Gempol, Beji, Kraton, Rembang, Rejoso, Grati, Kejayan, Gondangwetan hingga Winongan.
“Kami mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak bencana yang dapat ditimbulkan. Seperti  banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, pohon tumbang dan jalan licin. Karena dalam beberapa pekan ini tingkat intensitas hujan sangat tinggi,” kata Irsyad Yusuf.
Kepala BPBD Kabupaten Pasuruan Bakti Jati Permana menyampaikan pihaknya telah melakukan langkah-langkah program bimbingan teknis penanggulangan bencana, di mana masyarakat diajarkan untuk menyelamatkan dirinya, harta bendanya, maupun juga keluarganya bila sewaktu-waktu bencana terjadi.
Selain itu, BPBD juga akan mendirikan posko-posko siaga bencana di setiap desa agar memudahkan koordinasi dalam penangulangannya. “Peran serta berbagai kalangan dan komponen masyarakat yang ada, terus kami libatkan untuk mengantisipasi serta memberikan pertolongan cepat. Di antaranya melibatkan Tagana maupun SAR,” urainya.

Jembatan di Wonocolo Ambrol
Akibat hujan deras yang sering terjadi di sejumlah wilayah di Bojonegoro  belakangan ini,  mengakibatkan sebuah jembatan di Desa Wonocolo  Kecamatan Kedewan Bojonegoro ambrol alias longsor. Beruntung saat kejadian tidak ada korban jiwa. Kejadian itu terjadi karena tanah di tepi dan sekitar jembatan terkikis air setelah hujan deras terjadi di wilayah setempat sejak Selasa (27/9) malam.
Jembatan yang ambrol tersebut merupakan akses utama warga setempat.  Secara keseluruhan, jembatan dengan ukuran panjang 8 meter dan lebar 4 meter ini merupakan jembatan lama dengan kondisi yang sudah rapuh sehingga mudah rusak.
“Selain hujan lebat, penyebab dari rusaknya jembatan ini karena ada tumpahan minyak serta adanya laju kendaraan berat yang melintas saat kejadian. Akibatnya jembatan di Wonocolo ambrol,” ungkap Kasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Yudi Hendro, Rabu (28/9).
Sementara,  adanya kerusakan jembatan tersebut tak membuat aktivitas warga setempat terganggu karena masih dapat dilalui pejalan kaki dan kendaraan roda dua.
“Namun disarankan di bagian jembatan tersebut harus diberi pengaman agar tak terjadi kerusakan lebih parah,” ujarnya.
Dengan adanya kejadian itu, pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro juga telah melakukan koordinasi dengan pihak PU Bojonegoro untuk memperbaiki jembatan tersebut.
“Saat ini kami sudah melakukan koordinasi dengan dinas teknis setempat agar segera dilakukan perbaikan,” tuturnya. [cty,hil,bas]

Tags: